17. Pukulan Bathin

2.5K 42 1
                                    

Mulutnya bergumam, hatinya terasa semakin dingin. Sakit yang menusuk... dua baris air mata kembali berderai. Suaminya dibunuh mati dengan empat puluh macam senjata rahasia, meskipun hatinya sedih sekali, namun tidak sehebat kali ini. Dua baris air mata ibu ini mengalir dari ketulusan hatinya. Air mata yang tidak terkira nilainya. Dia dimaki oleh Tan Ki sebagai wanita jalang yang tidak tahu malu, bagaimana perasaannya tidak menjadi sakit?

Kemudian, tampak dia menggertakkan giginya erat-erat. Tangannya terangkat dan dihapusnya air mata yang mengalir turun. Mulutnya mengeluarkan tawa yang getir.

"Baiklah, biar saja dia memarahi aku sedemikian rupa, pokoknya dia tetap anakku!" 

Tubuhnya berkelebat, dengan membawa penderitaan dan rasa sakit di hatinya, dia berlari ke arah yang diambil Tan Ki dengan maksud mengejar anaknya itu.

Cahaya rembulan semakin redup. Namun cukup untuk menyinari seluruh perbukitan itu. Tampak Ceng Lam Hong berlari dengan mengerahkan ilmu ginkangnya, kadang-kadang kakinya meloncat ke atas, kadang melayang turun lagi ke bawah. Dalam waktu yang singkat dia sudah jauh sekali. Sekali loncatan saja, dia mampu mencapai satu depaan. Tidak berapa lama kemudian, dia sudah dapat melihat bayangan punggung Tan Ki yang melangkah di tengah perbukitan. Diam-diam Ceng Lam Hong menghembuskan nafas panjang. Hatinya menjadi agak lega setelah berhasil menyusul anaknya. Langkah kakinya diperingan dan tanpa diketahui oleh Tan Ki, dia mengikutinya dari belakang.

Seorang ibu serta seorang anak membawa perasaan yang berbeda terus mendaki ke atas bukit tanpa mengucapkan sepatah katapun. Setelah berjalan beberapa saat, tiba-tiba terdengar suara tawa yang panjang bergema di daerah perbukitan itu. Gaungnya bahkan membuat gendang telinga seakan menjadi berdengung-dengung.

Setelah mendengar suara tawa yang berulang-ulang itu, hati Ceng Lam Hong menjadi khawatir. Dia tahu suara tawa itu timbul dari mulut Yibun Siu San yang mengerahkan tenaga dalamnya, tetapi diselingi juga oleh suara Oey Kang yang sinis. Yang satu berniat melindungi dirinya, sedangkan yang satu lagi ingin menemui dirinya. Kedua orang itu bagai api dan air yang tidak dapat dipersatukan...

Pikirannya masih melayang-layang, tiba-tiba berkumandang lagi suara dengusan dan bentakan. Deru angin menghempas-hempas. Tidak usah diragukan lagi, kedua orang itu mulai terlibat dalam perkelahian yang sengit. Pada saat itu juga, mendadak Tan Ki tertawa keras. Dengan suara lantang dia berteriak...

"Liu Moay Moay, jangan takut! Aku datang menolongmu!" baru saja ucapannya selesai, dengan segera dia menarik nafas panjang dan tubuhnya langsung berkelebat menerjang ke depan.

Meskipun pikirannya sedang kacau, namun ilmu silatnya masih tetap. Begitu mengemposkan tenaga, tubuhnya melesat bagai seekor kijang. Kecepatannya tidak terkirakan. Ceng Lam Hong cepat-cepat mengerahkan ginkang-nya mengejar, semakin lama semakin cepat.

Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai di puncak bukit di mana terdapat sebuah padang rumput yang cukup luas. Saat itu rembulan masih menyembunyikan sebagian dirinya di balik awan, cahayanya yang redup menyinari seluruh permukaan bukit itu. Namun masih ada beberapa bintang yang berkelap-kelip. Yibun Siu San dan Oey Kang bertarung dengan sengit dengan tangan masing-masing menggenggam sebilah pedang kayu.

Si pengemis sakti Cian Cong malah duduk di atas rumput pada jarak dua depaan. Tangannya menggenggam hiolo berisi arak. Berulang kali dia meneguk araknya dengan nikmat. Kadang-kadang matanya membelalak apabila menyaksikan bagian pertarungan yang hebat. Wajahnya menyiratkan perasaan khawatir.

Tepat pada saat Tan Ki dan ibunya mendaki ke puncak bukit. Terdengar suara Oey Kang membentak dengan suara keras. Dengan jurus Naga Menggerakkan Ekor, orang beserta pedangnya meluncur ke arah Yibun Siu San!

Serangannya ini dilancarkan dengan kecepatan yang hebatnya bukan main. Kaki Yibun Siu San baru berdiri dengan mantap, pedang kayunya sudah menimbulkan suara desingan yang meluncur dari tengah udara ke hadapannya!

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang