56. Hawa Pedang

2K 34 0
                                    

Gerakannya sangat cepat. Baru saja dia menyembunyikan dirinya dengan baik. Di atas padang rumput tersebut secara berturut-turut melayang turun dua sosok bayangan. Orang yang pertama mengenakan pakaian yang penuh dengan tambalan di sana sini, janggutnya sudah putih dan panjangnya kira-kira tiga cun. Ditilik dari keadaannya, dapat dipastikan bahwa dia adalah seorang pengemis.

Orang yang kedua merupakan seorang laki-laki setengah baya berpakaian hitam. Matanya sipit dan mulutnya lebar. Tampangnya angker sehingga timbul kesan yang menyeramkan. Kedua orang ini bukan lain dari si pengemis sakti Cian Gong dan Kaucu Pek Kut Kau dari daerah Si Yu.

Mulut si pengemis sakti Cian Cong selamanya tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengejek orang. Ketika melihat Kaucu Pek Kut Kau juga sudah sampai di tempat itu, dia langsung mendongakkan wajahnya tertawa terbahak-bahak.

"Kalau bukan musuh, justru susah bertemu muka. Sekarang kita justru berjumpa di sini dengan tidak terduga-duga!"

Wajah Kaucu Pek Kut Kau yang hitam legam dari awal hingga akhir selalu terlihat datar dan dingin. Kalau diperhatikan baik-baik, dia seperti sesosok mayat yang tidak memperlihatkan perasaan apapun. Entah dia merasa senang atau marah mendengar kata-kata Cian Cong.

Sikap Cian Cong berangasan. Melihat Kaucu Pek Kut Kau itu tidak menyahut sepatah katapun, kesabarannya jadi habis. Matanya mendelik lebar-lebar.

"Hei! Apakah kau bertemu dengan pangcu kami?"

Dengan dingin Kaucu Pek Kut Kau malah berbalik bertanya kepadanya, "Aku justru baru ingin bertanya kepadamu, apakah kau melihat adik seperguruanku?"

Mendengar sahutannya yang bagai sindiran itu, untuk sesaat Cian Cong jadi tertegun. Dia mengangkat tangannya lalu menggaruk-garuk kulit kepalanya, seakan sedang memikirkan kata-kata yang harus diucapkan.

Tampak lengan baju Kaucu Pek Kut Kau yang lebar itu berkibar-kibar, sekonyong-konyong dia maju ke depan tiga langkah. Serangkum angin yang kencang langsung terpancar keluar dari dalam lengan bajunya itu.

Kedua orang itu merupakan tokoh-tokoh berilmu tinggi yang jarang ada di dunia Kangouw. Oleh karena itu, terhadap serangannya yang dahsyat ini, Cian Cong sama sekali tidak berani memandang ringan. Tubuhnya menggeser sedikit ke sebelah kiri kurang lebih dua langkah. Lengan kanannya terangkat perlahan-lahan, kemudian melancarkan sebuah serangan balasan.

Kemarahan Hua Pek Cing jadi terbangkit. Dia membentak dengan suara keras kemudian melancarkan beberapa serangan berturut-turut. Setiap jurus yang dikerahkannya mengandung kekejian yang tidak terkirakan. Serangannya langsung dilancarkan ke bagian tubuh yang mematikan.

Sementara itu, dari balik sebatang pohon yang besar tiba-tiba muncul sesosok bayangan. Gerakannya begitu cepat, sehingga dalam sekejap mata sudah sampai di dekat kedua orang yang sedang bertarung dengan sengit itu. Terdengar dia berteriak dengan suara lantang...

"Suheng, harap mundur! Biar aku yang melawan orang ini!" seraya berkata, dia langsung melancarkan sebuah pukulan yang dahsyat dan menghantamkannya ke depan!

Cian Cong melihat adik seperguruan Kaucu Pek Kut Kau, Kim Yu muncul secara mendadak.

Hatinya jadi tercekat.

"Bagus sekali. Si setan hitam juga sudah bisa mencari bala bantuan!"

Telapak kanannya bergerak, sebuah serangan yang mengandung tenaga dalam hebat langsung dihantamkan ke depan menyambut serangan Kim Yu.

Dia mengira lawannya itu adalah adik seperguruan Kaucu Pek Kut Kau, tentu saja tenaga dalam yang dimiliki tidak bisa menandingi suhengnya sendiri. Kekuatan Kaucu Pek Kut Kau saja hampir seimbang dengan dirinya. Apabila dia menyambut pukulannya ini dengan kekerasan, walaupun tidak sampai terluka, paling tidak lengannya akan merasa kesemutan dan tergetar mundur sejauh lima langkah.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang