59. Nilai Kematian dan Kehidupan

1.8K 28 0
                                    

Tan Ki terkejut setengah mati mendengar laporannya. 

"Betul?"

"Sudah tahu betul."

Baru saja ucapannya selesai, tiba-tiba dia melihat tubuh Tan Ki berkelebat. Pakaiannya sampai berkibar-kibar ketika dia melesat ke dalam goa.

Begitu pandangan mata Tan Ki dialihkan, hatinya langsung tertekan seperti diganduli beban yang bukan main beratnya.

Di atas balai-balai itu, masih terbaring tubuh Lok Ing yang kurus. Pakaiannya yang hitam sudah penuh dengan bercak darah. Tampangnya kaku, wajahnya putih seperti selembar kertas.

Tampaknya kondisi gadis itu memang sudah di ambang kematian...

Seandainya gadis itu sampai mati, siapa sebenarnya yang merasa berduka? Tan Ki tidak herani membayangkannya, dia juga tidak dapat menjawabnya. Karena dia merasa, meskipun dia tidak pernah mencintai Lok Ing, tetapi di antara mereka pernah terjadi berbagai kenangan yang cukup manis.

Tampaknya Lok Ing masih dapat mendengar suara langkah kakinya yang menghampiri. Pikirannya tiba-tiba menjadi jernih. Sepasang matanya terbuka lebar-lebar. Dia berusaha mendongakkan wajahnya untuk melihat. Setelah berhasil memperhatikan dengan jelas tampang Tan Ki. Cepat-cepat dia memejamkan matanya kembali.

Meskipun hanya sekejap mata, tetapi bibirnya yang sudah putih itu mengembangkan seulas senyuman. Hal ini membuktikan bahwa kedatangan Tan Ki membuat perasannya menjadi gembira.

Tan Ki memanggil dengan suara lirih, "Lok Kouwnio..." dia merasa ada ribuan kata-kata yang memenuhi hatinya tetapi dia tidak tahu bagaimana harus mengucapkannya. 

Akhirnya dia membalikkan tubuhnya dan menyapa Lok Hong dan Cin Yin. Kemudian berjalan perlahan-lahan ia berjalan menuju balai-balai di mana tubuh Lok Ing terbaring.

"Rasanya dia tidak tertolong lagi." kata Cin Ying dengan suara lirih.

Tan Ki menganggukkan kepalanya. Wajahnya sungguh mengenaskan. Terus terang dia memang sudah merasa putus asa terhadap luka yang diderita oleh Lok Ing. Antara dirinya dengan Lok Hong sempat terjadi perselisihan. Bila dia sampai mengucapkan sepatah kata yang tidak disukainya, mungkin akan terjadi keributan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, Tan Ki sengaja memperlihatkan gaya seperti orang yang tidak mempunyai kata-kata yang harus diucapkan.

Tampak Cin Ying menarik nafas panjang-panjang.

"Aku sudah membantunya dengan mengerahkan hawa murni serta mendorong urat darahnya agar lancar kembali. Tetapi sampai Lok Locianpwe masuk tadi, nafasnya masih begitu lemah serta tidak menunjukkan perubahan berarti."

"Apakah dia ada mengucapkan apa-apa?"

"Saat ini keadaannya sudah demikian parah, mana mungkin dia mempunyai tenaga untuk membuka mulut? Tetapi kalau ditilik dari mimik wajahnya, tampak dia mempunyai ganjalan hati yang ingin disampaikan kepadamu. Sayangnya tenaganya demikian lemah. Sehingga tidak ada kekuatan untuk membuka mulut."

Perlahan-lahan Tan Ki mengernyitkan sepasang alisnya. Diam-diam dia bertanya-tanya dalam hati: 'Entah apa yang ingin dikatakannya?' tanpa terasa sinar matanya beralih kepada diri Lok Ing. 

Tiba-tiba dia melihat mulut gadis itu membuka dan memuntahkan darah segar dalam jumlah yang cukup, banyak.

Tan Ki mengeluarkan suara seruan terkejut. Wajahnya berubah hebat. Untung pandangan mata Cin Ying sangat tajam dan gerakannya cepat pula. Lengannya menjulur ke depan, segera ditotoknya beberapa jalan darah di tubuh Lok Ing.

Lok Hong menghembuskan nafas panjang. Terdengar dia mengguman seorang diri.

"Lohu hanya mempunyai seorang cucu perempuan ini. Apabila terjadi sesuatu pada dirinya, lohu juga tidak sanggup hidup seorang diri lagi." nada suaranya begitu pilu sehingga terdengar jelas keperihan hatinya yang tidak terkirakan.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang