Selagi pertarungan berlangsung dengan sengit, terdengar beberapa kali suara dengusan yang berat, kemudian menyusul empat orang terkulai jatuh. Rupanya selendang yang digunakan oleh para gadis itu mengandung taburan sejenis obat yang lebih lihai dari Bong Hun-yok (Obat Penggetar Sukma) yang biasa digunakan oleh kaum sesat.
Begitu tercium, mereka langsung jatuh tidak sadarkan diri. Lagipula reaksinya begitu cepat sehingga orang tidak sempat berjaga-jaga.
Sisa para pendekar yang masih ada melihat rekan-rekan mereka kembali tumbang empat orang. Wajah mereka segera berubah hebat. Hati mereka terguncang melihat kenyataan ini. Semangat berjuang yang tadinya meluap-luap otomatis terpengaruh.
Sementara pihak lawan dengan licik menggunakan kesempatan yang baik ini. Mereka menyerang dengan gerakan yang aneh. Saat itu juga keadaan menjadi kacau balau, kedudukan para pendekar semakin kritis.
Tiba-tiba...
Sayup-sayup terdengar suara siulan panjang yang menyusup ke dalam gendang telinga. Suaranya tinggi melengking, seakan orang yang mengeluarkan suara siulan itu berada di tempat sejauh setengah li, tetapi juga seperti berada dalam jarak yang sangat dekat. Suara itu sendiri bagai raungan naga yang marah, namun suara irama yang mengiringi tarian para gadis itu jadi tertekan. Mungkin karena gangguan suara siulan tadi, para gadis itu mendadak menghentikan serangannya.
Para pendekarpun mendapat kesempatan untuk mengatur nafasnya sejenak, dengan cepat mereka memperbaiki posisi masing-masing, merubah kedudukan pada posisi yang menguntungkan. Setiap dua orang membentuk satu kelompok, dengan bahu saling menempel dan wajah menghadap ke depan sehingga dapat bekerja sama melawan musuh.
Sejak awal hingga akhir, Oey Kang memperhatikan keadaan yang berlangsung dengan tenang. Tetapi sejak berkumandangnya suara siulan barusan, wajahnya berubah menjadi serius.
Kepalanya menoleh ke arah pintu depan. Dari suara siulan itu saja, dia sudah dapat menerka bahwa ilmu pihak lawan sangat tinggi. Kemungkinan tidak di bawah dirinya sendiri.
Suara siulan yang sayup-sayup itu terus berkumandang. Begitu suara itu berhenti, irama musik kembali mengalun. Para gadis itu kembali bergerak melancarkan serangan.
Namun saat ini posisi para pendekar sudah berubah. Dengan punggung saling menempel, mereka tidak khawatir akan dibokong oleh musuh dari belakang. Kalau ditilik dari keadaannya sekarang, rasanya untuk sementara mereka masih dapat mempertahankan diri.
Tiba-tiba tampak bayangan menghalang di depan pintu. Seseorang melangkah masuk dengan tenang. Terlihat wajahnya ditutup oleh sehelai cadar yang tipis. Dia mengenakan jubah panjang. Dengan langkah setindak-setin-dak dia melangkah masuk. Penampilannya santai sekali.
Gerakannya sangat lambat, bagai orang penyakitan yang tidak kuat berjalan cepat-cepat. Kakinya seolah diganduli benda yang berat. Tetapi sebetulnya gerakan langkah kaki orang itu sangat cepat. Dalam sekejap mata dia sudah sampai di depan meja Oey Kang.
Wajah si raja iblis Oey Kang menjadi kelam seketika. Perlahan-lahan dia bangkit dari tempat duduknya.
"Saudara ini..."
Manusia bercadar ini tidak menyahut, tiba-tiba tubuhnya berputar. Lengan bajunya dikibaskan dan segulungan tenaga tidak berwujud segera terpancar keluar. Dua batang lilin yang jaraknya kurang lebih dua depa langsung padam seiring dengan gerakan tangannya.
Begitu memandang lagi ke arahnya, orang itu sudah berdiri dengan santai sambil berpeluk tangan. Seakan tidak pernah terjadi apapun.
Melihat gerakannya yang hebat itu, rasa terkejut Oey Kang semakin menjadi-jadi. Tetapi dia berusaha mempertahankan ketenangannya. Mulutnya mengeluarkan suara tertawa dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...