Ceng Lam Hong sampai merasa terkejut sekaligus gembira melihatnya. Yang membuatnya terkejut adalah kesalahan yang tadi diakui oleh Tan Ki. Dia tidak mengerti putra kesayangannya berbuat kesalahan apa, sehingga tengah malam datang ke tempat orang mengaku dosa. Yang membuatnya gembira justru dapat bertemu dengan putranya meskipun telah menempuh perjalanan sejauh ini.
Baru saja dia melangkah maju dengan maksud memanggilnya, tiba-tiba terdengar suara Cu Cia yang berat, "Pek-bo jangan bersuara dulu. Biar kita dengar dulu apa maksud ucapan Ki-heng tadi. Kalau sampai tampak keadaan membahayakan, kita baru memanggil juga belum terlambat!"
Ceng Lam Hong merenung sejenak, dia merasa apa yang dikatakan si pengemis cilik masuk akal juga. Oleh karena itu, dia segera membatalkan niatnya dan memperhatikan gerak-gerik Tan Ki secara diam-diam. Sementara itu dia juga sudah mengerahkan tenaga dalamnya, asalkan ada sesuatu yang kira-kira membahayakan diri putra kesayangannya, dia akan segera menerjang keluar untuk memberikan bantuan.
Tampak pintu ruangan seberang di dalam taman terbuka, keluar dua orang laki-laki dan berdiri di depan Tan Ki.
Si pengemis cilik segera memusatkan perhatiannya. Ternyata tebakannya memang tidak salah. Kedua orang itu tidak lain dari laki-laki kasar yang menimpuk Goan Yu Liong dengan senjata rahasia serta si pelajar berwajah putih.
Meskipun dalam hati anak muda ini memang bimbang terhadap ketiga gadis yang seperti bidadari dari khayangan, kadang-kadang terasa seperti kawan tetapi kadang-kadang juga seperti lawan. Tetapi melihat Tan Ki yang muncul secara tidak terduga-duga, bahkan mengucapkan kata-kata bahwa kedatangannya untuk mengakui kesalahan, tanpa dapat ditahan lagi dia merasa terkesiap dan heran. Untuk sesaat dia malah jadi termangu-mangu.
Tampak kedua laki-laki itu berjalan keluar lalu berhenti di depan Tan Ki. Perasaan si pengemis cilik semakin cemas dan panik. Tanpa berpikir panjang lagi dia langsung mengeluarkan suara bentakan, tubuhnya menerjang ke depan melesat keluar lewat jendela.
Melihat tindakannya, yang lainnya segera mengikuti. Di bawah cahaya rembulan terlihat bayangan tubuh berkelebat, suara angin berdesir, boleh dibilang dalam waktu yang bersamaan, di samping Tan Ki telah berdiri lima enam orang. Sikap masing-masing serius sekali, mereka seakan ingin melindungi Tan Ki dari kiri kanan.
Tampaknya Tan Ki sendiri merasa heran dan terkejut atas kemunculan ibu serta si pengemis cilik. Tetapi sesaat kemudian tampangnya sudah pulih kembali. Hanya tampak sepasang alisnya yang bertaut dengan erat dan wajahnya kusut seperti orang yang habis bekerja keras. Mungkin juga dalam beberapa hari ini dia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Sepasang matanya merah membengkak. Melihat kemunculan beberapa orang itu, seolah-olah banyak sekali kata-kata yang ingin diutarakannya, tetapi setelah bibirnya bergerak-gerak dua kali, tiba-tiba dia tertawa sumbang. Mulutnya malah membungkam namun sikapnya tampak kurang wajar.
Ceng Lam Hong tertawa sendu.
"Aku kira kau bertekad untuk membalas dendam sehingga mengikuti permintaan Oey Kang bertemu di Pek Hun Ceng, siapa nyana kita justru bisa bertemu di tempat ini..."
berkata sampai bagian yang sedih, tanpa dapat ditahan lagi dua bulir air mata jatuh membasahi pipinya.
Tan Ki memaksakan dirinya tersenyum. Matanya mengalih kepada Cu Cia.
"Yang ini mungkin murid utama Cian Locianpwe yang mendapat julukan si pengemis cilik Cu-heng?"
Cu Cia menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa lebar.
"Bagus sekali, bagus sekali. Karena pertandingan di atas panggung, hati si pengemis cilik jadi kagum bukan main terhadap dirimu, bahkan beberapa sahabat ini ikut-ikutan rela menjadi pendukung yang paling setia." saat itu juga dia memperkenalkan Yang Jen Ping, Ban Jin Bu dan Goan Yu Liong bertiga kepada Tan Ki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...