51. Rasa Pedih Dalam Kalbu

1.9K 29 0
                                    

Begitu pikirannya tergerak, tangannya segera terulur keluar menyambut surat tersebut, sepasang matanya menatap Tan Ki lekat-lekat seakan ingin melihat perubahan wajah anak muda itu. Kebetulan pada saat itu, pandangan matanya bertemu dengan sepasang mata Tan Ki yang juga sedang menatap kepadanya.

Dua pasang mata bertemu pandang, Kim Yu segera merasa bahwa di dalam sinar matanya terkandung kewibawaan yang dalam. Sorotannya tajam menusuk, seperti mengandung pengaruh yang tidak dapat ditolak. Mimik wajah anak muda itu begitu angker sehingga tanpa terasa hatinya berdebar-debar. Pikirannya yang jahat hilang seketika, dia tidak berani meneruskan niat hatinya.

Tanpa berkata sepatahpun, dia langsung menerima surat balasan tersebut dan memasukkan ke balik pakaian. Tetapi saat itu dalam hatinya telah timbul perasaan ngeri sehingga dia langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan ke depan beberapa langkah.

Tiba-tiba dia seperti teringat pada suatu persoalan yang besar sekali. Tanpa menghentikan langkah kakinya dia menolehkan kepalanya dan mengedarkan pandangan matanya.

Sepasang alisnya langsung menjungkit ke atas, wajahnya menyiratkan perasaan bimbang, tetapi akhirnya dia meneruskan juga langkahnya meninggalkan tempat tersebut.

Rupanya ketika dia menolehkan kepalanya tadi, dia merasa tidak menemukan bayangan Kiau Hun di antara para tokoh-tokoh yang hadir di tempat itu. Biar bagaimana perempuan itu merupakan mata-mata yang dikirim pihak Lam Hay Bun untuk menyelidiki perkembangan di daerah Tionggoan. Ilmunya sangat tinggi karena mendapat didikan langsung dari Toa Tocu. Seandainya dalam pertandingan dia tidak sanggup merebut kedudukan Bulim Bengcu, tetapi berdasarkan kepandaiannya, paling tidak perempuan itu pantas menyandang gelar pendekar pedang tingkat sembilan. 

Kali ini orang-orang yang hadir dalam ruangan merupakan anggota Perkumpulan Ikat Pinggang Merah, tetapi sebagai salah seorang peserta pertandingan, seharusnya Kiau Hun juga termasuk anggota perkumpulan itu, mengapa saat ini bayangannya malah tidak kelihatan?

Jangan kata orang itu pergi dengan hati bertanya-tanya, Tan Ki sendiri sudah dapat memastikan bahwa dia akan menceritakan apa yang dilihatnya kepada Suheng serta sang Tocu.

Setelah Kim Yu meninggalkan tempat itu, Tan Ki segera berdiri dengan bibir menyunggingkan senyuman.

"Saat ini waktu masih ada tiga kentungan sebelum sore hari. Sahabat-sahabat dari perkumpulan kita ini sebagian sudah terserang racun. Mereka tentu saja tidak dapat menghadapi musuh. Harap kalian menggunakan waktu yang singkat ini untuk beristirahat agar semangat pulih kembali. Pertarungan yang akan berlangsung senja nanti menyangkut nasib dunia Bulim kita. Cayhe hanya mengandalkan bantuan dari saudara-saudara sekalian..."

Belum lagi ucapannya selesai, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak menukas, "Bengcu tidak perlu rendah diri, pihak Lam Hay dan Si Yu bergabung untuk menyerbu kita, cara mereka licik dan keji. Kitapun tidak perlu sungkan menghadapi manusia-manusia seperti itu. Meskipun harus bertarung sampai titik darah penghabisan, pokoknya kita rela mendengar perintah Bengcu. Tetapi, hamba mempunyai suatu masalah yang mengganjal dalam hati, yang mungkin tidak enak didengar apabila diungkapkan...!"

Tan Ki melirik orang itu sejenak kemudian tersenyum ramah.

"Silahkan saudara katakan saja terus terang, siaute justru ingin mendengarnya."

Orang itu merenung sesaat, seakan sedang mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan isi hatinya. Beberapa waktu kemudian dia baru berkata dengan perlahan-lahan...

"Meskipun di dalam dunia Bulim kita sering terjadi budi dan dendam yang berakhir dengan pembunuhan, tetapi selama ratusan tahun boleh dibilang masih saling memperhatikan. Setiap kabar berita cepat tersebar. Meskipun orangnya belum pernah bertemu, kebanyakan namanya saja sudah pernah terdengar. Hamba sendiri seorang pesilat kasar yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia Kangouw. Boleh dibilang banyak hal yang sudah dialami ataupun dengar dari sana sini!  Dalam pesta yang berlangsung tadi, puluhan rekan kita mati secara mengenaskan karena terserang racun yang dimasukkan dalam arak. Walaupun hamba tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan orang-orang itu, namun hati ini tetap merasa pedih melihat mereka mati dengan cara demikian. Hamba merasa marah dan seakan menuntut keadilan bagi mereka. Oleh karena itu, hamba memberanikan diri menanyakan kepada Bengcu, entah cara apa yang akan diambil untuk menindak sang pelaku kejahatan tersebut?"

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang