8. Dewa Kilat Bertangan Tiga

3.3K 53 2
                                    

Meskipun Liang Fu Yong menguasai ilmu Tian Ti Mo-bu ini, tetapi terhadap luka yang diakibatkannya, dia tidak mempunyai kesanggupan untuk mengobati. Pikirannya tergerak, hatinya semakin panik. Air mata menetes dengan deras namun mulutnya mengeluarkan suara tawa yang pilu.

"Adik, aku telah mencelakaimu..," suaranya lirih, di dalamnya terkandung penyesalan yang tidak terkirakan. Sayangnya Tan Ki sudah tidak dapat mendengarnya lagi.

Angin malam bertiup sepoi-sepoi. Dia merasa udara semakin dingin. Dan dalam waktu yang bersamaan dia baru menyadari bahwa dirinya belum mengenakan pakaiannya kembali. Dengan lembut dia mengusap wajah Tan Ki. Hatinya seakan hancur berkeping-keping, pilunya tidak terkatakan. 

Dua bulir air mata bagai pancuran terus mengalir membasahi kedua pipinya. Sampai lama sekali dia berdiam diri, akhirnya dia menarik nafas panjang dan melangkah ke tempat di mana bajunya berserakan.

Cahaya rembulan bagai air yang beriak menyoroti tubuh yang mulus dan indah serta melenggok dengan gemulai...

Ini merupakan pemandangan yang dapat membuat manusia terlena!

Tiba-tiba... sebuah suara tawa yang panjang, berkumandang memecahkan keheningan.

Suara tawa yang keras dan menggetarkan hati. Bayangan manusia berkelebat, seorang laki-laki setengah baya yang mengenakan pakaian berwarna hijau tahu-tahu telah berdiri di depan mata.

Gerakan orang ini demikian cepat sehingga sulit ditangkap oleh penglihatan. Apalagi kehadirannya tidak menimbulkan suara sama sekali. Ketika Liang Fu Yong melihat bayangan berkelebat, tanpa terasa hatinya menjadi tercekat, kakinya sampai mundur tiga langkah!

Begitu matanya memandang, manusia berpakaian hijau itu seakan melihat sesuatu yang ada di luar dugaannya. Dia menatap Liang Fu Yong lekat-lekat. Sinar, matanya menyiratkan keheranan, penasaran, gembira... dan sesuatu yang kurang, beres.

Tanpa sadar, dia menundukkan kepala dan melihat keadaannya sendiri. Tiba-tiba dia menjerit kaget. Sepasang lengannya segera bergerak untuk menutupi dua bagian terpenting di tubuhnya. Sepasang pahanya merapat dan meringkukkan badannya.

Dulu, dia memandang kaum laki-laki bagai harta benda, sering dia menggunakan keindahan tubuhnya untuk merayu mereka dan menukar kegembiraan dengan mereka.

Tetapi saat ini, dia juga bisa merasa malu? Apakah ini termasuk keahliannya, yakni berpura-pura? Tidak. Dalam hatinya telah terukir bayangan Tan Ki. Suaranya, nasihatnya, setiap saat melintas di dalam benaknya.

Membuat hatinya mempunyai keinginan untuk, merubah wataknya. Malam ini, dia menghindari Tan Ki dan mencari pelajar itu untuk bertukar kesenangan. Semua ini merupakan spontanitas di mana untuk sesaat dia tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.

Sekarang di depan matanya tiba-tiba muncul manusia berpakaian hijau ini, sedangkan dirinya dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Bagaimana hatinya tidak menjadi tegang dan malu setengah mati.

Justru ketika dia meringkukkan badannya, selembar wajahnya sudah berubah merah padam. Ya panik, ya malu, ingin rasanya dia menyelusupkah dirinya ke dalam sebuah liang di tanah agar tidak kelihatan lagi.

Manusia berjubah hijau itu menatap Liang Fu Yong sekian lama, akhirnya dia seperti telah memuaskan pandangan matanya, bibirnya tersenyum.

"Kouwnio, apakah kau yang dipanggil Siau Yau Siau-li?"

Hati Liang Fu Yong tercekat.

"Tolong lemparkan pakaian yang ada di bawah kakimu," katanya gugup. 

Manusia berpakaian hijau itu semakin acuh tak acuh.

"Malam demikian dingin dan berkabut pula. KouWnio tidak takut masuk angin? Dengan bertelanjang bulat seperti ini, sebetulnya..." bibirnya tersenyum simpul. 

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang