34. Arrogant Spoiled Little Sister!

33.8K 3.6K 79
                                    

Aku kembali ke butik setelah empat hari mendekam di apartemenku karena Flu.

Meski belum benar-benar merasa sehat, tapi aku tidak mau membiarkan pekerjaanku semakin menumpuk. Terlebih, Deadline Annual Event majalah People semakin mendekat, dan revisiku masih lumayan banyak.

Aku curiga, apa revisi-revisi itu murni karena Sean tidak puas dengan hasil kerjaku, atau karena alasan Pribadi?

Tapi Sean tidak mungkin sepicik itu, kan?

Tidak, tidak! Aku harus berhenti berpikiran negatif. Atau lebih tepatnya, aku harus berhenti memikirkan Sean.

Aku telah memilih jalannya, dan aku harus menjalaninya.

"There you are, Kelly. Are you okay?" Suara Louisa yang pertama kali menyambutku.

Aku memberikan senyumku pada rekan-rekan kerja yang sudah lama tidak ku lihat karena harus bekerja di perusahaan Sean demi mengerjakan pekerjaanku.

Aku berjalan mendekati Louisa yang duduk di sebelah kubikelku. Aku terdiam sebentar menatap kubikelku dan berjalan mendekat kemudian duduk di kursiku.

"Empat hari yang lalu bunga ini datang. Aku kira kau akan segera masuk, makanya aku tidak menghubungimu. Tapi ternyata bunga ini keburu layu sebelum kau melihat keindahannya." Louisa berjalan dan berdiri di sampingku yang masih menatap buket bunga layu di mejaku.

Tanganku meraih kertas yang masih menempel di bunga tersebut.

If loving you is a Sin,
Then let me Be Guilty.

Tanpa nama, atau tanpa salam lainnya. Tapi hatiku seakan tahu siapa pengirim bunga ini.

Tidak lain, pasti ini ulah Sean Kim.

"Hei, kau kenapa?" Tanya Louisa terdengar panik. Tangannya memberikanku selembar Tisu hingga baru kusadari kalau mataku basah setelah melamun menatap surat di tanganku.

Efek Sean sungguh luar biasa terhadap diriku.

Aku menerima lembaran tisu yang di sodorkan Louisa kemudian mengusap mataku dengan cepat. "Tidak, hanya kelilipan." Jawabku acuh.

Nampaknya sinyal ke-kepoan Louisa kembali menyala melihatku karena Louisa bukannya menyingkir, ia malah menarik kursinya dan duduk di sampingku. Ia kemudian berbisik kecil agar rekan kerja di ruanga  kami tidak mendengarnya, "Kau tidak apa-apa? Jangan bilang kau baik-baik saja karena aku tidak bodoh untuk membedakan antara menangis dan kelilipan. Cerita padaku." Desaknya.

"Aku tidak apa-apa, Lou." Jawabku sama sekali tidak meyakinkan. Tanganku bergerak menyingkirkan buket bunga yang sudah layu itu dan hendak membuangnya ke tempat sampah yang terletak di Pantry.

Aku tidak bermaksud apapun, aku hanya... lebih baik menyingkirkan apapun yang bisa mengingatkanku pada Sean juga kebohongannya, kan?

Louisa mengikutiku, melihatku membuang buket bunga itu dan menghalangi langkahku tepat di ambang pintu.

"Aku tidak tahu apa ini bersangkutan, tapi dua hari yang lalu ada seorang wanita mencarimu kesini." Ujarnya tiba-tiba tanpa berniat sedikitpun membuka jalannya. "Seorang wanita asia..." sambungnya berhati-hati.

Aku mengernyit. Aku tidak mengingat banyak wanita Asia yang ku kenal.

Saat aku sedang ingin mengorek isi kepalaku, telepon di mejaku berbunyi. Sontak aku dan Louisa menoleh kearah yang sama.

Louisa kemudian menoleh kembali kearahku. Ia tersenyum seakan ia tahu ini akan terjadi sebelumnya. "Sepertinya dia datang kembali. Kau bisa melihat sendiri siapa orang yang mencarimu dua hari yang lalu." Ujarnya penuh misteri. Namun sebelum aku bisa keluar dari pantry, tangan Louisa menghentikan langkahku kemudian ia melanjutkan ucapannya yang semakin misterius. "Kalau wanita itu yang menyebabkan kau menangis sampai matamu bengkak seperti ini, kau bisa memberitahuku dan aku akan mengusirnya keluar dari sini."

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang