52. Follow Me.

34.5K 3.8K 156
                                    

Hari-hari menjelang acara puncak begitu padat dan melelahkan bagiku.

Aku tidak menyangka kalau menjadi seseorang yang berada di balik layar akan semelelahkan ini. Pinggang dan punggungku seakan bisa rontok kapan saja.

Ditambah dengan mualku yang tidak kunjung mereda setiap paginya, aku merasa sedang tersiksa lahir dan batin sekarang ini. Tapi untung saja semangatku untuk menyambut panggung perdanaku -tidak bisa ku katakan perdana juga, karena acara ini adalah milik majalah People- akan segera tiba.

Bahkan sangking semangatnya, aku sanggup membantu mengangkat kadus berisi lusinan gaun yang akan dibawa ke tempat acara besok.

Meskipun ada kuli angkut tersendiri, tapi aku merasa lebih puas rasanya kalau mengantarkan karya-karyaku menuju ke panggungnya dengan tanganku sendiri.

This is what a proud mama feels like. Aku membatin bangga.

Ah! Update mengenai hubunganku dan Sean.

Pada akhirnya kami menerima usul keluargaku untuk menunggu dua tahun lagi. Dan mengenai nafsu Sean?  Laki-laki itu setengah mati menahan nafsunya kembali. Aku menghargai usahanya meski sejujurnya, aku tidak merasa keberatan.

I can take a pill kalau dia mau. Tapi ide itu ditolak mentah-mentah oleh Sean yang kembali memasang barikade setiap aku menggodanya.

Ia bahkan pernah mengunci diri di dalam kamar mandi saat aku menggodanya hingga aku terbahak melihat pertahanan dirinya.

Aku tidak percaya aku bisa mencintai laki-laki menggemaskan ini.

"What i told you about don't tired yourself, love?"

Suara berat itu mengejutkanku dari atas tangga. Aku berbalik sedikit dan tersenyum lebar. Sedikit kesusahan dengan sebuah kardus di kedua tanganku.

"Give me that!" Pinta Sean hendak mengambil alih kadus di tanganku.

"Don't touch mine!" Omelku menjauhkan kardusku dari tangan Sean. "Kau ambil sendiri saja di atas."

"Jangan keras kepala, Kelly. Jangan berebut denganku! Kita ditangga!" Serunya masih berusaha merebut kardus dari tanganku. Ia mempelototiku saat aku menjauhkan kardusku darinya lagi, lalu aku menjulurkan lidahku mengejeknya. "You leave me with no choice, Love. Hang on tight!"

Aku memekik kencang saat Sean mengangkatku dengan mudahnya bersama dengan kardus yang masih berada di tanganku. Aku mempelototi Sean yang sekarang sedang menyeringai.

"Kau bertambah berat, huh?" Mataku semakin membesar mendengar komentar itu keluar dari bibir Sean. Apa dia tidak tahu kalau topik berat badan adalah topik sensitif untuk dibicarakan?

"Kalau begitu, turunkan aku!" Protesku menggeliat.

"Kau akan jatuh, Love. Kau tidak berat sampai aku tidak bisa menggendongmu. Aku akan menurunkanmu begitu kita sudah sampai dibawah. Ok?" Ia tersenyum sambil membawaku turun kebawah menuju ke mobil truk yang sudah menunggu.

Wajahku merona tanpa bisa ku tutupi.

Perutku terasa sedikit keram. Jam berapa aku makan tadi?

Sean menurunkanku dan langsung mengambil alih kardus dari tanganku setelah aku bisa menyeimbangkan tubuhku.

"Apa masih ada lagi?" Tanyanya begitu menyerahkan kardus ke kurir dan kembali menatapku.

"Sepertinya masih ada lagi di atas. Tunggu aku ambilka-"

"Kau," Sean menahan lenganku, "tetap disini. Lihat saja wajahmu sudah terlihat pucat. Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya terlihat khawatir sambil menangkup pipiku.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang