Pagi itu, aku tersentak saat merasakan perutku dibelai lembut dari arah samping.
Perutku yang sudah tidak serata dulu lagi itu memang kerap mendapat belaian lembut dari satu orang yang sama.
Kecupan kecil di bahuku menandakan kalau laki-laki di sebelahku kini sudah terjaga, dan sebentar lagi pasti aku akan mendengar sapaannya yang selalu kudengar setiap pagi.
"Good Morning, Love."
"Good morning, Sean." Aku tersenyum kecil dan memasukkan diriku kedalam pelukan Sean lebih dalam lagi. "Tidurmu nyenyak? Jam berapa kau pulang semalam?"
"Aku lupa. Aku tidak melihat jam lagi begitu sampai rumah." Suara serak Sean terdengar tepat di telingaku. Kemudian tubuhnya bergerak dan mendekati perutku lalu mendaratkan kecupannya disana, "Good Morning, Hero. Tolong jangan membuat ibumu kesusahan lagi seperti kemarin-kemarin," ujarnya kepada perutku seperti kebiasaan lain dirinya setiap pagi.
Kehamilanku memang cukup membuatku susah. Apalagi di imbangi dengan adaptasi pada suasana baru di Korea, makanan, lingkungan, juga bahasa yang membuat kepalaku sakit.
Sudah dua minggu aku tinggal disini, dan sudah dua minggu juga aku frustasi merindukan telur gosong Mommy.
Tapi aku tidak mengatakan itu pada Sean karena aku tahu Sean juga sibuk mengurus perusahaannya -perusahaanku, dan juga kondisi Ayah Sean tidak terlalu baik belakangan ini.
Aku tidak mau menambah beban pikiran Sean dengan mengatakan kalau aku tidak betah tinggal disini.
"Bagaimana?" Aku kembali tersentak mendengar pertanyaannya ketika ia sudah kembali memelukku.
"Apa?" Tanyaku bingung.
Sean mengecup keningku dan bibirku sebelum mengulang pertanyaannya, "bagaimana kehamilanmu sejauh ini? Masih sering mual?" Tanyanya penuh perhatian. Ditengah kesibukannya, ternyata ia masih mempunyai waktu memperhatikanku juga.
Aku tidak menjawab karena aku tidak tahu bagaimana memberitahunya kalau aku selalu memuntahkan makanan yang masuk ke perutku. Bahkan mencium aroma asam Kimchi yang disediakan pelayan rumah ini saja sudah berhasil membuatku mendekam di kamar mandi untuk waktu yang lama.
Melihat keterdiamanku, Sean kembali melanjutkan ucapannya. "Alana akan ke korea besok. Kau mau menitip sesuatu untuk dibawa dari Amerika?" Tawarnya.
Mataku sempat berbinar, tapi kembali meredup saat menyadari kalau Alana yang akan membawanya. Wanita menyebalkan itu tidak pernah menjadi favoritku meski aku akan segera menjadi kakak iparnya.
"Tidak perlu." Jawabku sedikit ketus.
Sean menopang tubuhnya di atasku hingga mataku dan matanya bertemu. Sebelah alis matanya terangkat saat ia bertanya, "kau masih belum memaafkan Alana?"
Aku mendengus dan berdiri dari posisiku sambil mendorong tubuh Sean. "Tepatnya, tidak ada yang bisa kumaafkan. Alana saja tidak pernah meminta maaf sudah mengerjaiku berkali-kali," gerutuku mengingat bagaimana Alana mengerjaiku sejak awal hingga akhir. Bahkan ketika ia menolongku dulu saat pelaksanaan tahunan majalah People saja, dia masih ketus dan mengataiku bodoh.
Sean mengikutiku bangkit dari kasur dan menghampiriku lalu memelukku dari belakang sebelum aku masuk kedalam kamar mandi. "Alana memang seperti itu, Kelly. Aku mewakili adikku, meminta maaf padamu. Bagaimana?" Tanyanya seraya mencium pipiku.
"Tidak mau," tolakku cepat. Aku berbalik melihat raut menyesalnya yang terlihat menggemaskan itu lalu aku menyeringai, "kecuali... kau setuju untuk..." aku membiarkan tanganku bergerak membuka kancing baju tidur satin Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelly [#DMS 5]
RomancePernah merasakan rasanya mencintai teman masa kecilmu, namun kalian hanya berakhir dalam sebuah status pertemanan, bahkan persaudaraan? Pernah merasakan rasanya mencintai seseorang yang tidak pernah kau temui, namun kemudian laki-laki itu berubah me...