Kasih vomment kan nggak susah
Aku menatapnya dengan terluka. Wajah datar yang memperlihatkan ketenangan itu hanya topeng karena aku sadar bahwa ia tidak baik-baik saja.
Sudah berapa lama ini?
Apakah aku sudah gila? karena sekarang, aku hanya memandangmu dengan cerita yang tidak habisnya ku bicarakan padamu. Walau aku tidak yakin apakah kamu mampu mendengarnya.
Alat-alat itu membantumu, bahkan aku sangat bersyukur karena mereka selalu berbunyi, memberitahukanku bahwa kamu masih berada disini walau kenyataannya kamu mungkin sudah setengah di jalan yang bisa saja memisahkan kita.
Sampai kapan kamu seperti ini? menutup matamu dariku yang masih disini setia menunggumu dengan senyuman dan kesabaranku?
Apa yang kamu pikirkan?
Apa yang kamu tunggu untuk membuka matamu?
Apakah kamu ragu untuk kembali dan mungkin memilih untuk mengambil setiap detik yang menyiksaku dalam kehampaan ini?
Kumohon, jangan lakukan ini. aku membutuhkanmu dan kamu tau itu. aku menginginkanmu di dalam keadaan terburuk yang terjadi saat ini. aku merindukanmu dalam sadar dan sakitnya aku.
Ini sudah satu bulan, Luke.
Selama itu kamu menutup mata dan pendengaranmu. Membiarkan aku yang selalu berharap kamu bangun dan menampakan mata birumu yang indah itu.
Semua orang menunggumu.
Aku selalu mengganti bunga lavender, kesukaanmu, di setiap pagi dan malam. menyemprotkan parfum beraroma vanila milikku meski pihak perawat tidak setuju karena yang aku ingin hanyalah kau tau bahwa aku masih disini.
Terkadang aku selalu bertanya, apa yang salah dengan kita?
Bukankah kita selalu berusaha? Kita selalu berusaha dan menggapai kebahagiaan kita dengan cara yang melelahkan namun aku dan kamu tetap yakin bahwa itu akan berhasil. Tetapi kenapa..semua yang kita dapatkan susah payah selalu direnggut begitu saja?
Aku butuh kamu, Luke. aku tidak mampu melakukan ini sendiri. Aku takut karena waktu selalu mengejarku dengan mimpi buruk yang menakutkan sementara disisi lain, kamu seolah berhenti hidup di dalam dimensi waktu yang berdebu.
Bagaimana cara aku menghentikan semua ini?
Semua masalah maju satu-persatu, mencoba menghancurkan kamu maupun aku dalam rasa sakit yang mengerikan. Aku tidak yakin walau aku tau bahwa kamu juga berusaha melewati semua ini.
"Bangun, Luke."aku mengenggam tangan lemahnya dengan erat, membiarkan bulir air mataku berjatuhan. Rasa sesak di dadaku terasa menggelora dengan begitu panas."aku nggak bisa sendiri kayak gini.."
Aku memeluknya. Namun sejauh apapun yang kulakukan, ia tak akan bisa meresponku. Aku mengusap pipinya yang semakin tirus. Rambut pirangnya sudah memanjang dan bulatan kantong mata miliknya seakan permanen disana.
"Kenapa kita bisa kayak gini, Luke.."aku berucap serak."bukannya kamu selalu bilang bahwa kita akan selalu baik-baik aja? Tapi..semua masalah sudah begitu banyak."
Tekanan ini sungguh membuatku frustasi. Aku seakan hampir gila karena semua ini. seolah semua rencana yang tersusun rapi pun dapat hancur dalam sekejap. Aku tidak ingin menyalahkan siapapun, tapi bukankah ini sudah tidak adil? Dimana kebahagiaanku? Aku bahkan mulai berpikir, bahwa sesungguhnya aku memang tidak bisa hidup bersama Luke.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Husband || Luke Hemmings (COMPLETED)
FanfictionPerjodohan terjadi ketika Violet harus menikah dengan seorang lelaki pilihan ibunya. Menciptakan perbedaan yang justru membuat keduanya berusaha saling melengkapi. Namun semuanya menjadi sulit ketika Violet tau bahwa kehidupan Luke tidak senormal ya...