Setelah bertapa di bawah shower sehari semalam, aku memutuskan tambahin satu chapter lagi sebelum END.
So, ini chapter terakhir sebelum EPILOG ya geng.
Maafkan ke plin-plananku. Soalnya ga sesuai bayanganku, ini terlalu panjang untuk sebuah epilog 😂
Oke selamat membaca ✌
***
"Ah ah ah! Perutku!" Pekikku saat seorang pegawai bridal membantuku mengenakan gaun pernikahan.
Ibu mertuaku -setidaknya setelah hari ini, aku akan memanggilnya begitu- menoleh dan langsung menghampiriku dengan gerak panik.
Aku melihatnya berbicara -atau mengomeli- pegawai itu dengan bahasa Korea yang kalau kuartikan dari mimik wajahnya, kira-kira percakapannya seperti ini.
"Berhenti membunuh menantuku."
Eh tidak, maksudku...
"Berhenti menyiksa menantuku. Di perutnya sedang ada bayi."
Lalu pegawai itu menatapku terkejut dan membungkuk berkali-kali lalu bergumam sesuatu yang ku artikan sebagai permintaan maaf.
"Eomoni, apa tidak ada gaun yang lebih lebar lagi? Aku bisa pingsan sebelum acara selesai."
Ibu mertuaku menatapku dengan penuh sesal, "bagaimana ini? Kita tidak punya waktu untuk mencari gaun lain. Mobil kiriman Sean akan tiba dalam 30 menit."
Aku menghela nafas sama putus asanya. Salahku juga yang masih tidak mengontrol makanku disaat aku akan menikah hari ini. Ya, hari ini aku akan menikah. Dan ini bencana karena aku akan tersiksa memakai gaun pengantin yang tidak lagi muat ditubuhku dalam jangka waktu satu minggu.
"Kalian sudah selesai?" Sebuah suara yang sampai sekarang masih sejujurnya sanggup membuatku gondok terdengar. Alana keluar dengan gaun pinknya, terlihat elegan dan sangat cocok di tubuh kurus langsing dan jenjangnya. Aku semakin frustasi.
"Kita dalam masalah. Gaun Kelly tidak muat." Seakan belum cukup di permalukan, ibu mertuaku malah mengatakan itu di depan Alana yang pasti akan mengolok-olokku.
"Bagaimana bisa? Bukankah minggu kemarin sudah dicoba?"
"Ya, benar. Kalau begitu maafkan nafsu makan seorang ibu hamil yang tidak bisa ku kendalikan saat kau membawa satu koper penuh patty beku dari Amerika," ringisku menyindirnya.
Aku tidak bisa menyalahkan Alana juga. Aku memang kehilangan akal saat Alana memberiku sebuah koper berisi Patty beku untuk burger dari restoran yang terkenal, juga berbagai cemilan yang kini lemak-lemaknya sukses mengisi setiap jengkal tubuhku.
Alana memajukan bibirnya kemudian menatap ibu mertuaku lagi. "Jam berapa acara akan dilaksanakan?" Tanyanya sambil melihat jam kecil yang melingkat di pergelangan tangannya.
"Satu setengah jam lagi. Tapi kakakmu sudah mengirim supir untuk menjemput kita 30 menit lagi," jawab Ibu mertuaku.
Bibir Alana nampak berkomat kamit tanpa suara sambil memikirkan sesuatu kemudian ia mengangguk saat sudah mengambil keputusan.
Ia menatapku dan menunjuk gaunku, "ganti pakaianmu. Aku tunggu dibawah," perintahnya kemudian menatap ibu mertuaku, "katakan pada oppa aku akan membawakan pengantinnya tepat waktu."
"Mau kemana?" Tanyaku curiga. Tidak ada hal yang benar-benar bagus kalau berhubungan dengan Alana.
"Menyelamatkan pernikahanmu. Ayo cepat!" Serunya berjalan melewatiku.
Aku masih mencerna kata-katanya dan memikirkan berbagai list pro dan kontra mengikuti Alana dalam kepalaku.
Dan percayalah, tidak ada satupun list Pro yang terpikirkan olehku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelly [#DMS 5]
RomancePernah merasakan rasanya mencintai teman masa kecilmu, namun kalian hanya berakhir dalam sebuah status pertemanan, bahkan persaudaraan? Pernah merasakan rasanya mencintai seseorang yang tidak pernah kau temui, namun kemudian laki-laki itu berubah me...