57. Ilmu Mendengarkan Tanah

1.8K 26 0
                                    

Tan Ki tidak pernah membayangkan bahwa dia dapat menerjang keluar tanpa menemukan kesulitan sedikitpun. Oleh karena itu gerakannya juga tidak terlalu cepat. Di samping itu secara diam-diam dia juga mengerahkan hawa murninya menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Tetapi urusannya benar-benar di luar dugaan Tan Ki. Baik Tong Ku Lu maupun Hua Pek Cing tidak ada yang turun tangan mencegahnya.

Begitu pandangan matanya dialihkan, entah sejak kapan, di depan pintu telah berdiri seorang gadis berpakaian hijau. Rambutnya dikepang dua dan kecantikannya luar biasa.

Gadis ini sama sekali tidak asing dalam pandangan Tan Ki. Dia adalah pelayan si gadis berpakaian putih yang selalu menunggang burung rajawali, yakni Mei Hun adanya.

Kepala Tan Ki berpaling ke arah yang lain. Pandangan mata orang-orang di dalam pondok itu seakan terkesima terhadap kecantikan si gadis cilik yang baru muncul ini.

Sekonyong-konyong suatu ingatan melintas di benak Tan Ki. Dia segera berkata kepada Mei Hun, "Tempat ini merupakan markas sementara golongan sesat, sedangkan kau berani-beraninya muncul di sarang harimau."

Mei Hun mengerlingkan matanya sebanyak dua kali. Bibirnya tersenyum manis.

"Maksudmu, tempat ini sangat berbahaya bukan?"

"Kalau kedatanganmu ini tidak diiringi majikanmu, sudah tentu berbahaya bagi dirimu!"

Senyum Mei Hun semakin lebar.

"Belum tentu." katanya santai.

Orangnya sendiri memang sudah cantik bukan main, begitu tersenyum, otomatis terlihat semakin menawan. Tampak tubuhnya bergerak dengan lemah gemulai. Selangkah demi selangkah dia berjalan masuk dan terus menuju tempat Toa Tocu dari Lam Hay Bun.

Kemunculannya yang tidak tersangka-sangka sudah mengejutkan orang-orang yang ada di dalam pondok tersebut. Ternyata dia malah berani menghampiri Toa Tocu.

Besarnya nyali gadis itu benar-benar sulit disamakan oleh orang lain. Mereka merasa gerak-gerik gadis ini begitu misterius, maksud kedatangannya membingungkan. Tanpa dapat ditahan lagi, orang-orang yang ada di di dalam pondok itu merasa tidak paham sehingga saling menukar pandangan. Hua Pek Cing yang pernah kena batunya, terlebih-lebih merasa gelisah melihat kemunculannya itu.

Sepasang alis Tan Ki menjungkit ke atas. Pedang ditangannya digenggam erat-erat.

Pandangan mata Toa Tocu menyorotkan sinar yang berkilauan. Tiba-tiba wajahnya menjadi kelam. Dia membentak dengan suara keras, "Untuk apa kau datang ke mari?"

Mei Hun mengembangkan seulas senyuman yang sangat manis.

"Tentu saja untuk mengambil batok kepalamu!"

Mendengar perkatannya, Toa Tocu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Sungguh seorang budak cilik yang bermulut tajam! Kau kira siapa aku ini?"

"Aku tidak perduli siapa dirimu. Tetapi karena aku sudah menaksir batok kepalamu, meskipun tidak sudi menyerahkannya kau juga tidak bisa melarangku."

Toa Tocu mengeluarkan suara tawa yang dingin. Tampangnya seperti orang yang marah tetapi juga geli mendengar ucapan Mei Hun tadi, sungguh tidak enak untuk dipandang.

Tan Ki melihat di balik senyumnya yang dingin terselip kegusaran. Segurat hawa kehijauan muncul di wajahnya. Demikian samarnya sehingga tidak dapat terlihat oleh orang yang pandangan matanya kurang tajam.

Melihat tampangnya yang aneh dan tidak enak dilihat, wajah Mei Hun langsung berubah. Dia mengeluarkan suara tawa yang dingin.

"Rupanya kau sudah mempelajari ilmu Hawa Sesat dari Mayat yang Seram!"

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang