55. Gejolak Emosi

1.7K 34 0
                                    

Melihat sikap hwesio itu mengajukan pertanyaan demikian serius dan angker, biar bagaimana Cian Cong merupakan seorang tokoh yang berpengetahuan luas dan sudah banyak pengalaman. Lambat laun si pengemis sakti mulai merasakan gentingnya urusan ini. Tetapi perasaan hatinya sangat mengkhawatirkan diri Tan Ki. 

Tanpa dapat ditahan lagi dia bertanya, "Ucapan apa sih yang dikatakannya hari itu, sehingga membuat kau begitu penasaran?"

Sia Hai Cinjin tertawa dingin.

"Nama Locianpwe sudah terkenal di seluruh dunia, sinar mata pun lebih tajam dari orang lain. Ternyata selama ini tidak menyadari bahwa ada seorang penjahat atau iblis yang selalu mendampingi di sisi tubuh. Benar-benar menggelikan!"

Untuk sesaat pikiran si pengemis sakti Cian Cong seakan menjadi buntu. Mendengar sindirannya yang tajam, dia malah jadi termangu-mangu, tidak tahu apa yang harus ia ucapkan. Dia sendiri tidak dapat mengatakan apakah saat ini hatinya merasa kesal atau marah mendengar ucapan Sia Hai Cinjin itu.

Yibun Siu San dan Tian Bu Cu seperti menemukan suatu hal sehingga pandangan mata mereka menatap diri Sia Hai Cinjin lekat-lekat. Keduanya berdiam diri tanpa ikut campur dalam masalah ini. Tetapi wajah Tian Bu Cu mulai menyiratkan perasaan paniknya. 

Sedangkan hati Yibun Siu San bukan main tegangnya.

Terdengar Sia Hai Cinjin kembali berkata dengan suara lantang.

"Hal yang membuat hati Pinto terkejut setengah mati adalah ucapan saudara tempo hari yang mengaku diri sendiri sebagai Cian Bin Mo-ong yang tiba-tiba menghilang selama beberapa bulan terakhir ini. Entah benarkah apa yang pinto ucapkan ini?"

Begitu ucapannya keluar dari mulut, segera timbul reaksi dari orang-orang gagah yang berkumpul di tempat itu. Wajah mereka menunjukkan mimik terkejut yang tidak kepalang besarnya. Diam-diam timbul kecurigaan di dalam hati mereka.

Beratus pasang mata terpusat pada diri Sia Hai Cinjin. Sejenak kemudian beralih pada diri Tan Ki. Setelah itu kembali lagi menatap Sia Hai Cinjin. Demikian mereka mengalihkan pandangan secara bergantian sampai beberapa waktu. Mereka seakan ingin menyelidiki kebenaran dari mimik wajah kedua orang itu. Apakah pemuda yang sanggup menaklukkan hati orang-orang gagah ini benar-benar si raja iblis Cian Bin Mo-ong? Atau Sia Hia Cinjin yang mengada-ada?

Hati mereka diselimuti berbagai pertanyaan, mereka hanya dapat menduga-duga menurut pandangan masing-masing. Begitu tegangnya suasana yang terasa di tempat itu sehingga mereka menunggu jawaban Tan Ki dengan menahan nafas.

Dengan tubuh membelakangi orang-orang, Tan Ki seakan sedang memperhatikan keadaan di sekitarnya secara diam-diam.

Kurang lebih sepeminuman teh kemudian, baru terdengar Tan Ki berkata dengan perlahan-lahan.

"Apa yang totiang katakan semuanya merupakan kenyataan. Cayhe memang Cian Bin Mo-ong sebagaimana dugaanmu. Apa kiranya yang hendak totiang lakukan sekarang?"

Kata-kata ini diucapkan dengan nada yang panjangnya tidak terkirakan. Setiap kalimat seakan mengandung kekuatan yang hebat.

Serta tajam bagai pisau. Sia Hai Cinjin yang mendengarnya, tanpa dapat ditahan lagi meremang semua bulu kuduk di tubuhnya. Kakinya tergetar mundur satu langkah.

Perlu diketahui bahwa bagaimanapun Tan Ki sudah terpilih sebagai Bulim Bengcu saat ini. Lagipula tokoh-tokoh yang bergabung di bawah benderanya terdiri dari berbagai kalangan. Tidak sedikit yang berwatak kasar dan garang. Kalau hati merasa kurang senang, kemungkinan bisa menebas lehermu dengan golok tanpa berpikir panjang lagi.

Pokoknya perintahmu langsung diabaikan oleh mereka. Tetapi apabila hati mereka sudah takluk kepada seseorang, mereka tidak segan mengorbankan apa saja. Kesetiaan mereka tidak perlu diragukan lagi. Kalau ditilik dari keadaan di depan mata, setelah mendengar ucapan Tan Ki, mereka masih berdiri tegak dengan mata memperhatikan mereka berdua.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang