43. I Miss You.

40.6K 4.2K 313
                                    

Vote dan comment jangan lupa 😉 selamat membaca!

***

"Kau serius masih marah padaku?" Tanyanya dengan raut memelas sambil menahan pintu kamarku agar tetap terbuka.

"I said goodnight, Mr.Kim." ulangku masih mencoba menutup pintu.

Setelah kejadian siang itu, dimana Sean mengaku dosa telah menghancurkan sebagian alat Make-Up ku, aku benar-benar mencoba menelan kekesalanku dengan meladeninya makan malam. Tapi ternyata rasa sakit hati akibat hancurnya alat make-upku lebih menyakitkan dari pada mendengar Alana mengaku sebagai istrinya dulu.

Alhasil saat Sean mengajakku bermalam bersamanya lagi, atau mengijinkan dia bermalam di tempatku agar bisa memelukku, aku menolaknya mentah-mentah dan mengusirnya secara paksa.

"Listen. Aku minta maaf, tapi aku benar-benar tidak sengaja menyenggolnya. Aku terlalu cemburu sampai aku tidak tahu kalau ada barang di dekatku saat aku hendak berjalan kearah pintu." Ia menatapku dengan tatapan yang mampu membuatku luluh. Tapi aku mengeraskan hatiku.

Aku memang salah, tapi dia juga salah. Kesalahannya malahan lebih fatal dengan menghancurkan alat make upku. Seharusnya kubiarkan saja Alexis meninju Sean. Paling parah juga Sean akan bermalam di rumah sakit dua hari.

"Aku mendengarnya, dan selamat malam untuk ke lima kalinya, Mr.Kim." ucapku keras kepala.

Siapa suruh ia mengusik kotak make upku. Harganya memang tidak seberapa untuk Sean. Tapi for God sake! Make up adalah nyawa kedua wanita!

Dasar laki-laki!

Sean akhirnya menyerah dan menegakkan tubuhnya, "baiklah. Aku minta maaf sekali lagi." Sesalnya. "Tapi bisakah aku mendapat pelukan juga goodnight kiss darimu?" Ia menatapku penuh harap.

Satu hal yang menyebalkan adalah, aku tidak benar-benar bisa membencinya karena telah merusakkan make-upku.

"Kalau kau tidak mau, biar aku saja." Baru saja ia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah menemukan diriku berada di dalam pelukannya. "Apa kesalahanku akan mempengaruhi perasaanmu untukku?" Tanyanya berbisik.

Sejujurnya kalau memang itu disengaja, aku tidak bisa menyalahkannya. Lagipula aku tidak merasa perasaanku berubah meski hanya sedikit. Meskipun aku masih ragu untuk mengatakan kata cinta.

Helaan nafas kudengar dari bibirnya. Pelukannya semakin erat. Suara degup jantungnya menjadi kesenanganku sendiri setiap mendengarkannya.

"Maaf aku mengacaukan hari pertama kita berkencan."

Katakan, bagaimana aku bisa marah kalau ia semanis ini? Astaga kepalaku berpikir kalau aku akan menerima jika Sean menghancurkan seluruh alat Make-up ku sekarang.

"Kau masih cemburu?" Tanyaku berusaha menatapnya.

"Sejujurnya, iya." Jawabnya tanpa berpikir. Lalu ia tersenyum kecil. "Aku membayangkan dirimu bersama laki-laki lain dan itu membuatku tidak bisa berpikir apa yang harus aku lakukan. Melepasmu atau mempertahankanmu. Karena aku akan egois kalau mempertahankanmu dan ternyata cintaku hanya sepihak. Aku tidak pernah mau memaksamu. Jadi... apa yang harus kulakukan?"

Aku terdiam. Kenapa juga kau harus bertanya? Kalau ternyata aku tidak memiliki perasaan padamu, lalu kau akan menyerah? Begitu?

"Bukan menyerah."

Aku terbelalak menatap Sean yang menyengir. "Apa barusan aku bicara?" Tanyaku.

"Ya, sangat keras dan jelas." Jawabnya terkekeh.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang