49. Ilmu Sejati

1.5K 29 2
                                    

Pertarungan di antara mereka berlangsung sengit sekali. Yang satu adalah ketua Ti Ciang Pang yang menguasai wilayah Sai Pak, sedangkan yang satunya merupakan pendekar muda yang baru berhasil merebut kedudukan Bulim Bengcu. Meskipun baru kali ini mereka benar-benar bergebrak, tetapi serangan yang dilancarkan menggunakan kecepatan yang tidak terkirakan.

Masing-masing pihak berusaha mendahului lawannya mendapatkan peluang untuk menyerang terlebih dahulu. Dalam sepuluh jurus kemudian, tampak bayangan pukulan berkibar-kibar, angin yang terpancar bagai auman seekor harimau. Bayangan tubuh keduanya sulit lagi dibedakan. Apabila diperhatikan sepintas lalu, gerakan tangan mereka bagai berubah menjadi ratusan pasang yang saling melilit kemudian memencar kembali.

Ilmu silat Tan Ki merupakan hasil curian, sebelum bertarung saja hatinya sudah berdebar-debar. Kadang kala dia sampai kalang kabut diserang oleh Lok Hong. Keadaan dirinya sempat terperangkap dalam bahaya beberapa kali. Tetapi setelah lewat beberapa jurus, dia melihat bahwa tenaga dalam Lok Hong tidak lebih tinggi dari dirinya sendiri.

Dengan demikian nyalinya jadi besar dan tiba-tiba dia membentak dengan suara keras. Serangannya berubah menjadi gencar, secara berturut-turut dia membalas serangan Lok Hong dengan empat lima jurus. Begitu hebatnya serangan Tan Ki sampai Lok Hong mulai terdesak dan mencelat ke belakang sejauh tiga langkah. Lama kelamaan dia malah berada di posisi yang semakin gawat.

Sekarang ini, Tan Ki mulai merasa bahwa ketakutannya terhadap Lok Hong di masa yang silam benar-benar merupakan hal yang menggelikan. Dia sama sekali tidak sadar bahwa Lok Hong bisa menjadi ketua sebuah perguruan dan menguasai wilayah Sai Pak sekian lama, tentu bukan hal yang mudah. Tentu saja dia mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Hanya saja dia jarang berkecimpung di dunia Kangouw sehingga pengalaman bertarungnya tidak cukup banyak. Lagipula sejak semula Tan Ki sudah merasa gentar karena merasa ilmu yang dimilikinya berasal dari perguruan orangtua tersebut. 

Dengan demikian jurus apapun yang dikerahkannya, tentu Lok Hong sudah paham sekali serta tahu bagaimana menangkisnya. Oleh karena itu, sebelum bertarung saja hatinya sudah gentar terlebih dahulu. Dalam keadaan gugup, otomatis ilmu seseorang tidak dapat dikerahkan dengan lancar. Untung saja dia berhasil mendapat didikan dari Yibun Siu San dan Cian Cong sehingga tenaga dalamnya jauh lebih kuat dan pikirannya juga jauh lebih peka.

Melihat hasutannya membuahkan hasil, sudah barang tentu hati Kiau Hun gembira bukan kepalang. Tetapi setelah memperhatikan sejenak, dia dapat melihat bahwa meskipun tenaga dalam Lok Hong cukup hebat, namun apabila ingin melukai Tan Ki dalam waktu yang singkat, bukan hal yang mudah. 

Matanya mengerling ke sana ke mari sejenak, kemudian dia berteriak dengan nada lantang, "Lok Locianpwe, bagaimana kalau aku membantumu?"

Sebetulnya dia tidak perlu mengucapkan kata-kata itu, karena pembicaraannya belum selesai, tubuhnya sudah melesat ke depan tanpa memperdulikan Lok Hong akan setuju atau tidak dengan tindakannya itu. Tampak cahaya hijau berkilauan, dia meluncurkan serangannya ke arah telapak tangan Tan Ki yang sedang melesat datang.

Baru saja serangannya dilancarkan, tampak bayangan berkelebat, tahu-tahu Tan Ki sudah mencelat mundur sejauh lima langkah.

Rupanya dia sadar bahwa pedang pendek di tangan Kiau Hun tajamnya bukan main. Oleh karena itu dia tidak berani menyambut dengan kekerasan. Terpaksa dia mengerahkan salah satu jurus dari ilmu Te Sa Jit-sut yang paling hebat dan menghindar dari serangan Lok Hong. Dalam waktu yang bersamaan tubuhnya mencelat ke belakang, tetapi sekonyong-konyong telinganya mendengar desiran angin yang menyapu lewat di depan dadanya. Hatinya langsung tergetar. Melihat serangan Kiau Hun yang begitu keji, dia segera sadar bahwa perempuan itu memang benar-benar ingin menghabisi nyawanya.

Hatinya tergerak, sepasang matanya langsung mendelik lebar-lebar.

"Kiau Hun, tindakanmu ini...!" dia tidak sanggup meneruskan kata-katanya, hatinya terasa pilu dan gusar. Tubuhnya gemetar dan wajahnya merah padam. 

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang