60. Pertarungan Akhir (TAMAT)

3.4K 55 3
                                    

Tiba-tiba, tubuh Cin Ie berkelebat dan mengejar ke depan. Gadis ini lugu sekali.

Otaknya pun agak lambat. Meskipun dia dapat merasakan bahwa situasi di depan mata sekarang sangat gawat, tetapi dia tidak tahu bagaimana harus memperingatkan cicinya.

Hatinya menjadi panik dan tanpa berpikir panjang dia langsung mengejar Cin Ying. Ternyata apa yang diduganya sama sekali tidak salah. Ketika Cin Ying sudah melangkah lebih lima tindak, tiba-tiba Tong Ku Lu mengeluarkan suara tawa yang seram. Tangannya langsung menjulur keluar dan menghantam ke depan.

Wajah Cin Ying berubah hebat. Tersirat rasa terkejut yang tidak terkirakan pada mimik wajahnya itu. Keadaan seperti itu tentu sulit bagi siapapun untuk menghindarkan diri. Dia langsung merasa dirinya sudah diambang kematian. Rasa terkejut dan takut berbaur menjadi satu dalam hatinya. Wajahnya sungguh mengerikan.

Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang keras, Cia Tian Lun langsung melesat ke depan. Dia langsung menyambut serangan Tong Ku Lu tadi dengan kekerasan. Tampak debu-debu beterbangan, angin kencang membuat pakaian mereka berkibar-kibar.

Tong Ku Lu jadi tertegun melihat tindakannya. Dengan bingung dia berkata, "Entah apa maksud Cia-heng turun tangan menghalangi hente?"

"Kekuatan yang kau lancarkan dalam seranganmu begitu dahsyat. Kalau sampai mengenai sasaran, mungkin selembar jiwa Ing-ji sulit dipertahankan."

"Menghadapi pengkhianat, untuk apa harus mempertimbangkan berat tidaknya serangan kita?"

"Sayangnya kau bukan Tocu, jadi tidak dapat mengambil keputusan apakah dia harus dihukum mati atau tidak."

Tong Ku Lu marah sekali mendengar perkataannya.

"Sebetulnya apa maksud Cia-heng dengan mengeluarkan ucapan seperti ini? Kalau kau memang berniat membantunya, jangan salahkan kalau aku tidak mengingat lagi hubungan kita selama ini!"

Cia Tian Lun tersenyum simpul. "Aku bukannya memantu dia, tetapi melihat keadaan di depan mata sekarang ini, kita tidak boleh mengambil tindakan dengan tergesa-gesa. Kalau Ying-ji memang berkhianat, tidak perlu takut dia akan lari. Setelah kita bekerja sama meringkus anak muda itu, baru kita bawa dia menemui Tocu untuk menanyakan hukuman apa yang harus dijatuhkan pada dirinya. Untuk apa kau tergesa-gesa sekarang juga?"

Sepasang mata Tong Ku Lu mendelik lebar-lebar.

"Hengte maklum kau mempunyai hubungan yang baik dengan ayahnya. Sebelum meninggal, ayahnya pernah berpesan untuk menjaga mereka kakak beradik baik-baik. Ucapan semanis apapun yang kau ucapkan, hatiku tetap tidak akan tergerak!"

Cia Tian Lun tersenyum lembut.

"Tong-heng terlalu mendesak orang, cayhe mengingat..." belum lagi ucapannya selesai, tiba-tiba terasa ada serangkum angin yang kencang melanda ke arahnya dan telinganya mendengar dentingan senjata tajam. 

Entah sejak kapan, rupanya Tan Ki dan Hua Pek Cing sudah mulai bergebrak. Begitu hebatnya tenaga dalam kedua orang itu sehingga angin yang terpancar dari pedang maupun pukulan mereka terasa sampai ke tempat Cia Tian Lun.

Ilmu silat kedua orang ini memang hampir seimbang. Hanya dalam ilmu pedang saja, kedua orang itu masih terpaut sedikit. Keduanya mengerahkan jurus yang keji dan kecepatan kilat, untuk merubuhkan lawannya. Cahaya yang memijar dari senjata mereka semakin lama semakin berkilapan.

Pada saat itu, Lok Hong sudah merangkak bangun dan memborehkan obat pada lukanya. Sepasang matanya terus memperhatikan arena pertarungan. Wajahnya menyiratkan kepanikan yang tidak terkirakan.

Tiba-tiba terdengar suara bentakkan Tong Ku Lu, tubuhnya berkelebat ke depan dan melancarkan serangan yang dahsyat. Dalam sekejap mata dia sudah menjalankan tujuh delapan jurus yang mematikan.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang