21. Paradise!

37.2K 3.7K 96
                                    

Menerima tawaran kerjasama Sean, kukira hanya 'aku bersedia, menyiapkan sketsa, memvisualkan hasil coretanku, mempresentasikan karyaku, di approve, selesai'.

Tetapi ternyata ini lebih dari itu semua.

Aku menganga saat melihat Sean ada di lobby Apartemen keluargaku pagi-pagi begini. Aku mendapat telepon dari resepsionis kalau aku memiliki tamu di bawah.

Aku meninggalkan sarapanku dan melupakan catokanku juga Make Up Ku, pasti sekarang aku terlihat lebih buruk dari itik.

"Good Morning." Sapanya tersenyum cerah. Sepertinya dia tidak terlalu memperhatikan keterkejutanku akan kehadirannya yang tiba-tiba.

"Mr.Kim, kurasa kau salah tempat. Aku tidak merasa pernah membuat janji apapun denganmu hari ini." Ujarku kebingungan. Aku merasa seperti dejavu melihatnya di lobby pagi-pagi begini. Dimana aku pernah mengalami ini, ya?

"Memang tidak." Jawabnya kemudian terkekeh.

"Aku tidak merasa kalau gedung ini sudah berubah menjadi perkantoran." Ujarku lagi, semakin menyipit.

Sean tergelak dan menggeleng. "Kurasa kau benar." Komentarnya.

Aku berdecak kesal, "lalu apa yang kau lakukan disini?"

"Menjemputmu." Jawabnya santai. Melihat ke kanan dan kekiri seakan mengisyaratkan kalau dia kesini bukan untuk hal lainnya melainkan aku.

Aku menyipit dan mendekatinya untuk berbisik. "Sean, tolong katakan lagi kalau kemarin aku hanya menerima tawaran kerja samamu saja, kan? Bukan lamaran?"

Begitu aku ingin melihat wajahnya dengan memundurkan langkahku, Sean tergelak sambil menyentuh perutnya.

"Kau benar-benar lucu sekali, Kelly." Ujarnya mengusap kepalaku. "Apa aku tidak memberitahumu kemarin? Selama kerjasama berlangsung, kau akan bekerja dikantorku, bersamaku. Hanya agar mempermudah komunikasi kita nantinya. Kau sendiri tahu, dateline event ini hanya 3 bulan. Jadi kita-"

"Woooo woaaaah! Stop!" Seruku terbelalak. "Kau tidak bilang kalau aku harus bekerja di kantormu! Lalu bagaimana pekerjaanku di butik?!"

"Kau bisa mengerjakannya di kantorku. Aku akan menyediakan 10 asisten pribadi untukmu agar pekerjaanmu cepat selesai." Jawabnya tanpa dosa semudah mengatakan 'aku akan membelikanmu permen.'

Aku memejamkan mata, menarik nafasku dalam, lalu menghembuskannya. "10 asisten?" Ulangku.

Sean mengangguk, "kurang? Aku masih bisa-"

"Tunggu!" Potongku cepat. "Bukan itu maksudku."

"Satu saja sudah cukup, ini 10? Dia gila?" Desisku kecil, membuang mukaku ke arah lain untuk menghindari tatapan Sean.

"Kau bicara apa?" Tanya Sean.

Aku menggeleng, "Tidak." Aku mengerut keningku, kenapa aku bisa telibat dalam hal ini? Ah iya! Karena aku tidak menolak tawarannya kemarin. Tetapi itu kan karena Sean tidak mengatakan kalau aku harus bekerja di kantornya!

"Jadi, bisa kita pergi sekarang?" Tanya Sean menyadarkanku dari lamunan.

"Kemana?" Tanyaku memastikan.

Sean terkekeh dan mengacak rambutku yang sudah berantakan. "Kau lucu." Ia tidak menjawab pertanyaanku melainkan mengejekku.

Yang tidak waras disini, aku atau dia?

Tetapi karena aku sudah menyanggupi kerja sama ini, maka aku harus bersikap profesional. Sepertinya aku harus menghubungi bibi Rere kalau aku akan menghilang sementara dari butiknya sambil meyakinkan bibi Rere kalau aku tidak akan melupakan tugasku.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang