"Kau bukan Gay kan, Sean?"
Mata Sean yang dipaksa menutup itu mendadak terbuka dengan lebar menatapku.
Aku dan dia sepertinya lupa kalau aku masih polos.
***
"Kau serius menanyakan itu kepadaku barusan?" Suara Sean dalam dan datar. Matanya yang tadi terpejam sangat erat menatap mataku lurus dan terasa lebih gelap dari biasanya.
Tangannya bergerak membuka kancing kemejanya, membuatku menelan ludah.
"E-eh... itu..."
Sean tidak berkomentar. Tangannya masih sibuk membuka kancing kemudian kemejanya hingga dada bidangnya yang sudah sering kulihat terpampang di depanku.
"Kau menanyakan itu setelah cukup lama kita bersama?" Tanyanya lagi terdengar lebih berat.
"M-maksudku..." oh sial! Siapa yang membuatku ragu akan kejantanan Sean? Aku mengutuk. Berupaya memundurkan langkahku menjauh dari Sean.
Kemeja Sean melayang kearahku hingga separuhnya menutup kepala juga dadaku.
"Jangan mengujiku, Kelly." Sean berjalan melewatiku, meninggalkanku begitu saja dan suara debam pintu kamar mandi yang tertutup menyusul.
Aku menarik nafas dalam-dalam, mengisi pasokan oksigen yang mendadak tipis itu.
Apa itu barusan? Aku membatin sambil menyentuh dadaku. Jantungku berdebar lebih cepat dari yang biasanya terjadi setiap aku dan Sean berdekatan.
Jangan mengujinya? Siapa yang mengujinya? Kenapa dia marah?
Aku mendengus dan menghentak kakiku menuju ke lemari baju untuk mengambil pakaian ganti. Sebelum itu, mataku tertambat pada ponsel Sean yang berada di lantai yang menjadi awal dari kesialanku sekarang.
Panggilan yang entah kepada siapa tengah dilakukan Sean tadi sudah terputus. Mungkin Sean mematikannya sebelum ponsel ini terjatuh dari tangannya tadi. Entahlah.
Aku meraih ponsel itu dan menatapnya tajam. "Ini semua gara-gara kau! Ponsel sialan!"
***
Malam itu benar-benar menjadi canggung untuk kami berdua.
Setelah Sean keluar dari kamar mandi setelah 30 menit di dalam, kami berdua sama sekali tidak berbicara lagi.
Kalau biasa Sean bertelanjang dada saat tidur, kali ini dia memakai kaus putih tipis juga celana pendek dan tidur di ujung kasurku membelakangiku. Akupun demikian. Aku hanya mengenakan gaun tidur satin dan merebahkan diri di ujung lainnya dan membelakangi punggungnya.
Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, aku tidak akan melakukan hal bodoh itu. Paling tidak, sekarang aku akan tidur dalam pelukannya, bukan saling memunggungi begini.
"Kelly."
Suara bass itu membuatku menegang tak kentara.
"Kau sudah tidur?" Tanyanya. Aku merasakan pergerakan di belakangku.
"Y-ya..." Aku menjawab ragu.
Lengan Sean sudah melingkari pinggangku dan menarikku lebih ke dalam. "Kau bisa jatuh kalau tidur terlalu luar." Punggungku sudah menempel di dadanya.
Jantungkupun kembali berulah.
"Aku rasa, kita perlu bicara. Mengenai hal yang tadi." Usulnya yang langsung kuamini dalam hati.
Kalau ini dibiarkan berlarut, kami akan semakin canggung.
"Kelly, aku minta maaf." Aku mengernyit saat mendengar suara putus asanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelly [#DMS 5]
RomancePernah merasakan rasanya mencintai teman masa kecilmu, namun kalian hanya berakhir dalam sebuah status pertemanan, bahkan persaudaraan? Pernah merasakan rasanya mencintai seseorang yang tidak pernah kau temui, namun kemudian laki-laki itu berubah me...