Perjodohan terjadi ketika Violet harus menikah dengan seorang lelaki pilihan ibunya. Menciptakan perbedaan yang justru membuat keduanya berusaha saling melengkapi.
Namun semuanya menjadi sulit ketika Violet tau bahwa kehidupan Luke tidak senormal ya...
Luke membangunkanku dan mengatakan bahwa mobil yang membawa kami sudah sampai di hotel yang akan kami berdua tempati untuk beberapa hari kedepan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai berurusan dengan resepsionis, Luke tersenyum ke arahku yang menunggunya."Capek banget, ya?"
Aku menggeleng kecil membuat gerakan tangan Luke yang ada di kepalaku semakin membuat rambutku berantakan. Kami berdua pun berjalan menuju lift untuk segera tiba di kamar kami.
Luke membukakan pintu kamar hotel bernomor 1024 yang kami tuju dan menyuruhku untuk segera istirahat karena dia bilang bahwa aku terlihat kurang sehat. Aku pun hanya duduk di tepi ranjang, masih asyik memperhatikan isi kamar yang ada. Sementara Luke, ia langsung masuk ke kamar mandi entah untuk apa.
Aku menghela nafas ketika mendengar suara pancuran air yang menandakan bahwa Luke sedang mandi disana. Karena bosan, aku memilih berjalan ke balkon. Hembusan angin pun seketika menerpa wajahku dan langit malam sungguh-sungguh indah. Belum lagi suara bising keadaan kota yang seperti tidak pernah tidur ini semakin membuatku bisa merasakan suasana yang khas dari California.
Tiupan pada leherku membuatku menengok dan menemukan wajah Luke yang nampak segar sehabis mandi. Ia tersenyum, menggunakan celana pendek berwarna hitam dan singlet bertuliskan santa cruz.
"Suka nggak?"
Aku mengangguk dengan senyuman yang tak tertahankan. Ini mungkin belum seberapa tetapi ini sudah cukup dan begitu berarti bagiku. Luke yang ada disampingku lebih bergeser mendekat hingga aku bisa mencium bau mint bercampur maskulin dan parfum khas miliknya.
"Sebenarnya aku mau ngajak kamu ke Alaska, tapi ya.."
Aku mengernyit dan menatapnya."Kenapa?"
"Mama bilang kejauhan. Terus takut kalau kamu nggak suka aja."ujar Luke sambil menggidikan bahunya lalu menyengir ke arahku."padahal kan bisa ketemu penguin."
Aku terkekeh."Penguin mulu dari dulu. Di taman binatang kan banyak."
"Biar banyak kalau Cuma lihat ya rasanya percuma. Di Alaska banyak dan mungkin bisa beli, kan."
