Mendengar ucapannya, Tan Ki jadi termangu-mangu. Tiba-tiba dia seperti teringat akan sesuatu yang penting. Tubuhnya melonjak bangun dan tertawa terbahak-bahak.
Lok Ing merasa heran melihat sikapnya. "Sampai sekarang kau masih mempunyai minat untuk bergembira."
"Aku tahu apa yang kau harapkan dalam hatimu. Sayangnya aku sudah menyembah langit dan bumi dan sudah beristeri. Terpaksa aku menyia-nyiakan perasaan kasih di dalam hatimu..." perlahan-lahan dia melangkahkan Kakinya menuju ke depan.
"Kau hendak ke mana?" tanya Lok Ing. Tan Ki menarik nafas perlahan-lahan. "Manusia di dunia ini mengalami kematian dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi aku merasa mati dengan cara seperti yang akan kuhadapi ini secara diam-diam tampaknya terlalu membosankan. Oleh karena itu, aku tidak ingin meninggalkan dunia ini begini saja. Kalau memang tidak dapat meloloskan diri dari Dewa Kematian, mengapa tidak memilih kematian yang gemilang dan gegap gempita. Dengan demikian orang-orang akan tahu siapa diriku yang sebenarnya..."
Secara berturut-turut, dia mengucapkan kata 'kematian', namun baik nada suara maupun mimik wajahnya tidak menyiratkan perasaan takut sama sekali. Seakan mati adalah suatu hal yang wajar dan rutin dan bukan hal yang mengerikan.
Selesai berkata, dia malah menggerakkan kakinya dengan cepat dan menghambur ke arah di mana dia datang tadi.
Bayangan punggungnya menyiratkan kehampaan dan kesunyian hidup seorang pendekar sejati. Hal ini membuat orang yang memandangnya turut berduka dan merasa kagum secara diam-diam.
Lok Ing menarik nafas panjang, dia juga menggerakkan kakinya mengejar dari belakang. Dalam waktu yang singkat, keduanya sudah sampai kembali di selatan tembok pekarangan.
Terdengar suara deruan angin yang timbul dari serangan dan pukulan. Rupanya di tempat itu tengah berlangsung pertarungan yang sengit.
Rupanya tidak lama setelah Tan Ki dan Lok Ing meninggalkan tempat itu, Oey Ku Kiong langsung mulai bergebrak dengan pihak lawan. Anak muda ini menerima perintah dari
Kiau Hun untuk merebut hati para pendekar agar dirinya dipercaya penuh. Oleh karena itu, ketika mulai bergebrak, dia langsung mengerahkan jurus-jurusnya yang lihai.
Serangannya gencar sekali. Tetapi lawan yang dihadapinya kali ini adalah manusia berpakaian putih yang tampangnya mirip mayat hidup. Meskipun orang-orang ini jarang berkelana di dunia Bulim, tetapi bukan berarti kepandaiannya dapat dipandang ringan.
Sejak awal hingga sekarang mereka sudah bertarung sebanyak ribuan jurus, namun masih belum ketahuan siapa yang unggul dan siapa yang akan mengalami kekalahan.
Semakin bertarung hati Oey Ku Kiong semakin panik. Saat ini matahari telah menyingsing. Kalau lewat beberapa waktu lagi dia tetap belum mendapat kesempatan yang baik, tentu sulit baginya untuk meraih kemenangan. Karena pada saat itu, dia mulai merasa letih dan kurang tidur. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Serangannya tidak segencar sebelumnya lagi.
Tiba-tiba dia meraung dengan suara keras. Secara berturut-turut dia melancarkan tiga empat jurus serangan. Pihak lawan langsung terdesak sehingga hatipun terasa bergetar.
Tatkala lawannya menyurut mundur, diam-diam dia menarik nafas panjang. Sikapnya serius. Dengan mengambil posisi menahan di depan dada, dia melancarkan sebuah pukulan balasan.
Pukulan ini dilancarkan dengan segenap kekuatannya yang tersisa. Tampaknya dia benar-benar ingin mengadu jiwa dengan lawannya. Gerakannya keji dan menimbulkan angin yang menderu-deru. Tenaganya bagai ombak yang bergulung-gulung menerpa ke arah lawannya.
Manusia berpakaian putih melihat sikapnya serius dan wajahnya kelam. Ketika melancarkan serangan itu, dia segera tahu bahwa serangan ini tidak dapat disamakan dengan yang sebelumnya. Dengan panik dia mencelat mundur sejauh setengah langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...