Suara bel yang terletak di atas pintu kafe berdenting setiap kali pintu terbuka. Dan setiap dentingan itu terdengar, aku selalu menoleh kearah pintu yang sama. Berharap orang yang sama akan melewati pintu itu.
"Oppa tidak akan datang. Dia bahkan tidak tahu aku menemuimu disini." Ujar Alana yang duduk anggun di depanku sejak 10 menit yang lalu, tapi tidak juga memulai pembicaraan kami.
"Aku tidak menunggunya." Elakku berharap Alana tidak bisa membaca kebohonganku.
Sedikit memang, tapi aku sedikit berharap Sean akan datang.
Alana menyesap cangkir tehnya, kemudian meletakkannya di meja dengan gerakan perlahan.
"Oppa Sudah kembali ke Korea." Ujar Alana memberitahu.
Sendok teh yang baru kuraih terjatuh menyentuh bibir piring hingga membunyikan dentang cukup nyaring yang mampu membuat seluruh suara bising yang mengisi kafe ini menjadi hening.
"M-maaf." Ucapku terbata berusaha terlihat tidak terpengaruh oleh pemberitahuannya barusan. Aku kembali meraih sendok itu, mengaduk teh ku perlahan, lalu hendak menyesapnya untuk melegakan dahaga.
"Oppa tidak berencana untuk kembali lagi." Sambung Alana.
Tanganku seperti kehilangan tenaganya hingga cangkirku terjatuh hingga cairannya tumpah semua ke bajuku.
Aku spontan berdiri hingga terjadi keributan kecil.
Efek yang cukup dahsyat sejauh ini setiap berkaitan dengan Sean.
"I'm sorry. I really sorry." Ujarku salah tingkah ketika pelayan cafe mulai mendekatiku dan membereskan kekacauanku serta menawarkan untuk berpindah meja.
What is really wrong with me? Kenapa aku tiba-tiba seperti ini hanya dengan mendengar Sean tidak akan kembali... laki-laki itu pergi.
Keheningan kembali saat kami sudah berpindah meja. Entah kenapa Alana seperti sengaja mengatakan ini padaku. Seakan ia menyalahkanku atas kepergian Sean kembali ke Korea.
"Lalu... kau kesini karena ingin membatalkan kerjasamaku dengan perusahaan Sean?" Tanyaku setelah hening cukup lama.
Alana menggeleng. "Pekerjaan tetap pekerjaan. Oppa bukan laki-laki yang tidak profesional dengan mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadinya." Sindirnya dengan santai.
Aku terdiam.
"Mulai sekarang, aku hanya ingin memberitahukan kalau pekerjaan di sini menjadi tanggung jawabku yang memang menetap di Amerika. Jadi teknisnya, Aku rekan kerja sama barumu. Bukan oppa lagi." Sambung Alana. Aku mendongak dan menatap Alana yang terlihat santai namun tetap anggun dengan memainkan bibir cangkir tehnya.
Apa maksudnya?
"Maksudku adalah... Kau tidak bisa lagi mempermainkan oppa." Matanya nyalang menatapku.
Apa dia bisa membaca pikiranku? Dan apa katanya barusan? Aku mempermainkan Sean? Siapa yang mempermainkan siapa? Aku menatap Alana tidak percaya.
"Sampai sekarang aku tidak tahu apa yang oppa lihat darimu. Aku benar-benar tidak percaya Oppa mengorbankan karirnya di Amerika hanya demi kau!" Alana terdengar mengadiliku.
Aku berdiri dari dudukku dengan sejuta kekesalan. "Kalau tidak ada lagi yang ingin kau sampaikan, maka aku pergi dulu." Aku menahan geram juga hasrat untuk menjambak rambutnya.
Aku meraih tasku. Aku merasa menyesal telah mengikuti Alana kesini hingga menimbulkan kesialan demi kesialan. Sekarang aku harus kembali ke Apartemen untuk mengganti bajuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelly [#DMS 5]
RomansaPernah merasakan rasanya mencintai teman masa kecilmu, namun kalian hanya berakhir dalam sebuah status pertemanan, bahkan persaudaraan? Pernah merasakan rasanya mencintai seseorang yang tidak pernah kau temui, namun kemudian laki-laki itu berubah me...