Perempuan itu tampak gontai berjalan dengan menyeret koper miliknya. wajahnya pucat dan sangat sendu namun ia tetap berusaha terlihat baik-baik saja walau kenyataannya sakit di hatinya sudah sangat tak terbendung.
Ia melirik ke jam ditangannya yang menunjukkan pukul 11 malam yang berarti lima belas menit lagi pesawat akan membawanya pergi. Dia memilih duduk di salah satu kafe yang tidak berada jauh dari pintu masuk keberangkatan. Berusaha membuang rasa letih di tubuhnya.
Sementara itu, sosok lelaki yang berada beberapa langkah di belakangnya nampak mengontrol pernafasannya. Ia begitu pucat dan sangat menyedihkan, masih mengenakan pakaian pasien yang baru saja selesai mengelilingi 4 bandara untuk mencari seseorang.
"Violet,"
Seperti di hantam sesuatu, ia menoleh cepat. Pandangannya sangat kaget menemukan lelaki itu ada disini, mendapatkannya. Ia merasa begitu bersalah dan menyesal ketika melihat keadaan lelaki itu namun dalam beberapa detik Violet membuang semua itu, memilih membuang wajahnya dan segera berdiri untuk pergi.
"Violet!"Luke berucap tegas, menghentikan langkah perempuan itu. Jauh dihatinya, ingin sekali menarik Violet ke pelukannya namun sepertinya itu hanya impian menyedihkannya saat ini.
"Mau kemana kamu?"
Violet tak menjawab. Air matanya sudah jatuh berlinangan, berusaha menyembunyikan suara tangisannya hingga membuat tenggorokannya sakit.
"Kamu nggak bakal pergi kan."
"Nggak."Violet menjawab datar, menatap kosong ke depan sana."semua udah jelas dan aku nggak bisa lagi sama kamu."
Pernyataan itu membuat Luke terpukul. Perempuan itu benar-benar membuat ia jatuh dengan rantai membelenggu dan tega melemparnya jauh kedalam penderitaan baru. Beberapa saat dalam keheningan hingga akhirnya Luke hanya mampu tersenyum lemah yang menyakitkan meski ia tau bahwa Violet tidak melihatnya dan mungkin tidak akan perduli.
"Segitu mudah kamu membuang semuanya?"ia menggeleng miris."kamu yang meminta aku untuk semua ini tetapi kamu mengambil semuanya dengan cara kayak gini?"
Tangan Violet mengepal, berbalik cepat dan menatap Luke emosi."CUKUP!"ia setengah berteriak."aku disini buat pergi dan kamu nggak ada keperluan untuk mencegatku!"
Walau sakit, Violet tetap mengucapkannya. Ia tau bahwa ia sudah mengambil suatu keputusan berat dan ia sudah mengetahui konsekuensinya dan kali ini tidak akan ada toleransi. Luke memandangnya, dengan tatapan seolah ia baru saja membunuh sebagian nyawa lelaki itu. Namun beberapa saat kemudian, matanya melihat beberapa mobil di belakang sana seolah menonton keduanya. "Berhenti!"Violet menyentak ketika Luke hendak mendekat.
Tatapannya berubah panik seketika saat melihat tiga orang dari masing-masing mobil di sana membidik ke arah Luke dengan senapan mereka. Violet memang harus pergi kalau tidak mereka semua akan membunuh Luke.
"Hearbeats harder, Time escapes me.."Violet menggumam lirih mengenakan langkahnya.
"And the tears stream, Down my face."Luke mencegah, menatap punggung Violet nanar.
Lelaki itu menarik nafas dengan berat namun berusaha untuk tersenyum walau rasanya tidak mungkin karena sekarang ia benar merasa hancur.
If we could only half these life
For one more day
"If we could only turn back time."Violet membatin dengan air mata yang terus mengalir.
You know I'll be
You're life
You're voice
You're reason to be
My love
My heart
Is breathing for these
Moment in time
I'll fine the word to say
Before you leave me today
Rasa sesak di dada Violet sudah tak bisa dibendung. Luke memang sudah bangun dan menahannya sekarang, dan Violet sangat bisa merasakan kekuatan lelaki itu walau nyatanya ia masih saja bisa menyanyi disituasi menyedihkan seperti ini. Namun ia tau, ia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi selain meratap dan mungkin menangisi semuanya. Berulang kali ia meyakini dirinya, ia tidak perlu berpaling.
"Just say you won't let go."Luke memeluk Violet dari belakang. Terasa lemah tak berdaya dirasakan Violet.
Suara getir dengan wajahnya yang semakin pucat. saat ini sakit di hatinya sudah bisa menutupi rasa sakit diseluruh tubuhnya. Ia ingin sekali menarik tangan perempuan itu dan jika bisa ia akan memarahinya sambil menyeretnya pulang ke rumah.
"Let me go."
Tanpa berkata apapun lagi, bahkan menengok pun, Violet mengambil langkahnya dengan berat. Menyeret kopernya menuju pesawat yang ada di depan sana sementara Luke hanya mampu memandangnya dengan tangan mengepal kuat.
Ponsel Violet berdering. Tanpa melihat layarnya, ia langsung mengangkatnya dan menempelkannya di telinganya.
"Berbalik sebentar sebelum kau pergi untuk tidak melihatnya lagi."
Suara terkutuk itu membuat telinga Violet panas. Ia membalikkan tubuhnya tepat di depan pintu pesawat, menahan mereka untuk menutup pintu tersebut. Beberapa meter disana, Luke masih berdiri melihatnya, dengan air matanya.
"Kau puas?"Violet membalas dengan suara yang tercekat, tak mampu menahan air matanya yang terus berjatuhan.
Hening sesaat namun rasanya Violet bisa merasakan sosok diseberang telfon tersebut menyunggingkan senyumnya."Senang bekerja sama denganmu, my daughter in law."
Untuk terakhir kalinya, Violet mengambil nafasnya dengan amat berat. Ia tersenyum, sangat samar untuk dilihat tetapi mata Luke masih bisa menangkapnya. Ia membalikkan tubuhnya dan tepat ketika pintu pesawat hendak di tutup, Luke berlari sekuat tenaga dan berteriak.
"VIOLET!"
.
.
.
END
Abis beneran woy HAHAHAHAH
Maafkan aku endingnya seperti ini hiks
Aku capek besok uts bye
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Husband || Luke Hemmings (COMPLETED)
Fiksi PenggemarPerjodohan terjadi ketika Violet harus menikah dengan seorang lelaki pilihan ibunya. Menciptakan perbedaan yang justru membuat keduanya berusaha saling melengkapi. Namun semuanya menjadi sulit ketika Violet tau bahwa kehidupan Luke tidak senormal ya...