42. The Jealousy Tiger.

37.9K 4.3K 264
                                    

Aku jadi semangat kalau banyak komen juga Vote kalian 😆😆😆

Double deh. Semoga suka ya!

Jangan lupa Vote dan Komen lagi! 😉

***

Dengan segala tipu daya, alasan, juga bujukan, akhirnya aku berhasil memaksa Alexis untuk menyewa hotel lain untuk menginap meski aku tidak bisa menghindari protesannya.

Dengan alasan aku masih memiliki pekerjaan di sini, Alexis tidak berhasil memaksaku pulanh bersamanya. Aku cukup bersyukur karena Alexis tidak lagi membahas mengenai keabsenanku juga 'teknisi' yang berada di balik pintu kamar mandiku.

Tapi yang menjadi masalah sekarang adalah, Sean sama sekali tidak menghubungiku. Bahkan panggilan dariku juga di abaikannya.

Baru sehari berkencan dan hubungan kami sudah terancam? Apa tidak ada yang lebih mengenaskan lagi dari ini semua?

Aku berdoa supaya Sean masih ada di kamarku saat aku pulang nanti. Ucapan Alexis tadi, pasti akan menimbulkan salah paham pada Sean.

Si bodoh! Bagaimana bisa dia dengan santainya berkata jujur kalau kami sering tidur bersama? Itu kan kejadian sebelum kami sibuk kerja dulu! Aku mengutuk dalam hati.

Aku menekan tombol lift dengan tidak sabaran begitu Fredrick mengantarku lagi ke Hotel setelah mengantar Alexis ke hotel yang berada di dekat bandara.

"Cepat... cepat... cepat..." pintaku.

Aku tidak menyia-nyiakan waktu saat pintu lift terbuka. Aku langsung menekan tombol 30 dan menutupnya dengan tidak sabaran.

"Semoga Sean tidak salah paham. Semoga Sean masih Sean yang menggemaskan yang kutinggal di kamar mandi tadi." Aku berdoa sepenuh hati.

Aku berjalan cepat menuju ke arah kamarku, memanjatkan doa terakhir sebelum membuka pintu.

Aku menegang saat pintu kamarku terbuka. Sunyi senyap menyapaku. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam.

Apa Sean sudah pulang? Tanyaku dalam hati.

Aku terdiam saat melihat gaun yang semalam ku gunakan sudah teronggok di atas tempat sampah di sudut kamarku. Aku menelan ludah susah payah saat membayangkan Emosi Sean saat membuang gaunku di tempat sampah.

Aku tahu aku kelewatan, dan ucapan Alexis pasti merujuk ke kesalah pahaman. Kalau begini ceritanya, aku akan memaksa Sean mengantarku pulang semalam.

Aku menghela nafas dan berjalan ke kamar mandi. Aroma parfum Sean menguar dari sana, menghangatkan jantungku, juga membuat jantungku berdebar cepat.

Tidak telihat seperti ada kekacauan sebelumnya di dalam sana. Jadi suara gaduh apa tadi yang Sean hasilkan? Ck! Kemana juga laki-laki itu sekarang? Aku berdecak dan berbalik hendak menuju ke kasurku saat ekor mataku menangkap siluet familiar dari arah balkon.

Mendadak bulu kudukku meremang dan aku jadi tambah gugup.

Aku mendekat dan mendapati Sean sedang berdiri bersandar di pagar Balkon membelakangiku.

Bagaimana ini? Apa lebih baik aku memeluknya? Siapa tahu saja emosinya mencair? Atau aku pura-pura bodoh saja? Ck! Tidak akan menyelesaikan masalah. Atau aku langsunh menjelaskan ke pokok masalah? Tapi masalah apa tepatnya yang membuat Sean marah?

Aku sibuk dengan pemikiranku sendiri untuk meminta maaf ketika suara berat Sean membuat tubuhku kembali meremang.

"Kau sudah kembali?" Tanyanya tenang. Kelewat tenang hingga membuat kakiku gemetaran. Sean bahkan tidak berbalik untuk melihatku.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang