Finnaly.
Here i am.
Pesawat yang ku naiki sudah mendarat. Aku tersenyum lebar melihat sekeliling ku lalu mengeratkan syal yang melilit dileher ku karena hawa yang begitu dingin.
"VIOLET!"
Langkah ku terhenti saat mendengar seseorang memanggil nama ku.
"Violet Reed!"
Aku berjengit kaget saat merasakan sebuah tepukan di pundak ku. Menemukan seseorang lelaki bertubuh tinggi dan berambut keriting. Ia tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat dengan jelas.
"H-harry? Is that you?" Aku menatapnya tak percaya.
"Hai, Vio. Nice to see you."balasnya sambil melambai pada ku. Aku masih terperangah."Lo nggak mau meluk gue nih?" mata ku mengerjap lalu melihat ke arahnya yang kini membuka lebar tangannya.
Aku tersenyum lebar lalu memeluknya dengan erat."Gue kirain sipa tadi."aku mendongak. Harry terkekeh di atas kepala ku."Gila. gue kangen banget sama lo. Lama banget kita nggak ketemu. Selyn juga kangen sama lo."
"Eh? Dia disini juga?!"
Harry menyengir.
Aku mengangguk."Ish, kenapa dia nggak bilang sama gue? Eh, kok lo bisa tau gue disini?"tanya ku sambil berjalan sementara Harry disamping ku membawa satu koper ku yang lain.
"Mom lo yang kasih tau. Ya gue langsung dateng."
Aku terkekeh."Nungguin banget."aku meledeknya namun Harry malah tersenyum simpul. Ia membawaku pergi dengan mobilnya.
Dia, Harry Styles. Kami menjadi sahabat sejak kecil. Awalnya Harry hanyalah anak pindahan dari Inggris ke Amerika karena pekerjaan ayahnya, umurnya sekitar 8 tahun. Dia tinggal disamping rumahku dan kami mulai berteman. Karena sangat dekat, mom bahkan pernah menyuruhku agar berpacaran saja dengannya dan gilanya lagi ia pernah berinisiatif untuk berunding dengan Anne-mom Harry untuk menjodohkan kami berdua. Itu sangat gila, karena bagiku Harry adalah kakak. Aku hanyalah anak tunggal jadi aku tidak pernah punya teman dirumah jika mom bekerja. Tahun kedua high school, Harry pindah ke Australia, kali ini ikut ibunya karena kedua orang tuanya bercerai. Dan..sekarang kami bertemu lagi. Aku pindah ke Australia, melanjutkan kuliah semester terakhirku dan tinggal bersama mom yang sudah menetap dua tahun terlebih dahulu karena pekerjaan. Dad? Dia sudah meninggal.
"Lo masih kayak dulu?"aku menengok melihat cengiran khas Harry yang begitu imut.
"Gue emang gini-gini aja, tuan Styles."aku memutar bola mataku.
"Tapi gue liat lo makin seksi aja.."
Aku mendelik horor, menemukan Harry yang menatapku lalu menatap tubuhku. Astaga kelakuannya tak pernah berubah!
"Lo masih aja mesum, sih?!"semprotku jengkel.
"Gue tau lo pasti ngatain gue idiot."ia menatapku mencibir. Aku memelototinya."makanya tabiat buruk tuh dibuang, jangan dipelihara! Lo emang kebiasaan!"
Harry memang sudah seperti itu dari kecil. Dari kami mulai memasuki Junior High School, kelakuannya makin aneh. Sering menggodaku, anak gadis disekolah, bahkan mom ku! Kadang aku akan menghajarnya. Apalagi tatapan mesum itu belum lagi jika dia memang berniat, dia akan mengatakan kata-kata yang membuat telingamu terbakar. Kelakuan pervert itu sudah melekat didirinya. Aku heran, apa dia dulu pubertas terlalu dini? Hufft..
"Lo satu-satunya cewek yang bilang kayak gitu, Vio. Temen kencan gue aja senang."ucap Harry tenang.
Aku mendengus."You're date with a bitch, haz."
Tiba-tiba Harry menyetopkan mobilnya, lalu menggidikan sebelah alisnya padaku."Udah sampe."
Aku pun turun dan menunggu Harry mengeluarkan koperku dari bagasi. Aku menatap bangunan rumah bercat putih tanpa cela di depan. Rumah ini sangat bagus dan lumayan besar jika mom tinggali sendiri. Aku menoleh ke arah Harry."Kok sepi, Harr?"
Harry mengehela nafasnya, raut wajahnya berubah dalam seketika."Mom lo sakit lagi."
Aku terperangah kaget lalu hendak berlari kedalam rumah namun Harry menangkap lenganku, mencegatku."Nggak papa, Vio. Mom lo udah baikan, gue udah telfon dokter sebelumnya."aku menghela nafas lega lalu tersenyum padanya.
Harry memang lelaki yang sangat baik. Dia selalu menolongku dalam keadaan apapun sejak dulu. Wajar aku sangat menyayanginya."Thanks, Harry."ucap ku tulus, lalu memeluknya kilas dan mengecup pipinya cepat.
Aku langsung berlari masuk kedalam rumah. Kupanggil mom berulang kali, hingga akhirnya aku menemukannya di ruang dapur tengah memasak sesuatu.
"Mom?"aku memanggilnya.
Mom berbalik. Wajahnya yang masih pucat lalu berseri dalam sedetik ketika ia tersenyum lebar."Violet!"mom buru-buru melepaskan celemeknya dan berjalan ke arahku.
"I miss you, mom."aku tersenyum memeluknya. Mata mom berair, ia nampak mengangguk lirih."Kamu makin cantik saja, honey. Ah, syukurlah sekarang kamu tinggal sama mom."ucap mom.
Aku tertawa geli."Biasa aja, mom."
"Eh, dimana Harry?"
"I'm here.." Harry menyahut, ia muncul begitu saja sambil menarik koperku, lalu menatapku dengan sinis."Koper lu, cebol!"gumamnya. aku melotot.
"Okay. Hazza, bisa kamu telfon Anne? Aku ingin mengajak kalian makan, oh jangan lupakan Gemma."kata mom lalu berjalan naik ke lantai atas.
"Yes mom!"
"Itu mom gue, Harr!"aku menatap Harry mencela.
"Terserah gue, dong! Mom lo aja nggak keberatan, ya kan mom?"balasnya dengan menyebalka.n
"Of course, honey!"mom balas berteriak dari lantai atas.
"Whatever-_-"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Husband || Luke Hemmings (COMPLETED)
FanfictionPerjodohan terjadi ketika Violet harus menikah dengan seorang lelaki pilihan ibunya. Menciptakan perbedaan yang justru membuat keduanya berusaha saling melengkapi. Namun semuanya menjadi sulit ketika Violet tau bahwa kehidupan Luke tidak senormal ya...