38. Ujung Nafas Si Pengemis Sakti

1.9K 32 2
                                    

Mei Ling dan Liang Fu Yong tahu kalau Locianpwe yang hatinya bijaksana dan mulia ini tidak suka segala macam peradatan, terpaksa mereka menurut dan berdiri. Mereka tetap memapah tubuh si pengemis sakti Cian Cong dari kiri dan kanan.

Tosu tua memperhatikan wajah si pengemis sakti Cian Cong dengan sinar matanya yang tajam bagai kilat. Matanya lalu beralih kepada Kaucu Pek Kut Kau yang sedang memejamkan matanya mengatur pernafasan. Perlahan-lahan dia menganggukkan kepalanya.

"Orang ini sudah terluka parah, Pinto sebagai orang yang beragama selalu mementingkan kedamaian hati dan jiwa yang bersih. Harap saudara melihat muka Pinto dan melepaskan selembar nyawanya, tentunya saudara tidak keberatan, bukan?"

Manusia aneh berpakaian hitam itu mengerlingkan matanya satu kali kemudian menundukkan kepala merenung beberapa saat.

"Apa yang totiang katakan seharusnya aku turuti, tetapi si pengemis tua she Cian ini sudah melukai majikanku. Sebelumnya dia juga sudah membunuh dua orang rekanku. Totiang lihat sendiri, yang mati ada yang terlukapun ada. Meskipun Boanpwe bersedia melepaskan selembar nyawanya, tetapi bagaimana Boanpwe harus bertanggung jawab kepada majikan serta kedua kawanku itu? Untuk hal ini Boanpwe terpaksa minta maaf kepada totiang. Cayhe sendiri menyadari bahwa ilmu silat yang Cayhe miliki masih terlalu rendah, otomatis bukan tandingan Locianpwe yang sakti, tetapi di dalam wilayah Si Yu kami terdapat banyak pendekar-pendekar yang berilmu tinggi dan pemberani..."

Tosu tua ini mempunyai watak yang lembut. Hatinya juga sangat pengertian terhadap siapa saja. Dia maklum manusia berpakaian hitam ini hanya pura-pura gagah padahal dalam hatinya sudah timbul rasa ngeri. Tetapi dia juga tidak ingin menjatuhkan harga dirinya di depan orang banyak. Bibirnya mengembangkan seulas senyuman yang bijaksana.

"Kalau dihitung dari jumlah korban yang jatuh di kedua belah pihak, memang tidak seharusnya pinto mengajukan permintaan ini. Tetapi di balik urusan ini terselip persoalan budi dan dendam yang masih ada kaitannya dengan diri pinto sendiri, oleh karena itu pinto terpaksa ikut campur. Kalau kau memang merasa kurang puas, silahkan datang ke Yang Sim An di Bu Tong San dan mencari pinto, Tian Bu Cu untuk membuat perhitungan."

Seraya bicara, tosu tua itu memalingkan wajahnya dan berpesan kepada Liang Fu Yong dan Mei Ling, "Kalian bawa dulu Cian Locianpwe, sebentar lagi aku akan menyusul!"

Kedua gadis itu segera mengiakan. Mereka langsung mengangkat tokoh tua tersebut, setelah itu mereka membalikkan tubuh dan berlari pergi. Terdengar suara angin berdesir, bayangan tubuh mereka berkelebat bagai kilat. Dalam sekejap mata saja sudah menghilang dari pandangan.

Tian Bu Cu menunggu sampai kedua gadis itu sudah pergi agak jauh baru dia menjura pada Kaucu Pek Kut Kau sambil mengembangkan seulas senyuman.

"Pohon berbuah ada masanya, sama sekali tidak dapat dipaksakan. Sicu merupakan seorang kepala pemimpin yang mempunyai wilayah sendiri, selamanya tidak pernah mencari ikatan benci atau dendam di daerah Tiong-goan. Lalu, mengapa harus melumurkan darah mengotori tangan, yang akhirnya hanya menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri? Kata-kata pinto hanya sekian saja, makna yang terkandung di dalamnya, hanya Sicu sendiri yang harus mencari pengertiannya."

Mendengar ucapannya, Kaucu Pek Kut Kau itu mengerlingkan matanya beberapa kali kemudian tiba-tiba membelalak, seakan ingin membalas sindiran Tian Bu Cu. Akhirnya dia hanya mendengus keras-keras dan kembali memejamkan matanya.

Meskipun Tian Bu Cu berniat mengembalikan Kaucu Pek Kut Kau itu dari jalan yang sesat, namun melihat orang tidak memberikan reaksi apa-apa atas ucapannya, akhirnya dia hanya bisa menarik nafas panjang kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.

****

Sementara itu, Liang Fu Yong dan Mei Ling memapah tubuh si pengemis sakti Cian Cong yang nafasnya tinggal satu-satu. Mereka berlari dengan kencang, mendaki bukit bagai berjalan di tanah datar saja. Dalam waktu singkat mereka sudah memasuki lembah pegunungan. Di kedua sisi tampak puncak gunung menjulang tinggi, mungkin mencapai ribuan depa. Mereka menembus celah-celah yang sempit lalu mengitari beberapa belokan terjal. Tiba-tiba pemandangan jadi berubah.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang