8. Another Invitation. (2)

37.2K 3.7K 43
                                    

Seseorang mencekal tanganku saat aku hendak masuk kedalam lift apartemenku hingga aku terhuyung kebelakang. Aku baru mau melempar sumpah serapahku karena aku nyaris terjungkal kebelakang dan terjepit pintu lift, tapi ketika aku menghadap ke belakang dan melotot, keinginan itu urung.

"Ms.McKenzie, bisa anda jelaskan maksud anda?" Tanyanya tidak terlihat senang.

Aku berdecak, melepaskan cekalan tangannya dari tanganku, dan aku kembali menekan tombol lift yang sudah tertutup di hadapanku. Aku hanya ingin berendam air hangat setelah berkutat seharian dengan sketsa yang menurutku belum menyentuh ekspektasiku.

"Oh, Hi Lexy." Sapaku sarkastik.

Tanpa menghiraukan sapaanku, Alexis yang tadi nyaris membuatku gepeng terjepit pintu lift kembali mengulang pertanyaannya. "Apa maksudmu, Kelly?"

"Apa?" Tanyaku pura-pura tidak mengerti.

"Kenapa kau tidak mau aku temani ke Las Vegas besok?" Desaknya di belakangku. Aku berbalik dan melihat wajah sewotnya yang menurutku menggemaskan. "Kau tahu aku lebih baik menemanimu dari pada hadir di acara kantor, kan?"

Aku terkekeh dan mencubit kedua pipi Alexis. Aku harus sedikit berjinjit karena tinggi Alexis yang cukup menjulang. "Grandpa, kau bawel sekali." Sindirku.

"Kelly, aku serius." tangannya menghentikan tanganku dan menggenggamnya di udara. "Aku temani besok."

"Kau terlalu khawatir." Cibirku.

"Karena kau ceroboh, Kelly. Kau bisa saja tersesat, diculik, yang lebih parah dijual dan dibunuh-"

Aku menghentikan ucapan Alexis dengan sorot mata tajam yang menusuknya. "Kau kira aku anak umur berapa?"

Mendengar pertanyaan itu, Alexis terkekeh dan gantian mencubit pipiku hingga aku meringis. "Berapapun umurmu, kau tetap ceroboh."

"Kalau aku seceroboh itu, aku tidak akan bisa pulang dari Seoul dengan selamat tanpa kehilangan satu anggota tubuhku, kan?" Tanyaku ditengah ringisan. "Lepas, Lexy!"

Alexis patuh dan langsung melipat kedua tangannya di depan dada dan menatapku, "Siapa tahu salah satu ginjalmu sudah menghilang? Bukannya belakangan ini kau cepat lelah? Kau tidak tahu kalau orang membiusmu dan mengambil organ dalammu-awwww!!"

Aku memukul lengan Alexis dengan cepat, bertepatan dengan pintu lift yang terbuka lebar. Aku masuk terlebih dahulu kemudian disusul Alexis yang masih meringis secara berlebihan. Aku tidak memukul sekeras itu, kok! Dia saja yang terlalu lembek.

"Jangan sembarangan bicara! Kalau organ dalamku di ambil, pasti akan ada bekas sayatan di tubuhku. Dan lagi, aku lelah karena banyak sketsa yang harus kuselesaikan!" Omelku sambil menempelkan kartu akses dan menekan lantai teratas apartemen itu.

"Oh ya? Kau tidak minum kopi kesayangamu itu?" Tanya Alexis dibelakangku.

"Tidak." Aku semakin tidak bisa bekerja kalau menatap kopi sialan itu. Sambungku dalam hati.

"Tumben..." Alexis berbisik tapi aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Begitu lift sudah sampai di lantai penthouse keluarga kami, kami keluar dan berkacak pinggang menatap Alexis, "kenapa aku tidak mau kau menemaniku, -kembali ke pertanyaan awalmu- aku hanya mau kau fokus pada pekerjaanmu dan ehm... mungkin salah satu kepala direksi ada yang membawa putri mereka? Tidak ada salah- HEI!"

Aku belum selesai bicara ketika Alexis memutar bola matanya dan berbalik hendak masuk kedalam apartemennya meninggalkanku. "Aku tidak tertarik dengan itu semua."

"Move on, Grandpa." Aku berkacak pinggang. Apalagi saat Alexis sudah berjalan masuk dan hampir menghilang di balik pintu penthousenya. Aku terpaksa sedikit berteriak agar Alexis mendengarkanku. "Kau tidak bisa selamanya melajang seperti ini. Kau harus... move.. on... cih!" Alexis benar-benar mengabaikanku.

Kelly [#DMS 5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang