41. Golok Pusaka

2.2K 29 1
                                    

Saat ini Cu Mei sudah mendorong mejanya dan bangkit dari tempat duduk. Dia menjura kepada Tian Bu Cu dan berkata, "Silahkan!" dia langsung membalikkan wajahnya dan mengajak Yi Siu berjalan keluar.

Tian Bu Cu juga menjura ke sekeliling ruangan itu untuk menyalami para hadirin. Kemudian dia menggapai kepada Liang Fu Yong agar mengikutinya. Tampak jubahnya yang longgar berkibar-kibar ketika kakinya melangkah. Tampaknya santai-santai saja tetapi dalam sekejap mata sudah berada jauh dari pandangan.

Setelah keempat orang itu tidak terlihat lagi, Yibun Siu San baru menanyakan pengalaman Tan Ki beserta yang lainnya selama meninggalkan Tok Liong Hong. Ketika mendengar cerita Tan Ki, si pengemis cilik serta Liu Mei Ling yang bertemu dengan si gadis berpakaian putih, sepasang alisnya langsung mengerut. Yibun Siu San sendiri termasuk orang yang periang. Jarang terlihat dia bermuram durja kecuali ada sesuatu yang gawat sekali. Terdengar suara mendesah dari bibirnya. Untuk beberapa lama dia menundukkan kepalanya merenung. Matanya terpejam rapat-rapat, tampaknya dia ingin memusatkan seluruh pikirannya untuk menebak asal-usul si gadis berpakaian putih. Tetapi sampai cukup lama dia masih tidak terpikir siapa tokoh terkenal di dunia Kangouw ini yang memelihara seekor elang raksasa.

Cian Cong melihat dia memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya merenung sekian lama. Bahkan hampir sepeminuman teh lamanya, sang sahabat tidak mengucapkan sepatah katapun. Tanpa terasa hatinya juga terasa pilu dan getir, karena dia juga seorang tokoh Bulim yang sudah mempunyai nama besar. Mula-mula mendengar cerita Tan Ki tentang si gadis berpakaian putih, dia juga menguras otaknya berpikir sampai lama sekali.

Namun seperti juga Yibun Siu San saat ini, dia tidak ingat ada seorang Cianpwe seperti yang dikatakan oleh Tan Ki. Dengan demikian, dia paham sekali bagaimana penasarannya perasaan hati Yibun Siu San saat ini. Melihat keadaan ini, dia merasa iba terhadap rekannya itu, tetapi Tan Ki pernah memohon agar tidak mengatakan siapa gadis itu kepada orang lain, kecuali kalau keadaan benar-benar mendesak. Oleh karena itu dia langsung mendongakkan kepalanya tertawa terbahak-bahak. Dia sengaja ingin mengalihkan pikiran Yibun Siu San. Setelah itu terdengar dia berkata dengan suara keras.

"Setelah mendengar kalian berunding tadi, tampaknya setelah si pengemis tua meninggalkan Tok Liong-hong, telah terjadi suatu urusan yang hebat. Bahkan si pengemis tua melihat kau sampai mencak-mencak dan seperti cacing kepanasan saja. Sedikit-sedikit mengatakan ingin mengadu jiwa dengan orang. Sebenarnya urusan apa yang membuat kalian demikian panik tidak karuan?"

Mendengar suara tawanya yang memekakkan telinga, Yibun Siu San langsung tersentak dari lamunan. Mulutnya mengeluarkan suara seruan terkejut seakan baru teringat lagi akan masalah itu. Perlahan-lahan dia menepuk batok kepalanya sendiri kemudian tertawa getir.

"Kalau diceritakan sejak awal, tentu memakan waktu yang cukup panjang. Rekan-rekan yang hadir di sini tadinya sudah mempersiapkan diri berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan, tetapi pada saat kejadian, mereka sendiri mendapat lawan yang setimpal. Aih, diungkit kembali masalah ini hanya mengesalkan saja. Lebih baik tidak usah diceritakan lagi."

Sepasang mata Cian Cong memancarkan sinar yang tajam.

"Benarkah orang-orang dari Lam Hay dan Si Yu mempunyai nyali demikian besar sehingga berani mengacau di puncak Tok Liong-hong?"

"Apabila Cian-heng ingin melihat buktinya, malam ini atau besok malam ada kemungkinan mereka akan menyelinap lagi ke mari. Pada saat itu Cian-heng dapat melihat sendiri sampai di mana besarnya nyali mereka. Malah mungkin engkau dan aku terpaksa harus bertarung mati-matian untuk mempertahankan selembar nyawa tua ini." berkata sampai di sini, tiba-tiba terdengar Cian Cong mendengus dingin. Hatinya jadi tercekat. Dia maklum sekali kalau orangtua yang satu ini mudah sekali terbakar hatinya. Mungkin ucapannya tadi tanpa sadar telah membangkitkan sikapnya yang keras kepala dan tidak mau mengalah kepada siapapun.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang