38. KK

35.6K 4.2K 650
                                    

WARNING!

Rawan baper di Chapter ini.
Hati-hati terhadap sakit hati dan airmata yang mungkin dihasilkan oleh chapter ini.

Selamat membaca 😌😌😌

Vote dan Commentnya jangan lupa 😉

***

"Don't go, Jebal*..."

*Jebal = Please = Kumohon

***

Keheningan menyergap kami. Tanganku yang terulur menangkap lengannya mendadak keram dibawah tatapan matanya yang membesar dalam skala maksimal sebagaimana matanya yang kecil bisa lakukan.

Aku menggigit bibir bawahku salah tingkah. "A-apa aku salah mengucapkannya?" Tanyaku ragu.

"Katakan itu sekali lagi." Pintanya.

"Ku katakan, aku tahu pasti kau ingin tertawa mendengarku mengatakan hal itu barusan. Aku sendiri merasa bodoh sudah mengucapkan kata yang baru sekali ku dengar di film Korea Bibi Rere." Gerutuku sambil melepas tanganku dari lengannya dan berbalik. "Lupakan!"

Semua berlangsung dalam satu kedipan mata saat tubuhku tertarik dan benda lembut juga hangat menyentuh bibirku.

Oh God, i miss his kiss.

Aku memejamkan mataku. Aku sama sekali tidak mendorongnya, melainkan aku membiarkan diriku dibawa masuk semakin dalam kedalam pelukannya saat kecupan itu berubah menjadi lumatan.

Tangannya menahan tengkukku, meski aku merasa ia tidak perlu melakukannya, karena hal selanjutnya yang kulakukan adalah mengalungkan kedua tangaku ke lehernya.

"Say that again." Bisiknya dengan nafas tersengal setelah ciuman panas kami barusan. Keningnya menempel di keningku. Tangannya membingkai wajahku. Matanya menatapku lekat. Mata hitam itu menenggelamkanku semakin dalam.

"Don't go..." seakan terhipnotis, aku bergumam kecil mengulang ucapanku barusan. "Jebal..."

"I'll stay, just if you want me to." Kemudian Sean kembali melumat bibirku. Apa Sean merasakan rasa Rindu yang sama saat kami berciuman? Apa Sean merasakan bunyi 'klik' yang tepat saat ini? Apa sekarang aku pasrah kalau hanya dijadikan sebuah jembatan asalkan Sean bisa bersamaku? Semenyedihkan itu?

"Ikut aku." Bisiknya kembali melepaskan panggutannya. "Kau bersedia?" Tanyanya.

Sekali lagi, mata hitam itu seperti menghipnotisku. Kemudian aku mengangguk dan membiarkannya membawaku pergi dari pesta yang dalam sekejap menjadi sangat kusyukuri perayaannya.

***

Aku tahu kak Kenneth maupun Alexis akan membunuhku kalau mereka tahu aku masuk ke kamar hotel yang di tempati laki-laki lajang di negara asing yang bahasa tidak terlalu ku mengerti.

Tapi aku tidak peduli. Aku hanya merasa kalau hari ini aku membiarkannya pergi lagi, maka tidak akan ada lain kali.

Hotel yang Sean tempati, berada di lantai paling atas tempat acara di selenggarakan, jadi Sean hanya membawaku menaiki Lift tanpa melepaskan genggaman tangannya padaku.

Akupun tidak berharap tangannya akan melepasku... lagi.

Mataku memperhatikan isi president suite yang Sean tempati. Masih Rapi dan tidak terlihat seperti sudah ditempati sebelumnya.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang