Chapter-4

181K 8.4K 156
                                    


Gania pulang dengan berjalan kaki menuju rumahnya. Jarak dari sekolah menuju rumahnya itu cukup memakan waktu yang lama. Sekitar 20 menitan untuk sampai di rumahnya.

Alasannya ia berjalan kaki adalah untuk menghemat pengeluarannya. Jika dipagi hari ia menaiki angkot untuk kesekolah, jadi siangnya ketika pulang ia lebih memilih berjalan kaki.

Sesekali ia bersenandung ria menyanyikan sebuah lagu untuk menemaninya berjalan kaki. Meski tak begitu menghayati karena pandangannya terbagi untuk jalan, ia masih bisa bernyanyi dengan merdu.

"Bila nanti saatnya tlah tiba...
Ku ingin kau menjadi suami ku..."

Gania terkekeh mendengar suaranya sendiri. Ia sengaja mengubah lirik lagu milik payung teduh yang berjudul 'akad' itu menjadi kata 'suami ku' Karena jika menjadi 'istri ku' tidak nyambung dong. Hehe...

"Asik banget nyanyinya?" Ucap seseorang tiba-tiba.

Gania terkejut dan langsung menghentikan langkahnya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati seorang cowok yang juga berseragam sama dengannya.

Ia melirik dari atas kebawah pada penampilan cowok didepannya.

Tas yang dijinjing dilengan kirinya, baju yang dikeluarkan dan rambutnya yang berwarna sedikit kecoklat.

Entah itu diberi pewarna atau memang rambut aslinya. Tapi jika rambut itu hasil warnaan, wajahnya tidak mungkin kebule-bulean begitu.

"Nyanyi lagi dong," lanjutnya dengan raut wajah memohon.

Gania mengangkat alisnya sebelah. Apa katanya? Nyanyi lagi? Ia menatap lekat wajah cowok itu.

"Kenapa? Ada yang salah sama muka gue?" Terlihat cowok itu menyentuh wajahnya sendiri.

Gania mengerjabkan matanya beberapa kali. Lalu dia menggeleng pelan.

"Hallo? Hai?" Cowok itu masih berusaha menyadarkan Gania dengan melambaikan tangannya tepat didepan wajahnya.

"Eh, iya. Kenapa?" Tanya Gania gelagapan.

Cowok itu terkekeh lalu mencubit pelan pipi kiri Gania.

"Lucu banget sih?" Ucap cowok itu saat mencubit pipinya.

Gania berusaha melepaskan tangan cowok itu dari wajahnya. Siapa cowok ini? Berani-beraninya ia mencubit pipinya tanpa seijinnya.

Memang dia siapa? Presiden? Jika memang presiden, Gania tidak mau pipinya dipegang oleh sembarangan orang.

"Maaf. Saya tidak kenal dengan anda dan anda tidak kenal dengan saya. Jangan pegang-pegang saya sembarangan!" Ucap Gania tegas setelah berhasil menjauhkan wajahnya dari tangan cowok itu.

Kebetulan ada angkot yang akan mendekat kearahnya. Tanpa berpikir panjang, ia melambaikan tangannya agar angkot tersebut berhenti.

"Angkot!" Teriaknya.

Angkot tersebut pun berhenti tepat disebelahnya. Dengan cepat, ia masuk kedalam meski nampaknya angkot tersebut penuh. Meski ia tahu, jika naik angkot berarti ia harus membayar.

"Eh, eh tunggu! Gue belum selesai ngomong," teriak cowok itu yang masih bisa didengan oleh Gania. Angkot tersebut mulai menancapkan gasnya menjauh dari cowok tersebut.

Gania memandang cowok itu dari jendela. Terlihat Cowok itu berdecak kesal sembari menedang sesuatu yang ada disekitarnya.

*******

"Gagal lagi. Gagal lagi! Huffftt.."

Lagi-lagi Keenan gagal mendapatkan nama cewek itu. Padahal maksudnya tadi mencubit pipinya itu sebagai tanda awal perkenalan awal. Tapi cewek itu menolak pesona wajah yang dimiliki olehnya?

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang