Tampak di ujung lengan baju sebelah kiri, tersembul sebuah telapak tangan yang mengeluarkan kilauan cahaya yang menyolok mata.
Pertama-tama Cian Cong tertegun agak lama. Kemudian dia tertawa terbahak-bahak.
"Lok Laotao (bapak tua) jangan bergurau, kita sudah lama sekali tidak berjumpa!"
Orang tua berjubah hijau itu tertawa dingin.
"Masih lumayan, hengte masih belum masuk liang kubur, akhir-akhir ini Cian heng rasanya..." begitu matanya beredar, dia langsung mengeluarkan seruan terkejut.
Tidak terlihat bagaimana caranya bergerak, tahu-tahu orangnya sudah sampai di samping gadis berpakaian hitam.
Ketinggian ilmu ginkang yang diperlihatkannya, membuat wajah Liu Seng beserta Ciong San Tiau Siu berubah hebat. Pandangan mereka sampai berkunang-kunang.
Begitu penglihatan dialihkan kembali, tampak tubuh orang tua berjubah hijau itu bergetar keras.
Dia seperti baru saja mendapat pukulan bathin yang hebat.
Terdengar suara ratapannya yang pilu dengan suara parau dan tersendat-sendat.
"Ingji, oh Ingji, kau pergilah. Setelah kau mati, Kong kong pasti akan membunuh seratus tokoh Bulim sebagai korban untukmu dan teman di saat penguburanmu."
Hati Cian Cong tercekat sekali.
"Hei, Lok laotao, masa nyawa cucu perempuanmu bernilai begitu tinggi?" teriaknya kesal.
Begitu kesal dan sedihnya orangtua berjubah hijau sampai mengeluarkan suara tertawa yang panjang.
"Kau kira siapa dan apa kedudukan cucu perempuanku ini. Biarpun seratus atau seribu lembar nyawa tokoh Bulim juga hanya pantas dibandingkan dengan selembar bulu kakinya saja!"
Cian Cong ikut-ikutan tertawa dingin.
"Nyawa cucu perempuanmu begitu berharga, apakah nyawa orang lain bukan nyawa juga, tapi sampah?" sahutnya kesal.
Tampaknya kesedihan orangtua berjubah hijau sudah mencapai puncaknya. Emosi yang meluap-luap dalam hatinya tiada tempat untuk disalurkan. Oleh karena itu, dia mengangkat telapak tangannya dan menghantam meja bundar di tengah ruangan yang terbuat dari kayu.
Terdengar suara geprakan yang keras, meja itu pun sompal bagian ujungnya.
Matanya mendelik lebar-lebar. Sinar matanya mengandung api yang berkobar-kobar.
"Siapa yang membunuh cucu perempuanku yang baik?" tanyanya marah.
Nada suaranya melengking tinggi. Bagai ratapan dan tangisan setan-setan di malam hari. Orang yang ada di dalam ruangan kecuali Cian Cong, tidak ada satupun yang tidak tergetar. Bulu kuduk mereka seakan merinding semua.
Cian Cong malah tertawa lebar.
"Kau datang-datang langsung marah-marah seperti orang gila, bukannya lihat dulu keadaan dengan jelas. Apakah kau yakin cucu perempuan kesayanganmu itu benar-benar sudah mati? Hm, tindakanmu yang membabi buta itu, apa pantas menjabat sebagai pangcu dari Ti Ciang Pang yang tersohor itu?" sindirnya tajam.
Kata-katanya yang terakhir, membuat Liu Seng serta rekan-rekannya terperanjat. Hati mereka tergetar...
Diakah pangcu dari Ti Ciang Pang? Tokoh yang gerak-geriknya bagai naga sakti? Perlu diketahui bahwa Ti Ciang Pang adalah sebuah perkumpulan yang menjunjung tinggi keadilan. Beberapa tahun ini kebesaran nama mereka benar-benar ibarat matahari yang terbit di pagi hari.
Kekuasaan mereka sudah tersebar luas. Kehebatan mereka menjadi buah bibir di mana-mana. Kebesaran nama perkumpulan ini boleh dikatakan malah lebih hebat dari lima partai besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...