21. Sahabat dari Si Yu

2.8K 35 4
                                    

Laki-laki itu merasa golok di tangannya bagai tertahan suatu arus yang dahsyat bahkan di dalamnya terkandung magnet yang dapat menghisap. Jangan kata mendorong lagi ke depan, malah untuk digerakkan saja sulit.

Diam-diam hatinya tercekat. Kakinya bergeser ke samping, tangannya langsung mengerahkan jurus Kerbau Mengamuk Menerjang Gunung, langsung diluncurkan ke dada Tan Ki. Perlahan-lahan Tan Ki berdehem satu kali, tubuhnya miring ke samping, dengan gaya yang lemas dia sudah meloloskan diri dari serangan tersebut.

Gerakan tubuhnya yang menerjang keluar tadi sangat aneh dan cepat. Ternyata sekaligus dia berhasil meloloskan diri dari serangan pukulan dan golok lawan. Tampak tubuhnya berputaran sebanyak dua kali. Orangnya sudah melesat lewat di samping laki-laki itu.

Langkahnya bagai air yang mengalir. Tahu-tahu dia langsung menghambur ke arah bukit. Gerakannya yang bagai hembusan angin, benar-benar mempesona. Cin Ie tidak mau ketinggalan. Dengan gerakan yang cepat dia langsung membuntuti Tan Ki dan sekejap kemudian dia sudah berlari di samping anak muda itu.

Laki-laki tegap itu sama sekali tidak menyangka gerakan tubuh Tan Ki akan meluncur terus tanpa terduga-duga. Untuk sesaat dia jadi tertegun, namun Tan Ki sudah berada di kejauhan, cepat-cepat dia membentak dan mengerahkan ginkangnya mengejar.

Di bawah cahaya rembulan, tampak tiga sosok bayangan. Yang dua kabur dan yang satu mengejar. Kecepatannya bagai bintang komet yang melintas di angkasa. Tampak jarak mereka dengan kuil itu tinggal beberapa depa saja. Tiba-tiba tampak sosok bayangan mencelat ke udara dan dengan kecepatan yang mengagumkan mendarat turun di hadapan mereka. Gerakannya begitu indah, ringan tanpa menimbulkan suara sedikitpun.

Tan Ki segera mengempos hawa murninya dan menghentikan gerakan tubuhnya seketika. Begitu matanya memandang, dia melihat usia keempat orang itu kurang lebih empat puluh tahunan. Mereka mengenakan jubah panjang dan bertelanjang kaki. Dengan berdampingan mereka berdiri menghadang di tengah-tengah.

Tampaknya keempat orang ini mempunyai perasaan hati yang sama. Sebelum lawan mengadakan gerakan, mereka tidak akan mengambil tindakan apa-apa. Sejak sepasang kaki mereka mendarat di atas tanah, semuanya berdiri tegak dengan wajah kelam.

Sepatah katapun tidak mereka ucapkan. Empat pasang mata memandangi Tan Ki dengan sinar tajam menusuk.

Tan Ki tersenyum lebar sambil membungkukkan tubuhnya menjura. Wajahnya tenang dan penampilannya gagah.

"Saudara berempat, silahkan."

Melihat Tan Ki terlebih dahulu memberi penghormatan serta mempersilahkan mereka, keempat orang itu malah jadi terpana. 

Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang parau.

"Toako, cepat tahan orang itu!"

Begitu kepala Tan Ki menoleh, dia melihat laki-laki bertubuh tinggi besar yang mengejar dari belakang itu sedang meloncat dua kali dan menerjang datang dengan kecepatan seperti kilat. Tampak seluruh tubuh dan wajahnya basah oleh keringat.

Nafasnya bagai kerbau akan disembelih. Pengejarannya tadi seolah memakan tenaga yang banyak dan membuatnya hampir kehabisan tenaga. Begitu tubuhnya melayang turun, dia menuding ke arah Tan Ki dengan nafas tersengal-sengal. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutnya...

Tan Ki menatapnya sekilas. Dengan tampang penuh perhatian dia berkata, "Tampaknya Saudara ini sudah terlalu lelah. Ada baiknya pulang dulu untuk beristirahat baru kembali lagi."

Laki-laki tegap itu seakan merasa bahwa ilmu silatnya sendiri memang kalah jauh dibandingkan dengan lawan. Disindir sedemikian rupa, saking jengkelnya dia mendengus satu kali. Tetapi dia tidak berani maju ke depan untuk mengambil tindakan. Terpaksa dia menahan kemarahan hatinya dengan memalingkan wajahnya dan tidak ingin melihat Tan Ki lagi.

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang