40. Dating.

40.6K 3.9K 204
                                    

Kecupan lembut di ceruk leherku membuatku terjaga dari tidurku.

Semalam... semalam adalah malam dimana selama 22 tahun akhirnya aku bisa tidur sangat nyenyak tanpa mempedulikan masalah apapun.

Dan pagi ini, aku menjadi perempuan paling bahagia untuk bisa bangun di dalam pelukan hangat teman kencanku.

"Sean, stop." Aku terkekeh geli saat Sean tidak kunjung menghentikan kecupannya di leherku.

"Hm?" Sean ikut terkekeh tanpa berhenti menciumiku. "Kemarin kau tidak memintaku berhenti. Kenapa sekarang kau berubah pikiran?" Tanyanya menggodaku. Ia memelukku semakin erat dan aku bisa merasakan dada bidangnya di punggungku.

"Tidak, tapi ini geli." Ujarku mencoba berputar menghadapnya. "Kau menyesal kita tidak melakukannya semalam?" Tanyaku begitu aku berhasil menatap matanya yang hitam. Wajah bangun tidurnya sangat kelewat tampan. Seperti dugaanku dulu, beruntunglah yang menjadi Istri Sean nanti karena bisa melihat pemandangan indah ini setiap pagi.

"Kau menyesal aku berhenti kemarin?" Ia balik bertanya dengan seringai yang baru kali ini kulihat di wajah tampannya.

"Kau yang akan menyesal telah menyia-nyiakan kesempatan yang ku berikan." Aku mengerucutkan bibirku, wajahku memanas mengingat kejadian semalam. Malam terliar yang pernah terjadi di hidupku.

"Aku tidak akan menyesal karena telah berhasil menghentikan nafsuku di saat yang tepat. Dan itu bukan menyia-nyiakan, Kelly. Tapi aku melakukan hal yang benar sebelum kau menerima secara resmi lamaranku nanti." Ia mengecup keningku kemudian bibirku. "Good Morning, love."

Aku tidak pernah mendapat salam selamat pagi seindah ini sebelumnya.

***

Malam sebelumnya...

Dan saat aku mengangguk kecil memberikan persetujuan untuk Sean melanjutkannya, pro dan kontra itu tertendang jauh.

Que sera, sera. Apa yang akan terjadi, terjadilah.

Aku memejamkan mataku, menantikan apa yang akan datang dengan hati berdebar. Kemudian aku merasakan sesuatu menutupi wajah juga separuh tubuhku. Saat kubuka mata, aku melihat kain putih yang ternyata melakukannya.

Aku menegakkan tubuhku dan menarik kain putih yang ternyata adalah kemeja Sean kemudian menatap punggung Sean yang sudah berdiri jauh membelakangiku.

"Ganti pakaianmu dengan itu." Ujarnya terdengar serak.

"Kau tidak jadi?" Tanyaku bingung. Jujur saja, ini sangat melukai harga diriku. Ku akui aku tidak seseksi kak Keira juga secantik kak Alle, tapi apa aku seburuk itu sampai bisa mematikan gairah laki-laki?!

Sean berbalik menunjukan dada bidangnya sambil menggaruk tengkuknya terlihat salah tingkah. "Aku... akan melakukannya. Tapi bukan hari ini dan bukan sekarang." Ia menghindari menatapku dan memilih menatap ke sekitar. Apapun, selain aku.

Aku tersenyum kecil mendengar pemikirannya juga perhatiannya. Aku jadi merasa di hargai. "Tatap aku." Pintaku.

"Tidak." Tolak Sean kemudian ia membelakangiku lagi. "Ganti bajumu, baru aku akan menatapmu."

Aku menggembungkan pipiku mendengar ucapannya. Sepertinya kalimat itu cukup familiar.

"Kau tidak akan menyesal?" Tanyaku memastikan.

Aku mendengar dengusannya kemudian ia menggaruk tengkuknya. "Aku laki-laki, Kelly. Kau tahu jawabanku. Tapi aku tidak mau kita melakukannya karena... nafsu binatangku." Ia berdecak masih sambil membelakangiku. "Lagipula kenapa kau memakai gaun seterbuka itu? Aku hampir membunuh seseorang malam ini karena dia berani memelukmu. Kau tidak tahu..." Sean berbalik dan aku yang sudah diam-diam berjalan mendekatinya langsung memeluk tubuhnya hingga kata-kata Sean menguap ke udara.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang