26. (Hell) Party.

32.9K 3.6K 79
                                    

Pesta pernikahan salah satu rekanan Butik bibi Rere yang di selenggarakan di salah satu hotel mewah di pusat kota LA ini ternyata juga menjadi tujuan Sean.

Yang aku masih tidak bisa berpikir adalah, alasan Sean mengajakku menghadiri acara ini mendampinginya.

Kenapa dia tidak mengajak istrinya saja? Kenapa harus susah-susah mendatangi Apartemenku segala?

Tapi tentu aku tidak sampai hati menanyakan pertanyaan itu. Simple, aku tidak mau mendengar alasannya yang mungkin saja mengatakan kalau istrinya ternyata sedang sibuk.

Kalau seperti itu, bukankah aku akan semakin menyedihkan? Berpikiran kalau kehadiranku disini adalah sebagai pengganti saja sudah cukup miris. Tidak perlu dipertegas lagi dengan alasan.

"By the way, Kelly. Kau terlihat sangat cantik malam ini." Bisiknya tepat di telingaku.

Oh Tuhan, kenapa kau begitu jahat mempermainkan hatiku dengan cobaan seberat ini? Aku akan berdosa kalau jatuh cinta pada suami orang. Ringisku tanpa menghiraukan bisikkan Sean. Aku memalingkan wajahku ke arah lain dan memejamkan mataku erat-erat, mencoba menghilangkan bayangan miris menjadi third-wheel di hidup Sean.

Really, Kel? Dengan kau berada di pesta ini, menggandeng lengan Sean dan berjalan di sampingnya saja sudah cukup mengindikasikan kau sebagai orang ketiga! Akal sehatku berbicara kali ini.

Dengan sadar, aku menarik lepas tanganku dari lengannya hingga Sean menoleh.

"Ada apa?" Tanyanya.

"We can't do this, Sean." Ujarku berbisik dan menggeleng.

Sean mengernyit, sepertinya tidak paham. "Can't... what?"

Yeah, kelly. Can't what?! Hatiku seakan ikut menantangku untuk mengatakan alasannya.

Kenapa? Karena Sean sudah beristri? Aku kesini juga karena aku memiliki undangan sendiri. Bukan karena Sean. Jadi ini tidak bisa dihitung sebagai 'orang ketiga', kan?

Sean menawarkan lengannya lagi kepadaku, yang ku lihat dengan keraguan karena hati dan logikaku masih sibuk berperang.

Tapi kemudian suara juga ucapan Sean membuat hatiku memenangi peperangan dengan Logikaku dan aku kembali menggamit lengan Sean.

"Maaf kalau aku terus membuatmu tidak nyaman. Kau bisa berteriak kalau aku berani berbuat macam-macan nanti."

Tentu saja. Kalau dibandingkan istrinya, Alana, apa aku ini? Dada, ya jangan bandingkan dengan Alana, tentu alana lebih besar! Alana juga lebih tinggi dan cantik dariku. Hatiku seakan menyuarakan keputus asaanku.

Akhirnya aku kembali menggamit lengan Sean lagi tanpa berbicara apapun.

Jangan berpikir aneh-aneh lagi, Kelly!profesional, atau kau akan di buat menjadi sup tulang oleh Alana. Logikaku memperingati.

Aku menghela nafas. Bahkan dalam diriku saja konfliknya banyak sekali. Seakan masalahku belum cukup saja.

Pesta berlangsung cukup meriah. Pengantin di depan panggung juga terlihat bahagia. Berbanding denganku yang sudah berharap kalau bumi di bawahku retak dan menelanku.

Aku merasa salah posisi sekarang.

Selain aku tidak mengenal satupun dari orang-orang disini, aku juga terlihat bodoh dengan mengikuti Sean kemanapun dan bicara mengenai bisnis.

Yang parahnya, semua orang mengira aku adalah Istri Sean. Ada sedikit rasa bangga di dadaku, tapi sayangnya hanya bertahan sebentar. Selain karena wajah ketus Alana melintas tanpa ijin di kepalaku, Sean juga menyangkal perkataan mereka semua dengan memperkenalkanku sebagai rekan kerja juga designer dari butik bibi Rere.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang