Hatinya diganduli perasaan yang pilu. Dia melangkah terus tanpa menyadari apapun.
Perlahan-lahan dia mendaki sebuah bukit. Dari arah depan terasa angin berhembus, sejuknya bukan main. Rambut Mei Ling sampai berkibaran, pakaian atau tepatnya jubah yang dikenakan gadis itu juga melambai-lambai.
Tan Ki menghentikan langkah kakinya. Dengan termangu-mangu dia berdiri tegak. Di hadapannya terlihat gunung menjulang tinggi. Pemandangannya indah sekali. Tetapi Tan Ki seolah tidak melihat. Dia terus membopong Mei Ling seperti orang yang terpana.
Dengan berdiam diri, tubuhnya tampak tidak bergerak sedikitpun...
Saat yang sekejap itu, sepertinya lebih panjang dari biasa. Hening mencekam. Di benaknya terdapat banyak bayangan para gadis, tetapi sekarang semuanya sudah lenyap, yang teringat olehnya hanya Mei Ling seorang.
Angin masih berhembus, pegunungan tetap sunyi, semuanya tetap sama, tidak ada satu-pun yang berubah. Hanya perasaan Tan Ki yang makin tenggelam dalam kekalutan dan kesedihan. Keringatnya mengalir dengan deras, giginya digertakkan erat-erat.
Tubuhnya bergetar karena hatinya dirisaukan oleh berbagai penderitaan. Pikirannya sama sekali tidak tenang. Kejadian itu berlangsung lama sekali.
Tiba-tiba dia menarik nafas panjang. Perlahan-lahan dia menurunkan Mei Ling dari bopongannya. Dibiarkannya gadis itu berdiri tegak. Penyesalan di dalam hatinya masih belum sirna juga.
'Kalau tadi aku mengabulkan permintaan Oey Ku Kiong, dengan memperkenalkan Kiau Hun kepadanya, aku akan memperoleh obat penawarnya serta dapat menyembuhkan Mei Ling segera. Urusan lainnya biar lihat perkembangannya saja. Kelak, apakah Kiau Hun juga cinta atau tidak kepada pemuda itu, bukan urusanku lagi. Biar bagaimanapun, Kiau Hun sendiri yang berhak menentukannya, sedangkan aku tidak mungkin mengambil keputusan apa-apa. Pada saat itu aku sudah mendapatkan obat penawar, meskipun belakang hari Oey Ku Kiong marah kepadaku. Aih... mengapa aku demikian bodoh, dalam segala hal selalu mendahulukan kepercayaan dan tata krama, akhirnya Liu Moay Moay menjadi menderita seumur hidup. Dia kehilangan kebahagiaan untuk selamanya!' Keluhnya dalam hati.
Berpikir sampai di sini, dia semakin menyesal. Tanpa sadar dia mengangkat tangannya kemudian menampar pipinya sendiri berulang kali. Dalam waktu yang bersamaan, mulutnya pun terus memaki dirinya sendiri...
"Bodoh, tolol, mampus saja kau...!"
Sambil memukul dia terus memaki, tanpa terasa air matanya mengalir dengan deras membasahi pipinya.
Tan Ki menangis. Baru pertama kalinya dia menguraikan air mata demi gadis yang dikasihinya. Dia merasa hal itu cukup berharga baginya untuk ditangisi.
Airmata terus mengalir, mengiringi ucapannya yang lirih sekali yang tercetus dari hati kecilnya...
"Liu Moay, sebetulnya aku sudah mendapat kesempatan untuk menolongmu, tetapi dengan mudah aku mengabaikannya. Dua kali aku mendapat uluran tanganmu sehingga aku terlepas dari kesulitan. Malah sekarang aku membiarkanmu sedemikian rupa. Walaupun aku dihukum seribu bacokan, dosa ini tetap tidak tertebus. Liu Moay, apakah kau mendengarkan ucapanku? Aku harap kau bersedia memaafkan..."
Tenggorokannya bagai tercekat, untuk sesaat dia tidak sanggup melanjutkan katakatanya. Dua baris air mata mengalir semakin deras. Bahkan kerah bajunya sudah basah karena rembesan air matanya.
"Aku mencintaimu..."
Nada suaranya begitu tulus, di dalamnya terkandung kepiluan dan cinta kasih yang murni. Tampaknya setelah bergumam beberapa saat, dia masih belum juga mencetuskan seluruh perasaannya. Itulah sebabnya kemudian dia mengucapkan juga kata-kata yang terakhir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...