Tampaknya manusia berpakaian putih itu terkesiap sekali melihat serangannya yang hebat bukan buatan itu. Mau tidak mau dia menarik kembali serangannya sendiri lalu mencelat ke samping untuk menghindarkan diri.
Tiba-tiba Tan Ki mendongakkan wajahnya dan tertawa terbahak-bahak.
"Kau sudah tertipu, mengapa masih tidak menyerah?"
Pergelangan tangannya memutar kemudian mengibas. Tubuhnya meluncur ke depan mengejar. Begitu tangannya bergerak, pedang sulingnya langsung menimbulkan bayangan yang tidak terhitung jumlahnya. Hawa dingin menyebar, cahayanya berpijar. Bagai gumpalan awan yang disinari mentari dan meluncur ke depan bagai kilat.
Jurus ini bukan jurus sembarangan, justru merupakan salah satu jurus yang paling hebat dari Te Sa Jit-sut, yakni Lautan Selatan Menggelora. Kekuatannya dahsyat sekali dan sulit dicari tandingannya.
Kemudian terdengar suara siulan yang tajam dan menyayat hati, memecahkan keheningan suasana yang tegang. Hujan darah memercik ke mana-mana, disusul dengan sebuah lengan tangan yang dilewati oleh pedang suling Tan Ki lalu terbang melayang sejauh dua depaan.
Begitu mata memandang, tampak manusia berpakaian putih itu mendekap sebelah tangannya yang kutung. Ia mundur dengan terhuyung-huyung. Wajahnya yang pucat pasi menyiratkan penderitaan yang tidak terkirakan. Tetesan-tetesan darah segar bagai air pancuran mengalir mengiringi gerakan langkahnya yang limbung.
Wajah Tan Ki malah menyiratkan seulas senyuman yang gagah dan berdiri di tempatnya dengan tenang. Saat itu dia masih mengenakan pakaian pengantinnya serta tampak berkibar-kibar ditiup angin pagi.
Sikapnya berwibawa dan anggun persis seperti seorang dewa yang turun dari langit. Tubuhnya berdiri dengan tegak. Dengan berhasilnya serangan yang ia lancarkan tadi, bahkan lawannya sampai terpapas kutung lengannya, membuktikan bahwa hasil pemikirannya tadi sudah benar dan dia sudah menembus bagian tersulit dalam ilmu pedang.
Hatinya juga sadar bahwa Te Sa Jit-sut telah berhasil ia kuasai sepenuhnya sehingga dapat digunakan sesuai keinginan hatinya. Asal diberi waktu beberapa kentungan lagi untuk merenungkan Tian Si Sam-sut, dia yakin ilmu ini juga dapat dikuasainya dengan sempurna. Dengan demikian dia mempunyai peluang untuk menyaingi jago-jago kelas tinggi di dunia Bulim sehingga namanya akan berkumandang di mana-mana. Sayangnya, sebentar lagi dia akan mati...
Meskipun Tan Ki adalah seorang pemuda yang bernasib malang dan tidak memperdulikan mati hidupnya sendiri, tetapi di saat berpikir tentang kemajuan ilmu silat yang berhasil dicapainya, sehingga ada kemungkinan mendapat kejayaan di masa yang akan datang, mau tidak mau hatinya menjadi pedih mengingat bahwa usianya hanya tinggal beberapa saat dan dia sudah harus meninggalkan dunia yang penuh variasi ini.
Manusia berjubah longgar hitam dan merupakan Kaucu dari Pek Kut Kau dari wilayah barat menggerakkan tubuhnya yang kecil pendek dan melangkah keluar perlahan-lahan.
Tampak sepasang matanya menyorotkan sinar kebimbangan dan kekhawatiran. Dia berjalan mendekati Tan Ki.
"Ilmu pedang yang kau gunakan tadi, siapa yang mewariskannya kepadamu?" tanyanya serius.
"Bagaimana kalau aku tidak ingin memberitahukannya kepadamu?"
Kaucu Pek Kut Kau itu memperdengarkan suara tawa yang menyeramkan.
"Kata-kata yang telah aku cetuskan, tidak ada seorangpun yang berani menentangnya. Kalau kau tidak percaya, boleh coba-coba. Saat itu biarpun kau ingin mengatakannya, kemungkinan sudah terlambat..."
Pada saat ini, Tan Ki sudah tidak memperdulikan mati hidupnya lagi. Dalam pikirannya, meskipun dia tidak mati dalam pertarungan, toh dia akan mati juga karena serangan racun dalam tubuhnya. Mendengar kata-kata manusia berjubah hitam itu yang demikian angkuh, tanpa dapat ditahan lagi dia tertawa terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
AksiDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...