15. Why Me?

34.4K 3.9K 174
                                    

Begitu keributan itu selesai, Sean memaksaku untuk tidak kembali ke tempat dudukku di depan sana.

Akupun baru tahu kalau acara ini adalah acara perusahaan Sean, oleh karena itu Sean bisa dengan mudah keluar masuk juga membawaku masuk ke backstage.

Ini adalah pengalaman pertamaku, aku tentu memanfaatkannya sebaik mungkin. Siapa tah suatu saat nanti, akulah yang akan mengurus segala pagelaran ini dengan merekku sendiri.

Tapi meski begitu, aku masih belum bisa sepenuhnya melupakan kejadian tadi yang tidak hanya membuatku tercengang, tetapi seisi ruangan juga.

Bahkan setelah itu Debora tidak lagi berkicau dan hanya diam menyelesaikan sisa pekerjaannya.

Tatapan orang-orang yang tadi mau mengulitiku hingga ke akar juga sekarang berubah menjadi tatapan penuh tanya, tetapi tidak ku gubris. Aku sendiri saja tidak tahu kenapa Sean memelukku dan aku tidak mendorongnya.

Yang aku bisa jelaskan adalah, karena aku merasa nyaman dan aman berada di dalam pelukan Sean ditengah tatapan menilai orang-orang yang menatapku.

Aku menggeleng, menghilangkan pemikiran itu dan menepuk kepalaku sedikit kencang.

"Jangan sembarangan berpikir! Ini pasti trik Sean!!" Umpatku.

"Trik apa?" Suara Sean mengejutkanku. Aku sempat terlonjak sedikit sebelum berbalik dan mendapati Sean berdiri di ambang pintu ruang ganti dengan senyumannya. Ia tersenyum dan berjalan menghampiriku dengan langkahnya yang pasti lalu menawarkan tangannya kearahku. "Acara sudah mau dimulai. Kau mau lihat?"

"Boleh?!" Tanyaku antusias.

Ia tertawa kecil lalu mengangguk. "Best seat ever." Ujarnya lalu kembali melanjutkan ajakannya, "Ayo."

Tanpa ragu, aku menyambut uluran tangan Sean, seakan sudah terbiasa dengan sikap gentleman laki-laki itu.

Sean membawaku ke belakang tirai, tempat seluruh model bersiap untuk memamerkan perhiasan yang memang digeluti oleh perusahaan Sean. Perhiasan-perhiasan itu nampak cantik dengan berbagai motif dan modelnya.

Memang tempat ini tidak senyaman kalau aku duduk di depan dan hanya memperhatikan model-model yang silih berganti. Tempat ini juga terkesan padat dengan sejumlah model yang buru-buru berganti aksesoris setiap baru selesai turun panggung. Tetapi aku bisa merasakan kenyamanan, ketegangan, dan keantusiasan disini. Seakan aku berada di antara mereka, dan seakan karyakulah yang sedang di pamerkan.

Semua ini, aku tidak akan pernah merasakannya di bangku penonton.

"Kau kenapa?" Tanya Sean mengalihkan perhatianku.

"Aku jadi ikut tegang." Aku terkekeh tanpa menatap Sean. "Apa begini rasanya setiap designer yang mengadakan Fashion show?"

Sean tergelak hingga aku menoleh kearahnya. "Apa yang lucu?" Tanyaku bingung.

"Tidak ada." Jawabnya. Ia terdiam sebentar kemudian ia memiringkan tubuhnya kearahku. "Kau ingin merasakan bagaimana rasanya berdiri di panggung itu?"

"Suatu saat nanti, kalau karyaku sudah banyak dan terkenal." Jawabku mantap. "Kau hebat. Sebenarnya kau ini siapa, sih? Designer? Sepertinya semua orang hormat sekali padamu."

Sean tergelak lagi. Tawanya terdengar menenangkan ditengah keramaian dan kekacauan ruangan ganti ini.

"Ya, aku mendesign kalau sedang senggang. Tapi designku tidak sebagus designmu. Hanya berupa coretan tidak jelas." Ujar Sean membuatku merona. Aku baru akan memprotes ucapannya ketika Sean kembali berkata, "Kalung yang kau kenakan, adalah salah satu contoh hasil yang ku design. Hanya ada satu di dunia."

Mataku melebar, memori-memori seakan mendobrak masuk ke kepalaku hingga meluncur sebuah pertanyaan yang sepertinya bodoh baru kutanyakan sekarang. "Apa toko perhiasan yang ku masuki di Seoul waktu itu, milikmu?!"

Sean menaikan sebelah alisnya, "ku kira kau sudah tahu."

"Bagaimana aku bisa tahu, Bodoh!" Omelku ketus.

"Benar juga." Sean mengangguk. "Kalau begitu, mau aku beritahu sekarang?"

Aku mencibir, "tidak perlu." Aku melengos sebentar kemudian kembali menatap Sean, "Tapi kenapa NK Jewelry?"

Sean tertawa dan mengangguk, ia tidak terlihat keberatan untuk menjawab pertanyaanku. "Nichole Kim, nama ibuku. Ayahku menamakan perusahaannya dengan nama Ibuku."

"Sebagai tanda cintanya?" Sean mengangguk membenarkan ucapanku. Aku terkekeh, "klasik." Sambungku.

"Menurutmu begitu? Menurutku itu romantis." Sambar Sean tanpa nada memaksa.

"Aku tidak tahu laki-laki sepertimu bisa berpikiran seperti itu." Komentarku sambil mengalihkan tatapanku darinya. Matanya terlalu intens menatapku dan jantungku tidak nyaman karenanya.

"laki-laki sepertiku?" Tanya Sean.

Aku mengangguk membenarkan, tetapi saat aku mau melanjutkan berbicara, seseorang di belakang Sean mengintrupsi.

"Bersiap sebentar lagi, Sir."

Sean berbalik dan mengangguk, "Sebenarnya aku memiliki kejutan spesial. Tolong luangkan waktu 2 menit sebelum penutup." Pinta Sean kemudian berbalik menatapku dan tersenyum.

Senyumnya kali ini tidak membuatku nyaman, melainkan takut. Alarm di kepalaku berbunyi, memperingatiku untuk segera kabur dari sana, tetapi kakiku tidak mau bekerja sama.

Sean meraih kedua bahuku sambil sedikit meremasnya, "tampil bersamaku, Kelly."

"A-apa?!"

"Tampil bersamaku. Aku ingin memperkenalkan kalung yang kau gunakan meski hanya ada satu di dunia dan aku tidak berencana memproduksinya lagi, tetapi tidak ada salahnya aku memperkenalkannya pada dunia, kan?"

"K-kenapa harus aku? Aku bukan model." Tolakku gelagapan. "Aku bisa mengembalikan ini padamu kalau kau ma-"

Aku baru mau melepas kalung itu ketika tangan Sean menghentikan tanganku dan menggeleng. "Kalung itu untukmu, dan hanya kau yang boleh memakainya."

Ludahku terasa pahit mengalir di tenggorokanku.

"Kau gila." Gumamku pelan. Seakan menegaskan ucapanku, Sean bukannya tersinggung, laki-laki itu malah tertawa.

"Kau lucu." Komentarnya mengusap kepalaku seperti anak kecil. "Ayo, kita tidak ada waktu lagi. Acara akan segera selesai."

"Tidak mau!" Tolakku, aku menahan tarikan Sean dengan menahan tubuhku di pilat terdekat.

"Kelly, kumohon." Bujuknya. Kalau kemarin, matanya bisa saja melelehkanku, tetapi sekarang, mata itu malah membuatku takut. Takut terlalu jauh hanyut.

"Kenapa harus aku?!" Tanyaku memelas. "Aku bukan model, aku hanya designer newbie. Jangan mempermalukanku." Pintaku tak kalah memelas.

Sean terkekeh dan menggeleng. "Tidak ada yang mau mempermaluka mu, Kelly. Dan kenapa harus dirimu? Karena aku menginginkanmu."

Aku terdiam. Mengerjap, merona, dan menganga. Apa dia tidak tahu seberapa ambigu ucapannya barusan?!

Seakan mendengar pertanyaan batinku, Sean menggaruk tengkuknya salah tingkah kemudian meralat ucapannya, "m-maksudku, aku menginginkanmu untuk mengenakan kalung itu."

Come to think of it. Aku terdiam sebentar lalu teringat ucapan Joshua mengenai Sean yang mengajukanku sebagai syarat kerja samanya. Lalu sekarang Sean menginginkanku memamerkan hasil karyanya.

Kenapa... kenapa dari begitu banyak orang, kenapa harus aku?

"Kau keberatan?" Tanya Sean berbisik.

Aku masih diam dan memperhatikan Sean tanpa suara. Jantungku berdebar cepat hingga kurasa kalau degupnya mampu membuat jantungku keluar dari rongganya.

Kemudian aku bertanya dengan suara hampir berbisik. "Just... why me?"

***

Tbc

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang