45. Trouble Couple

41.1K 3.9K 263
                                    

Omongan Louisa benar-benar racun pada akhirnya. Pemikiran mengenai Sean yang Gay mulai bermunculan di kepalaku.

Mengenai seberapa gemulai Sean? Tidak juga. Aku memang pernah melihat Sean di dapur dan dia tidak terlihat kikuk. Tapi itu sama sekali tidak mengindikasikan Sean Gay, kan?

Mengenai Sean yang membeliku kosmetik? Tidak, tidak. Itu hal wajar.

Lalu apa yang benar-benar menunjukan Sean Gay selain ia tidak bernafsu padaku, bahkan saat ia tidur di sebelahku? NAH ITU! ITU ALASANNYA! Sean tidak memiliki nafsu meski aku tidur di sebelahnya dalam keadaan defensless. Apa iya Sean Gay? Atau dia memiliki kelainan seksual lainnya?

Aih apa juga yang ku katakan pada Louisa tadi? Tidur dengan Sean malam ini? Aku mungkin lupa saat Sean menolakku malam itu.

Bagaimana aku bisa memaksanya bercinta kalau disaat terkritis saja Sean bisa berhenti?

Ponselku bergetar. Nama Alexis terlihat di layar. Sudah lama aku tidak menghubungi Grandpaku ini. Sejak kejadian Paris, aku sama sekali belum mengabarinya kalau aku sudah kembali.

"Ssup, Grandpa?" Sapaku.

"Kau sudah kembali?" Tanyanya.

Aku spontan mengangguk, namun kemudian sadar kalau Alexis tidak bisa melihatku. "Sudah, kemarin."

"Kalau begitu aku menjemputmu sekarang. Kau di butik? Atau kantor NK Jewelry?"

"Menjemputku? Untuk apa?" Tanyaku terkejut. Untung saja butik sudah sepi dan aku hanya sendiri di lantai dua butik karena aku sedang menunggu Sean yang baru akan menjemputku setelah ada rapat dadakan.

"Mengajakmu menikah." Jawabnya datar. "Tentu saja mengajakmu makan malam, bodoh! Sudah lama kita tidak keluar makan bersama sejak kau pindah." Ralatnya sambil terkekeh.

"Lucu, grandpa." Sindirku tertawa garing. "Tapi malam ini aku tidak bisa." Tolakku kemudian.

Kekehan Alexis terhenti, "kenapa?"

Aku ada misi membuktikan status Sean sebagai seorang Gay. "Aku sibuk." Jawabku.

"Ah ya... Deadlinemu sudah dekat, ya?" Tanyanya seakan mengerti maksudku.

Aku bahkan lupa mengenai acara tahunan kantor Joshua itu. Ah bicara mengenai Joshua, aku ingin meninju hidungnya. Bahkam setelah kucampakkan beberapa hari yang lalu di Paris, dia tidak menghubungiku sama sekali. Kurasa dia sama sekali lupa kalau dia membawaku ke pesta itu. Laki-laki brengsek.

"Ya sudah kalau begitu. Jangan lupa makan malam dan besok makan siang denganku. Tidak ada bantahan, nona." Putusnya cepat sebelum aku menyuarakan keberatanku.

Ya sudah lah. Aku juga masih mempunyai hal untuk dibicarakan dengannya. Aku masih harus memberitahu Alexis kalau Sean bukan Bad Ass Jerk seperti pikirannya. Meskipun ada kemungkinan Sean Gay, tapi itu tidak termasuk kategori laki-laki brengsek.

"Baiklah, sampai jumpa besok." Aku menyanggupinya.

"Bye Kelly. Selamat bekerja."

"Bye Grandpa!"

Begitu aku melepaskan ponsel dari telingaku, ketukan kaca terdengar dari arah pintu masuk. Dan disana Sean sudah berdiri sambil bersandar menatapku.

"Sudah bisa ku ganggu?" Tanyanya sambil tersenyum tampan

Ahh... sayang sekali kalau laki-laki tampan ini nantinya terbukti Gay. Rutuk hatiku.

"Ya, kau harus bertanggung jawab membantuku membawa ini semua." Aku menunjuk kearah buket bunga besar juga boneka beruang raksasa yang duduk di sebelahku dengan telunjukku.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang