Sean Kim. Sean Kim yang mengajukanmu sebagai syarat kerja sama ini.
Sean Kim.
Sean Kim mengajukanmu.
SEAN KIM MENGAJUKANKU?!
Dipikir berkali-kalipun aku tetap tidak mengerti, kenapa laki-laki itu mengajukanku sebagai syaratnya? Kenapa harus aku dari semua orang?
Lalu bagaimana aku menemui Sean Kim ini dan menegosiasikan syarat lain untuknya?
Nomor telepon saja tidak- Bukan berarti aku menginginkan nomor teleponnya! Aku hanya merasa perlu untuk saat genting seperti ini.
Aku mengacak rambutku dan menggeram. Belum cukup proyek musim dingin mengacaukan pikiranku, perasaan sialanku pada Sean, dan ini lagi? Mereka memang berkonspirasi menyiksaku secara perlahan!
"Auh..." aku mengaduh saat aku merasakan seseorang menjitaki kepalaku, dan mengerjap saat ada kotak diletakkan di hadapanku.
"Kau benar-benar! Daniella memanggil interkommu berkali-kali untuk mengambil itu! Tapi kau malah melamun. Kau tidak ada kerjaan lain memangnya?" Tanya Louisa sarkastik.
Aku masih mengelus kepalaku sambil bersungut-sungut. "Tidak perlu menjitakiku, kan?" Gerutuku. "Ini apa?"
"Mana ku tahu. Aku tidak membukanya. Seorang kurir mengirimkannya untukmu. Sepertinya penggemarmu kehabisan uang untuk membeli bunga kali ini." Cibir Louisa kemudian ia tertawa. "Ah, tidak! Tadi pagi bunganya sudah sampai. Jadi mungkin dia kebanyakan uang dengan mengirimimu hadiah tambahan." Ralatnya cepat.
"Jangan berlebihan, Lou!" Omelku mengabaikannya, lalu melihat kotak yang cukup besar di atas mejaku dengan tatapan bertanya.
Tidak ada kartu ucapan apapun di luarnya. Sebenarnya aku sedikit ragu untuk membuka kotak itu. Bisa saja isinya bom, kan? Aku belum menikah, dan aku belum mau mati!
Oke, itu berlebihan. Untuk apa orang mengirimkan bom kesini?
Atas keyakinan itu, aku membuka penutup kotak itu dan menganga selebar-lebarnya.
"Wow..." seru Louisa yang ternyata ikut melihat isi kotak di depanku. Louisa dan ke-kepo-annya, bukan hal yang baru.
Di dalam sana, ada secarik kertas diatas amplop putih, sebuah kotak biru gelap besar, dan sebuah kain bulu-bulu yang ku tebak adalah sebuah pakaian.
A Limo will be ready at 7 in your place. Be Ready and i'll see you later.
"Limo?" Gumam Louisa mengulang sepenggal kata dari kertas itu. "Siapa pengirimnya? Dia tidak menulis namanya. Apa orang yang sama?" Tanya Louisa seakan menyuarakan pertanyaanku.
"I don't know, Lou." Jawabku jujur.
Aku meraih amplop itu untuk membaliknya, mencari nama pengirimnya ketika suara Bibi Rere mengejutkanku.
"Ah! Kau juga ada undangannya? Kalau begitu ini akan mudah." Ujar bibi Rere membuatku semakin pusing.
"Maksud bibi?" Tanyaku seraya mengernyit.
Bibi Rere tersenyum kecil dan menggaruk kepalanya salah tingkah. "Bibi tahu ini sedikit mendadak, tapi bibi Baru mau memintamu menghadiri acara yang sama dengan amplop yang sedang kau pegang. Pamanmu mendadak mengajak bibi untuk makan malam. Jadi..."
Tanpa menyelesaikan kata-katanya, aku sudah tahu apa yang bibi Rere akan katakan. Bukan masalah bagiku menggantikan bibi Rere di acara-acara seperti ini, tetapi yang jadi masalah adalah, siapa orang yang mengundangku? Serta merta menyiapkan Limo dan gaun untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelly [#DMS 5]
RomancePernah merasakan rasanya mencintai teman masa kecilmu, namun kalian hanya berakhir dalam sebuah status pertemanan, bahkan persaudaraan? Pernah merasakan rasanya mencintai seseorang yang tidak pernah kau temui, namun kemudian laki-laki itu berubah me...