"Aku menakutimu?" Tanya Sean ragu.
"Y-ya. Kau benar-benar menakutiku." Gumamku kecil membenarkan ucapan Sean barusan. "Apa sebenarnya tujuanmu?" Tudingku.
Sean tersenyum, melihat kearah jemarinya sebelum kembali menatapku dengan mata hitamnya yang menenggelamkan.
Kemudian dia menjawab pertanyaanku dengan suara dalamnya yang membuat jantungku berdebar seakan habis berlari marathon 500m.
"Tujuanku... adalah dirimu."
***
Aku tercengang. Tidak tahu berapa lama aku terdiam tanpa reaksi hingga Sean menyentuh telapak tanganku.
Aku refleks menarik tanganku yang mendadak seperti tersengat listrik saat disentuh Sean barusan.
Ia tersenyum miring dan menarik tubuhnya kebelakang, mengusap rambutnya hingga sedikit berantakan, dan tawa garingnya terdengar. Mendadak hatiku ngilu melihat sikap Sean.
"Aku sangat menakutimu sepertinya." Gumamannya terdengar samar. Suaranya seperti orang putus asa. Begitu menyayat hati.
Apa itu artinya Sean berkata jujur? Kalau tujuannya adalah aku? Bukan kak Alle, atau obsesinya pada wanita masa lalu yang mungkin memiliki wajah seperti kak Alle maupun wanita kemarin?
"Maafkan aku." Ucapnya seraya menunduk, lalu kemudian ia berdiri. "Aku menunggu di depan saja sampai kau selesai dengan sketsamu, lalu aku akan mengantarmu pulang ke butik lagi. Itu tujuanmu ke kafe, kan? Mencari inspirasi? Maaf telah mengacaukannya."
"Sean!" Panggilku spontan saat Sean berbalik hendak meninggalkanku.
Sean berbalik lagi menatapku dengan mata menyorotkan harapan. Aku tertawa kecil melihat sorot matanya.
"Maafkan kebiasaan burukku. Aku selalu memiliki pemikiran negatif atas segala hal. Kau... tidak perlu menunggu di depan." Gumamku pelan tanpa mau menatap mata Sean. "Kurasa... aku memerlukan teman disini."
Tidak ada jawaban apapun, tetapi saat melihat bayangan Sean kembali ke tempat duduknya, aku menghela nafas lega.
Ternyata aku sempat menahan nafasku tadi.
"Aku tahu kau selalu berpikiran negatif mengenaiku." Ucapnya membuatku meringis. "Kalau kau berikan aku kesempatan, aku ingin membuktikan kalau aku tidak seburuk yang ada di pikiranmu, Kelly." Sambungnya.
Jantungku memulai aksi akrobatnya di dalam. Perutku mendadak mulas akibat canggung yang di hasilkan permintaan polos Sean.
Tapi tidak ada salahnya dengan memberikan kesempatan, kan? Aku mungkin akan memberi kesempatan sekali lagi, melihat lebih lama apa sebenarnya tujuan utama Sean mendekatiku.
Atau itu hanya alasanku? Aku takut untuk mengakuinya, tetapi pesona Sean mulai berbahaya untukku.
Dalam kecanggunganku akibat permintaan Sean barusan, aku memutuskan tidak menjawab secara langsung permintaannya. Aku meraih cangkir teh oolong di depanku, menyesapnya sekali sebelum berkata, "terima kasih untuk minumannya."
Anggap saja aku sudah sepakat untuk memberinya kesempatan dengan tidak mengusirnya dan menerima pesanannya untukku.
Sean tidak bersuara. Sempat aku meliriknya sebentar, dan aku menyesal karena sudah meliriknya.
Laki-laki itu tersenyum semakin lebar di depanku. Dan jantungku memulai kembali aksi akrobatiknya di dalam.
Ini benar-benar parah.
Aku berdeham, berusaha mengusir kembali kecanggunganku sambil kembali ke tujuan awalku menerima ajakan Sean untuk berbicara hari ini.
"Aku sudah mendengar dari Joshua kalau kau mengajukanku untuk membantu Annual Event perusahaannya. Kenapa?" Tanyaku memberanikan diri menatap Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelly [#DMS 5]
RomansaPernah merasakan rasanya mencintai teman masa kecilmu, namun kalian hanya berakhir dalam sebuah status pertemanan, bahkan persaudaraan? Pernah merasakan rasanya mencintai seseorang yang tidak pernah kau temui, namun kemudian laki-laki itu berubah me...