47. Kakek Bungkuk

1.7K 29 0
                                    

Goan Siong Fei memalingkan kepalanya menatap ke arah si kakek bungkuk. Mulutnya mengembangkan tawa yang getir. Kedua orang itu sudah lama berkecimpung di dunia Kangouw, bukan saja pengetahuan mereka luas sekali, pengalamanpun banyak tidak terkirakan. Sekali lihat saja, mereka segera mengetahui bahwa pedang pendek di tangan Kiau Hun tajam sekali dan pasti dapat memotong besi dalam sekali tebasan. Oleh karena itu, mereka segera meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati menghadapi lawannya.

Tiba-tiba terdengar suara bentakan dari mulut si kakek bungkuk. Tubuhnya berputar satu kali kemudian melesat ke depan. Tangan kanannya mengirimkan sebuah pukulan, suara angin yang ditimbulkannya berdesir-desir. Sementara itu telapak kirinya mengerahkan jurus Sungai Membeku Menjadi Es. Serangannya membawa suara siulan angin yang mendesing, dengan sengit ditujukannya ke dada Kiau Hun.

Melihat hal itu Yibun Siu San menggeleng-geleng kepalanya sambil menarik nafas panjang. Dia menggumam seorang diri.

"Meskipun serangannya keji dan dahsyat, tetapi menghadapi senjata lawan yang tajam dan langka itu, belum apa-apa dia sudah kalah satu tingkat."

Ternyata apa yang diduganya sama sekali tidak salah. Walaupun Kiau Hun merasa rada terkejut melihat dia masih sanggup melancarkan serangan yang begitu hebat meskipun sudah bertarung dengan si kakek bungkuk, cukup lama, tetapi dia tidak bergerak atau mencelat mundur sama sekali. Hanya perge-langan tangannya saja yang memutar, ujung pedang yang memancarkan hawa dingin meluncur ke depan sehingga si kakek bungkuk terdesak mundur dan tidak berani menyambut dengan kekerasan.

Tan Ki mulai tidak sabar melihat keadaan itu, dia menoleh kepada Yibun Siu San.

"Siok-siok, cara bertarung seperti ini sama sekali tidak adil."

Sekali lagi Yibun Siu San menarik nafas panjang.

"Dengan tangan kosong kedua orang itu menghadapi lawan yang menggunakan senjata pusaka, tentu saja tidak adil. Tetapi dengan dua melawan satu orang, apabila mengerahkan segenap kemampuannya, boleh dibilang seimbang juga."

"Namun, kita tidak boleh membiarkan dia mendapatkan kedudukan Bulim Bengcu!"

"Mengenai hal ini aku tahu, pihak Lam Hay dan Si Yu akan menyerang kita sore ini juga. Bukan saja kita harus secepatnya memilih seorang Bulim Bengcu agar dapat merundingkan masalah ini dan mengatur persatuan menghadapi musuh, kita juga harus membuat peraturan baru supaya posisi kita lebih kuat. Tetapi, kecuali engkau seorang, pamanmu ini benar-benar tidak tahu siapa lagi yang cocok menduduki jabatan tersebut. Justru tergantung dari dirimu sendiri berhasil atau tidaknya."

Tan Ki mendongakkan wajahnya dan menghembuskan nafas panjang.

"Keponakan akan berusaha sekuat tenaga, kalah atau menang terpaksa melihat nasib!"

Tiba-tiba terdengar Lok Hong menukas pembicaraan mereka, "Kau mendapatkan ilmu silatmu dengan mencuri dari dalam goa leluhur lohu. Apabila kau sampai gagal merebut jabatan Bulim Bengcu, lohu akan mempereteli tulang belulang di dalam tubuhmu dan meminta kembali ilmu silat yang kau miliki!"

Justru pada saat mereka berbincang-bincang, ternyata keadaan di tengah arena telah terjadi perubahan yang besar. Goan Siong Fei dan si kakek bungkuk sudah bertarung cukup lama, hawa murni dalam tubuh mereka sudah terkuras banyak. 

Di lain pihak, sebilah pedang pusaka di tangan Kiau Hun bagai naga sakti yang mengamuk, hal ini menambah kekuatannya. Di mana ujung pedangnya yang memancarkan hawa dingin menyerang, kedua orang itu tidak berani langsung menyambutnya. Apabila bukan mencelat mundur, mereka pasti menghindarkan diri ke samping. Dengan demikian mereka menjadi sulit mendekati tubuh Kiau Hun.

Empat jurus telah berlalu. Bukan hanya orang-orang gagah yang menjadi penonton yang merasakan bahwa senjata di tangan Kiau Hun sangat tajam dan kedudukannya menjadi kuat, bahkan Goan Siong Fei dan si kakek bungkuk juga sudah merasa bahwa mereka tidak mempunyai harapan untuk menang. Walaupun mereka bersatu menghadapi lawan dan tenaga dalam yang ada lebih hebat satu kali lipat lagi dari sekarang, tetap saja sulit menghadapi kedahsyatan pedang pendek tersebut.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang