32. Menanti Ajal

1.9K 40 1
                                    

Terdengar suara langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat. Sekarang jaraknya paling-paling empat lima depa dari hadapannya. Kemudian langkah kaki itu berhenti.

Mungkin orang itu sudah melihat Tan Ki maka menghentikan gerakan tubuhnya. Sekejap kemudian, terdengar lagi suara langkah tadi yang semakin jelas menghampiri tempatnya berada.

Keadaan ini membuat rasa penasaran Tan Ki bangkit juga. Oleh karena itu, dia membuka matanya sedikit dan mengintip. Tanpa dapat ditahan lagi mulutnya mengeluarkan seruan terkejut. Kemudian wajahnya menyiratkan rona merah jambu.

Rupanya orang ini sama sekali tidak asing bagi dirinya. Justru gadis ini yang selalu membuat perasaannya menjadi jengah setiap kali bertemu, yakni Cin Ying dari Lam Hay.

Sejak hujan badai yang dialaminya tadi malam, di mana dia memperkosa Liang Fu Yong tanpa sadar. Justru dirinya sial sekali karena kepergok oleh gadis ini. Malah dia pula yang mengantarkan dua stel pakaian guna menutup diri mereka yang bugil. Teringat kembali hal yang demikian memalukan, bagaimana wajahnya tidak menjadi merah padam? 

Justru ketika merasa tidak tenang karena malu setengah mati, terdengar gadis itu bertanya dengan suara yang lembut.

"Apakah kau duduk di sini menunggu kedatangan seseorang?" suaranya begitu tenang sehingga orang tidak dapat menduga apa yang tersirat dalam hatinya. Apakah dia sedang marah atau gembira.

Tan Ki menggelengkan kepalanya.

"Aku sedang menunggu kematian!"

Cin Ying jadi tertegun mendengar kata-katanya.

"Apa? Menunggu kematian?"

Tan Ki tertawa getir.

"Tidak salah, aku memang sedang menunggu kematian."

Sepasang mata Cin Ying yang indah membelalak lebar-lebar. Dari dalamnya menyorot sinar yang tajam, dia memperhatikan Tan Ki dari atas kepala sampai ke bawah kaki seakan ingin menyelidiki apakah anak muda ini tiba-tiba saja menjadi kurang waras.

Sementara itu, bibirnya tetap berbicara, "Kata-katamu itu tiada ujung tiada pangkalnya. Orang yang mendengar akan sulit untuk memahami. Bagaimana kalau kau menceritakannya lebih jelas dan lihat apakah aku sanggup menolongmu..." kata-katanya terhenti sejenak, kemudian dia menarik nafas panjang. "Hawa racun yang terpancar dari dirimu tampaknya sudah mencapai taraf yang parah sekali..."

Tan Ki tertawa sumbang, "Meskipun kau bisa melihat bahwa diriku sedang keracunan, tetapi biar bagaimana kau pasti tidak dapat menghilangkan dua jenis racun yang segera menunjukkan reaksinya dalam waktu yang bersamaan."

"Benarkah sudah separah itu?" kalau ditilik Bari nada suaranya, tampaknya gadis itu masih kurang percaya.

Tan Ki mendongakkan wajahnya dan tersenyum gagah.

"Pertama-tama ada seseorang yang meracuni tubuhku. Begitu hebatnya sampai aku pendiri tidak tahu bagaimana caranya dan tidak menyadarinya sama sekali. Barusan aku bertarung dengan jago dari Si Yu, akibatnya aku terkena serangan kuku beracun dari adik seperguruan Kaucu Pek Kut Kau itu. Dua jenis racun berkumpul menjadi satu dan sebentar lagi akan menunjukkan reaksinya. Meskipun aku memiliki tenaga dalam yang lebih hebat lagi, dan dapat memperpanjang umurku sampai senja nanti, tetapi tetap saja tidak sempat melihat mentari esok pagi. Apabila kedua racun ini sudah kambuh, aku pasti akan menemui ajal."

Wajah Cin Ying lambat laun menjadi kelam. Segulung perasaan sedih tiba-tiba saja menyelimuti hatinya. Tumbuh semacam perasaan khawatir yang dalam. Air matanya mengembang lalu menetes turun membasahi pipinya.

Mendadak tampak tubuh Tan Ki bergetar hebat sekejap. Dia seolah mendadak ditinju oleh seseorang dengan keras. Sepasang alisnya bertaut dengan erat. Begitu sakitnya sehingga keringatnya mengucur dengan deras.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang