Perjodohan terjadi ketika Violet harus menikah dengan seorang lelaki pilihan ibunya. Menciptakan perbedaan yang justru membuat keduanya berusaha saling melengkapi.
Namun semuanya menjadi sulit ketika Violet tau bahwa kehidupan Luke tidak senormal ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Meja #6, Garden Cafe, Park Street. Meet me at 6 PM."
Violet mengernyit ketika membaca pesan masuk tersebut."Apa mungkin Luke?"gumamnya heran. Violet sendiri tidak tau nomor siapa itu, dan apa mungkin Luke menyiapkan sesuatu untuknya?
"Vio?"
Violet mengerjap, ia mendongak cepat ketika sebuah tangan menepuk pundaknya."O-oh..huh?"ia tergagap bingung ketika Harry menatapnya.
"Lo kenapa? Sms dari siapa?"tanya Harry kepo.
Violet mendengus."Mau tau aja sih."ledeknya.
Harry merengut kesal dengan cepat ia mencubit keras pipi kanan Violet hingga memerah."Harry! goblok banget sih, sakit tau nggak?!"bentak Violet. Harry terkekeh, malah makin tersenyum meledek.
"Awas lo. Sana pergi!"
"Eh, ngusir nih?"
"Iya, bodo amat. Sana lo."
"Eh, tapi gue penasaran nih. Siapa sih yang sms tadi? Kasih tau nggak."ucap Harry melotot. Violet memutar bola matanya."Nggak tau. Nggak ada namanya. Ngajak ketemuan nanti."
"Terus lo mau?"
"Paling Luke."
"Kalau bukan?"
"Bukan, yang gue pulang aja lah."
"Nyusahin amat."
"Sibuk banget lo, nyet-_-"
Harry terdiam lalu menatap Violet serius kemudian, Violet pun kebingungan melihat sikap lelaki itu."Kenapa lo?"tanyanya.
"Perasaan gue jadi nggak enak. Yaudah deh, hati-hati entar ya."
"Iya-iya."
.
Violet mengganti pakaiannya ketika melihat jam yang sudah menunjukan hampir pukul enam. Ia benar-benar akan datang ke Cafe dimana pengirim sms misterius itu mengajaknya. Tapi entah kenapa, Violet merasa ini semua ulahnya Luke. lelaki itu tidak pulang dari siang tadi dan tidak ada mengabar dirinya sekalipun. Berarti Luke mungkin saja menyiapkan sesuatu untuknya. Violet tersenyum kecil, membayangkan jika Luke benar-benar akan mengejutkannya nanti. Pasti dirinya akan merasa sangat senang.
Violet melihat dirinya dicermin. Ia hanya mengenakan kemeja berwarna baby blue dengan jeans yang ada sobekan dilutut kiri. Lalu memasang sepatu converse putih dan tas selempangnya, Violet pun segera pergi dengan mobilnya.
Violet tiba pukul setengah tujuh karena jarak Cafe itu cukup jauh dari rumahnya dan Luke. Ia merasa gugup namun Violet berulang kali membuang nafasnya untuk menenangkan diri. Dari luar pun Cafe itu nampak dipenuhi pengunjung.
