10. Pertarungan Mantan Guru & Murid

3.8K 52 4
                                    

Perlahan-lahan Lok Hong mendekatinya. Dia menepuk-nepuk pundak gadis itu. Bibirnya tersenyum.

"Apa yang kau pikirkan? Mengapa sampai tertegun seperti itu?" nada suaranya mengandung kasih sayang yang dalam.

Tanpa bergerak sedikitpun, Lok Ing berdiri termangu-mangu.

Ditanya sedemikian rupa oleh Lok Hong, tanpa sadar dia menyahut, "Aku sedang memikirkan dia..."

Lok Hong tersenyum simpul.

"Apakah dia jahat sekali?"

Lok Ing menganggukkan kepalanya seperti burung pelatuk. Kata-kata yang tercetus dari mulutnya seperti sedang bergumam seorang diri, tetapi seperti juga sedang memberikan jawaban atas pertanyaan kakeknya.

"Betul, dia memang jahat... jahat sekali. Menyebalkan... tetapi, aku kok tidak tahu di mana letak kejahatannya?" di dasar hatinya yang paling dalam, Long Ing seakan sedang menimbun segudang rahasia. Kata-kata ini diucapkan dengan terputus-putus. Nada suaranya juga tidak menentu. Kadang tinggi, kadang pula rendah.  Meskipun ilmu silat Lok Hong tinggi sekali, tetap saja ada beberapa patah yang kurang jelas tertangkap oleh telinganya.

Tetapi, biar bagaimanapun dia merupakan seorang pangcu dari sebuah perkumpulan yang sudah terkenal sekali. Pengetahuan maupun pengalamannya sangat luas. Gerak-gerik Lok Ing yang seperti orang kehilangan kesadaran serta terlena dalam lamunan, sekali lihat saja dia sudah mengerti bahwa di dalam lubuk hati gadis itu pasti ada masalah.

Tiba-tiba sebuah ingatan melintas di benaknya. Pada dasarnya orangtua ini memang bukan orang yang bodoh. Tampak dia menarik nafas panjang kemudian mengalihkan pokok pembicaraan.

"Mari kita berangkat. Pek Hun San Ceng merupakan tempat yang berbahaya. Boleh dibilang sebuah sarang harimau. Kepergian kita kali ini mungkin akan menghadapi ajang pembunuhan yang menyeramkan. Sebaiknya kau lebih berhati-hati dan jangan bertindak gegabah."

"Aku sudah tahu. Yaya, aku tidak akan menurunkan derajat perkumpulan kita."

Pada saat berbicara itu, keduanya sudah mengerahkan ilmu ginkangnya dan melesat secepat bidikan anak panah. Kurang lebih sepenanakan nasi kemudian, mereka sudah keluar dari daerah pegunungan. 

Begitu memandang dari kejauhan, tampak sebuah bangunan yang besar sekali. Sekelilingnya ditumbuhi pepohonan yang merambat dan lebat sehingga temboknya hampir tertutup.

Justru ketika sedang berlari pesat melesat ke depan. Dari balik sebatang pohon yang baru saja mereka lalui, muncul seorang pemuda berwajah tampan. Dia tidak lain dari Cian bin mo-ong Tan Ki.

Tadinya dia berpikir, setelah meninggalkan rombongan Liu Seng, dia akan merias dirinya menjadi orang lain. Dengan demikian, apabila dia ingin menolong orang atau pun membalas dendam, dia dapat bergerak dengan leluasa. Siapa tahu Lok Hong dan cucunya juga datang ke Pek Hun Ceng. Meskipun dia mempunyai nyali sebesar apapun, tetap saja ia tidak berani bertemu lagi dengan Lok Hong. Dia bermaksud menghindarkan diri dari orang ini sejauh-jauhnya. Dengan demikian, hatinya bisa menjadi tenang. Mana sudi dia pergi ke Pek Hun Ceng saat ini?

Tetapi mengingat musuh besar yang membunuh ayahnya juga ada di dalam, kebencian di dalam hatinya semakin menjadi-jadi. Rasanya sulit untuk memadamkan kobaran api kemarahan dalam dadanya.

Pikirannya melayang-layang. Otaknya terus berputar. Untuk sesaat dia merasa mundur salah, maju juga salah. Hatinya gelisah luar biasa. Kakinya melangkah ke depan, tetapi tidak membedakan utara selatan timur maupun barat. Pokoknya dia hanya melangkah terus.

Matahari bersinar terik, angin hangat bertiup sepoi-sepoi. Keadaan ini membuat perasaan orang jadi terlena. Hati Tan Ki sedang gundah. Dengan termenung-menung dia terus melangkah. Telinga maupun matanya seperti kehilangan kepekaannya. Entah sejak kapan, dari belakangnya terlihat mengikuti seorang gadis. Wajahnya cantik jelita.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang