5. Strange.

46.6K 4.4K 135
                                    

Aku terkejut begitu mendapati Sean berdiri menungguku di lobby Hotel saat aku turun pagi itu. Padahal seingatku, aku sama sekali tidak membuat janji apapun semalam.

Semalam ia memang mengantarku pulang, tapi that's it! Hanya sebatas itu tanpa basa basi apapun atau janji temu lainnya.

Hanya terima kasih dan sampai jumpa lagi yang aku tidak penah berpikir kalau aku akan langsung berjumpa dengannya keesokan harinya seperti ini.

Berusaha untuk tidak terlihat terlalu percaya diri, aku mengangkat tas berisi buku sketsaku dan berjalan melewati Sean yang nampak belum menyadari kehadiranku.

Aku berencana untuk menghabiskan hariku hari ini di salah satu kafe yang terletak di Myeongdong untuk mencari inspirasi, dan aku sama sekali tidak memiliki rencana untuk merusak rencanaku yang satu itu dengan meladeni salah satu penggemar saudaraku.

Kak Alle termasuk saudaraku, kan?

"Kelly." Dan rencanaku terancam berantakan saat Sean menahan lenganku.

Aku memasang senyumku dan menoleh, berpura-pura tidak menyadari keberadaannya sebelum ini. "Oh, Hai Sean. Kebetulan yang menyenangkan." Ucapku sarkastik. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Menunggumu." Jawabnya sama sekali tidak terlihat terganggu dengan kalimatku. "Kau mau pergi?" Tanyanya sambil melihat tas folderku. "Aku bisa mengantarmu. Kau sudah sarapan?"

Bagaimana caraku untuk menghindari hal ini?

Keterdiamanku sepertinya di artikan berbeda oleh Sean karena ia kini sudah tersenyum dan mengangguk, "kutebak belum. Ayo! Aku tahu restoran enak disekitar area ini. Aku bisa menjadi pemandumu selama di Korea." Tawarnya tanpa merasa perlu mendengar penolakanku karena ia sudah berjalan terlebih dahulu menuju ke mobil mewah yang kemarin ia gunakan untuk mengantarku.

"Ck! Aku harus memikirkan cara untuk melarikan diri lagi sepertinya." Mau tidak mau akhirnya aku melangkah mengikuti langkah Sean kearah Mobil mewah dan laki-laki itu membuka pintunya untukku masuki sebelum ia memutar dan masuk ke sisi lainnya di sebelahku.

Aku lebih memilih diam dan menggenggam erat tas folderku sambil mendengarkan lagu yang tersiar di radio mobil meski tidak mengerti artinya daripada berbicara dengan Sean. Lagipula laki-laki itu juga sepertinya juga tidak tertarik untuk berbicara.

Entahlah. Mungkin ia sedang mengumpulkan daftar pertanyaan yang ingin ia tanyakan saat sarapan nanti. Pertanyaan mengenai kak Alle contohnya?

"Apa kau tidak keberatan memakan nasi pagi-pagi seperti ini? Atau mungkin kau lebih memilih burger atau roti?" Sean memecahkan keheningan yang kukira akan berlangsung lebih lama dengan pertanyaannya.

"Aku bukan pemilih." Jawabku santai.

Suara kekehan terdengar dari Sean dan ketika aku melirik dari ujung mataku, Sean tersenyum. "Maaf, aku lupa bertanya keinginanmu tadi. Aku takut kau tidak nyaman dengan mengkonsunsi nasi sebagai sarapan."

Ada sebuah jejak hangat yang menyelubungiku. Bukan karena Sean membuatku terpesona, hanya saja cara Sean yang seperti menghargaiku dengan bertanya pendapatku sebelum menentukan pilihan. Sama seperti kemarin, ia lebih memilih menawarkan tangannya untukku dibanding langsung menarikku paksa mengikutinya. Aku mengulum senyum saat memikirkan sifat gentle yang ditunjukan Sean padaku.

"Aku tidak masalah. Tenang saja." Jawabku karena merasa Sean membutuhkan jawaban. Aku harus mengingatkan diriku untuk tidak terpengaruh pada pesona yang ditawarkan Sean.

"Baiklah kalau begitu. Aku harap kau juga tidak keberatan mengkonsumsi daging sebagai menu sarapan." Ujarnya kemudian kami kembali dalam keheningan yang kali ini berlangsung hingga mobil Sean berhenti di salah satu restoran bertuliskan huruf Korea.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang