54. Box.

33.7K 3.9K 197
                                    

Darah segar, luka lebam, dan mata yang terpejam rapat membuatku menahan nafas juga teriakan. Hanya airmata yang dapat mengalir tanpa henti saat melihat tubuh besar itu terbaring di depan mataku.

"Itu yang kau dapatkan karena berani menyentuh adikku!" Kak Kenneth menendang tubuh laki-laki yang bahkan sudah tidak bisa merespon lagi pukulan maupun tendangan yang ditujukan padanya. Aku bahkan ragu apa dia masih bisa mendengar ucapan kak Kenneth barusan.

Sebuah tendangan lainnya bersarang ke tulang rusuk laki-laki itu yang langsung membuatnya memuntahkan darah segar dari mulutnya. "Itu untuk Kelly." Maki Alexis. Aku menatapnya tajam, mengutuk apa yang baru saja ia lakukan di depan mataku.

Tubuh laki-laki itu terangkat. Tubuhnya lunglai lemas tidak bisa berdiri dengan kedua kakinya lagi.

Mataku berair, menatap Daddy yang sedang mencengkram kerah Laki-laki itu, mengangkatnya tinggi meskipun laki-laki itu sudah tidak lagi sadar. "Jangan karena kau adalah ayah dari anak yang sedang di kandung Kelly, aku akan memaafkanmu begitu saja. Bahkan membunuhmupun akan aku lakukan karena kau telah menghancurkan kepercayaanku!!! Bajingan!" Sebuah tinju dilayangkan ke pipi laki-laki itu hingga suara gedebuk kencang terdengar saat tubuh laki-laki itu jatuh kelantai.

"SEANNNNN!!!!!"

Aku berlari menghampiri tubuh Sean yang terkapar di lantai dengan darah yang mengalir dimana-mana. Aku tidak peduli pada tangan-tangan yang menahanku untuk menghampiri laki-laki itu.

"Kenapa kalian tega?" Tanyaku lirih saat merasakan tiada pergerakan pada tubuh Sean. Aku merinding menyaksikan penyiksaan itu secara langsung.

"Dia pantas mendapatkannya, Kelly." Suara bariton di dekatku membuatku menoleh ke sumber suara. Nicholas berdiri dengan memasukkan kedua tangannya di saku. Meski ia tidak berkontribusi dalam penyiksaan Sean, tapi laki-laki itu juga tidak bermaksud menghentikannya.

Lenganku ditarik oleh seseorang hingga aku berdiri. Begitu aku menoleh, Daddy sudah menarik lenganku dengan kasar. Sorot mata itu, pertama kali aku melihatnya. Perlakuan kasar ini juga baru pertama kali aku terima dari Daddy.

"Kau benar-benar memalukan Daddy, Kelly! Daddy kecewa padamu!" Ucap Daddy dengan nada geram. "Kau... Jangan lagi bertemu dengan lelaki ini! Alexis!" Daddy memanggil laki-laki yang berdiri di belakangnya, laki-laki yang pernah aku titipkan hatiku namun sekarang ia menjadi orang nomor 1 yang tidak ingin aku temui. "Kau bersiap. Kau akan menikah dengan Kelly besok."

Aku dengan cepat menoleh kearah Daddy untuk memprotes. "DAD!!!!"

"Berhenti membantah, atau kau mau melihat laki-laki bajingan itu membusuk di tanah?" Ancam Daddy dengan sorot mata mengancam.

"Aku tidak mencintai Alexis, Dad! Apa yang kalian lakukan, itu bukan membuatku bahagia, tapi menderita!"

"DIAM, KELLY, DIAM!" Bentak Daddy membuatku menciut seketika. Apalagi mata Daddy seakan bisa keluar dari tempatnya. "Kenneth, bawa adikmu ke ruang bawah tanah, dan kurung dia sampai besok."

Ruang bawah tanah? Sejak kapan disini punya hal semacam itu? Pikirku. Namun saat kak Kenneth akan meraih lenganku hendak menarikku, aku tidak bisa mencerna keanehan itu karena aku sudah sibuk membela diri.

"Kak Kenneth lepas. Aku mau bersama Sean, kak!" Aku merengek saat tubuhku dengan mudahnya ditarik ke belakang menjauhi tubuh Sean oleh kak Kenneth.

"SEANNNN! SEANNNN!"

Aku berteriak sampai gambaran itu semakin mengecil dan kemudian gelap.

Kesadaran menerjang masuk dengan paksa ke tubuhku yang sudah keringat dingin. Pemandangan familiar dengan sinar matahari yang masuk melalui celah tirai jendela kamarku mengusir gelap secara perlahan.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang