16. Pengakuan Seorang Ibu

2.5K 42 3
                                    

Waktu satu hari berlalu dengan cepat.

Yibun Siu San dan Cian Cong berdua mulai mengajarkan ilmu lwekang golongan putih.

Pada dasarnya otak Tan Ki memang cerdas, lagipula dia mempunyai bakat yang tinggi dalam mempelajari ilmu silat. Sedangkan tokoh-tokoh yang mengajarinya, satunya merupakan salah seorang dari Lu Wi Sam-kiat yang namanya pernah menggetarkan dunia Kangouw belasan tahun yang lalu, sedangkan yang satunya lagi merupakan salah satu dari tokoh sakti yang ada di dunia saat ini. Keduanya bekerja sama memusatkan segenap perhatian memberikan pelajaran kepada Tan Ki. Hanya dalam jangka waktu satu hari saja, anak muda itu sudah mendapat pengarahan yang tidak sedikit. Hawa murninya sekarang dapat dialirkan dengan lancar ke seluruh tubuh.

Dalam waktu satu hari itu pula, perasaan cinta di dalam hati Tan Ki dan Mei Ling semakin bertambah.

Setelah hari kedua...

Ilmu lwekang Tan Ki berkembang semakin pesat. Hubungannya dengan Mei Ling seperti alat perekat. Keduanya tidak terpisahkan sedetikpun. Meskipun mereka selalu bersembunyi-sembunyi dan menghindari pandangan mata Cian Cong maupun Yibun Siu San, tetapi malah membuat perasaan rindu mereka semakin menggebu-gebu. Cinta kasih mereka semakin mendalam. Bahkan Mei Ling sudah bersumpah dalam hati, kalau tidak dengan Tan Ki, dia tidak mau menikah dengan siapapun.

Hari ketiga...

Suasana malam ini lain dari biasanya. Bahkan Cian Cong yang terkenal ugal-ugalan serta tidak bisa diam, juga acap kali mengerutkan sepasang alisnya. Dia berdiri di depan jendela dan melongokkan kepalanya keluar sambil memandang ke sekeliling.

Pasti hatinya sedang diganduli masalah yang berat dan tampaknya dia juga sedang menantikan kedatangan seseorang. Diam-diam Tan Ki bertanya-tanya dalam hati. Dia menjadi khawatir.

Namun dia melihat Yibun Siu San juga duduk di atas tempat tidur dengan memejamkan matanya sambil mengatur pernafasan. Tentu saja dia tidak berani mengganggu kedua orang itu dengan berbagai pertanyaan. Terpaksa dia memendam rasa ingin tahu dalam hatinya dan menemani Mei Ling duduk di samping meja sambil berdiam diri.

Saat demikian seakan lewat dengan merayap. Bahkan setiap detik maupun menitnya dapat terhitung. Sebuah lampu minyak yang terdapat di atas meja menyorotkan sinar yang remang-remang. Cahaya apinya berkibar-kibar terhembus angin yang bertiup dari arah jendela.

Suasana terasa mencekam, hal ini membuat perasaan mereka menjadi sumpek dan iseng.

Tiba-tiba...

Suara siulan yang panjang sayup-sayup berkumandang ke dalam gendang telinga. Tan Ki segera merasa bahwa orang yang mengeluarkan suara siulan itu memiliki tenaga yang kuat sekali, bahkan jauh lebih hebat daripada dirinya sendiri. Tanpa dapat ditahan lagi, wajahnya langsung berubah hebat. Secara refleks dia berdiri dari tempat duduknya.

Cian Cong tertawa lebar.

"Ternyata tidak salah, si iblis tua sudah datang." dia mendorong jendela di depannya agar terentang lebih lebar dan menyelinap keluar.

Yibun Siu San mendengus dingin. Dia juga langsung bangkit dari tempat tidur. Sepasang kakinya menutul dan tubuhnya pun melesat keluar. Secara berturut-turut mereka menghambur keluar dari rumah peristirahatan tersebut. Kecepatan gerakan mereka benar-benar mengejutkan!

Hampir bersamaan waktu dengan melayang turunnya kedua orang itu, terasa angin menerpa, tepat pada saat itu juga melayang turun seseorang yang mengenakan jubah hijau.

Laki-laki setengah baya ini sama sekali tidak asing bagi Tan Ki. Dialah Pek Hun Cengcu, si raja iblis nomor satu saat ini, Sam Jiu San Tian-sin Oey Kang.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang