48. Another Trouble (2)

36.3K 3.8K 126
                                    

Alexis membawakan pesananku, lalu meletakkannya di atas meja kami.

Kalau dibanding restoran meksiko tadi, restoran cepat saji ini juga sama ramainya. Tapi beruntung saat kami sampai, ada orang yang baru selesai makan dan aku langsung menempatinya sedangkan Alexis memesan makanan untuk kami.

"Sepertinya warga Los Angeles memiliki pemikiran sama untuk menggunakan junkfood sebagai menu makan siang." Gerutunya begitu kembali.

"Kau yang memilih in-n-out burger. Jadi berhenti memprotes." Usilku sambil mengambil bagianku dari nampan.

Alexis mencibir. Tidak lama, karena burgernya kini mendapat perhatian darinya. "Jadi, bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Alexis memulai pembicaraan.

"Baik. Sean memperkerjakan 50 asisten untuk membantuku. Jadi aku sedikit lenggang." Jawabku sambil menyantap burgerku. "Kau sendiri?"

"Daddy tega memberiku pekerjaan yang tidak seharusnya ku kerjakan. Kalau seperti ini, pekerjaanku seperti GM rasa CEO." Candanya yang kusambut dengan tawa kencang.

"Katakan pada paman Alvero. Kalau kau tidak diberikan waktu bersantai, bagaimana kau bisa menemukan wanita untuk diperistri." Sindirku.

"Tidak perlu mencari, kan? Sudah ada kau."

Burgerku menyembur ke lantai dan aku tersedak saat mendengar jawaban Alexis barusan.

Alexis terkejut melihat reaksiku dan dia langsung mendekat sambil menepuk punggungku. "Kau baik-baik saja? Astaga aku hanya bercanda."

Aku tidak bisa menjawabnya karena aku masih tebatuk. Tanganku meraih soda untuk melegakan tenggorokanku dengan bantuan Alexis.

Percakapan kami spontan terhenti sampai aku bisa menguasai tenggorokan juga suaraku.

"Lucu sekali candaanmu, Grandpa!" Gerutuku setelah aku mendapatkan nafas.

Alexis menggeleng dan terkekeh. "Bagaimana kalau aku tidak bercanda?"

"Ya, jangan bercanda dengan mengatakan kau tidak bercanda!" Omelku tidak lagi berminat pada burger di hadapanku.

Alexis kembali ke tempat duduknya dan mencubit kedua pipiku dengan sedikit kencang.

"Aku serius, Lex. Jangan bercanda mengenai hal itu lagi." Kali ini aku menatapnya serius.

"Aku kita sudah terbiasa menjadikan itu candaan? Ada apa sekarang?" Tanyanya. Aku bisa melihat kalau Alexis juga kehilangan minat pada burgernya karena ia kini memainkan kentang goreng dengan saus sambalnya tanpa berniat memasukkan potongan itu kedalam mulut.

"Ada yang sebenarnya ingin ku bicarakan, Lex."

Salah satu alis Alexis terangkat. Matanya menatapku tanpa mengangkat wajahnya dari topangan. "Kenapa aku merasa kalau aku tidak ingin mendengar apa yang mau kau bicarakan?" Tanyanya lalu kembali menumpukan minat ke saus sambal dan juga kentang gorengnya.

Aku tidak menanggapi. Karena kalau aku menanggapinya, aku pasti tidak akan jadi memberitahunya.

"Ini mengenai Sean." Ucapku acuh. Tidak peduli kalau Alexis kini sedang mencoba menulikan telinganya atau tidak. Yang penting aku harus bicara sekarang. "Aku salah paham tentang dia. Dan kurasa kau juga."

Aku melihat Alexis masih tidak memberikan reaksi, maka aku melanjutkan ucapanku. "Apa yang Alana katakan waktu itu, bohong. Dia bukan istrinya, dan Sean juga belum menikah. Jadi... Sean bukan bad ass Jerk seperti yang kau katakan."

Kali ini Alexis menoleh. Ia menatapku datar tanpa ekspresi apapun. "Kenapa aku mempunyai perasaan kalau aku tidak akan suka mendengar kelanjutan ucapanmu?" Tanyanya mengiris hatiku.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang