27. Once a Jerk, Will always be a Jerk.

34.2K 3.7K 77
                                    

Maaf ya kalau chapter sebelumnya feelnya kurang ngena dan ngebosenin. Ga mau ngalesan, tapi chapter kemaren emang puncak imajinasiku mogok jalan 😂😂😂

Maaf ya ngecewain. Dan semoga chapter ini gak segitu ngecewain :(

Mungkin ada yg ngerasa konflik uni slow, karena sejujurnya emg ini almost no konflik at all. Juga mungkin kekejar chapter yang udh smp 27 kali ya? Perchapter gak smp 2000 kata, itu yg jadiin chapter memanjang dengan konflik yang belom ketemu.

Terima kasih komen dan masukannya ya. Semoga yang ini gak ngecewain :')

Selamat membaca.

***

Kaleng soda dingin menempel di pipiku hingga membuatku berjengit terkejut dari lamunan.

Aku baru akan melemparkan sumpah serapah pada orang yang membuatku terkejut, tetapi pada akhirnya aku kembali menelan sumpahanku bulat-bulat.

Rasa panas yang sempat hilang kembali menjalar di sekitar wajahku tak kala melihat wajah Alexis. Jangan salah, aku masih marah pada Alexis yang mempermainkanku beberapa hari yang lalu.

"Kau tidak bekerja hari ini?" Tanyanya dengan santai mengambil tempat duduk di sebelahku.

"Kau juga." Jawabku ketus sambil mengambil kaleng soda dari tangan Alexis.

Alexis menoleh, "kau masih marah padaku?" Tanyanya yang menurutku retorik.

"Hm." Gumamku kecil tanpa menatap kearah Alexis.

Aku melihat dari ekor mataku saat Alexis memutar tubuhnya secara dramatis dan menatapku lurus.

"Karena aku hampir menciummu? Atau karena aku tidak jadi menciummu?" Tanyanya.

Aku melotot dan langsung menoleh kearahnya. "Alexis! Perhatikan ucapanmu! Mom bisa saja mendengarmu!" Desisku tajam.

Alexis terkekeh tanpa merasa tersinggung dengan desisanku barusan. Ia merangkulku dan mendekatkan wajahnya ke arahku. "Jadi yang mana?" Tanyanya kini berbisik ke telingaku. "Karena aku hampir menciummu, atau karena aku tidak jadi-"

Aku menelengkan wajah Alexis ke arah lain. "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." Elakku.

Alexis kembali tertawa dan melepas rangkulannya. Pada akhirnya ia berhenti menggodaku dan menonton televisi di depan kami.

Kami terdiam dan sibuk dengan pemikiran kami masing-masing.

Setelah pesta itu, semua berjalan seperti biasanya. Aku kembali ke kantor Sean, berusaha mengabaikan ketidak nyamananku atas perasaanku juga rasa penasaranku akan sosok istri Sean yang tidak pernah lagi kulihat muncul disana.

Lalu kenapa aku tidak masuk kerja sekarang, kalian bertanya?

Karena kemarin adalah hari terburukku dan kisah cintaku selama ini. Atau mungkin bisa ku katakan, kemarin adalah kiamat kecil untukku.

Pada akhirnya, aku tahu apa motif Sean mendekatiku selama ini kemarin.

Once a jerk, will always be a Jerk.

***

Satu hari sebelumnya...

Aku seharusnya pergi ke kantor Sean seperti biasanya untuk menyelesaikan pekerjaanku yang deadlinenya semakin mencekik leherku.

Tetapi pagi-pagi sekali tadi, kak Kenneth meneleponku, memintaku untuk menjemput istri juga anaknya di Mansion, mengantarnya ke Apartemen Bibi Rere karena kak Kenneth terpaksa harus ke Indonesia selama satu minggu setelah ada kecelakaan kecil di lokasi pertambangan yang memerlukan kehadiran kak Kenneth sebagai direktur utama Clavinsky Empire.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang