Chapter-39

87.7K 4K 223
                                    


  Pagi ini begitu terasa berbeda. Tak sama seperti pagi-pagi sebelum-sebelumnya. Dimana setiap pagi, selalu ada seseorang bernama Keenan yang setiap detiknya.

  Selalu ada rayuan maut yang keluar dari bibirnya untuk Gania, meski sedikit absurd dan melenceng dari kata 'indah', tapi mampu membuat paginya menjadi istimewa.

Ah, belum sampai satu hari saja, Gania sudah merindukan semua itu. Andaikan Keenan mendengarkan penjelasannya, mungkin kerinduannya itu tidak akan pernah ia rasakan.

  Hari ini, Gania bertekat untuk memperbaiki hubungannya. Ia dan Glen harus menjelaskan semuanya demi kelanjutan hubungannya.

  Iya! Demi hubungannya. Batinnya.

"Selamat pagi tanpa Keenan."



*****



"Kemana Keenan? Tumben sendirian? Biasanya juga..... yah, ada bentengnya, haha...." tanya Tyas menyindir kehadiran Gania yang sendirian kesekolah.

  Gania menghela nafas sembari memaksakan senyum terukir dibibirnya.

  Melihat senyuman kecut dari bibir Gania, membuat Tyas mengerutkan dahinya.

"Ada masalah?"

"Yah.... gitu deh," jawab Gania malas.

"Masalah apa? Putus gak?" Tanya Tyas lagi.

  Gania terdiam mendengar kata 'putus'. Ia belum memikirkan hal itu semalam. Apa iya hubungannya dengan Keenan sudah berakhir?

  Hubungan mereka hanya ada masalah, bukannya berakhir. Tapi, jika ada masalah seperti ini, 99% suatu hubungan pasti berakhir.

"Gue... gak tahu!"

  Memang benar Gania tidak tahu kelanjutan tentang hubungannya bersama Keenan.

"Kok gak tahu sih? Yang punya hubungankan lo sama Keenan."

"Emang bener, gue gak tahu Tyas!" Seru Gania.

  Tyas memutar bola matanya. "Punya hubungan, tapi gak tahu putus atau enggak. Aneh!"

  Gania menarik nafas sedalam-dalamnya. Inilah alasan utamanya ia tidak ingin menceritakan masalahnya dengan Tyas.

  Tyas selalu bertanya tentang hal yang tidak penting meski masih bersangkutan dengan masalahnya.

  Bukannya ingin menutup-nutupi, hanya saja Gania tidak kuasa menjawab pertanyaan nyeleneh seperti itu.

"Udah, yuk. Kekelas," ujar Gania menarik lengan Tyas.

  Namun saat beberapa langkah, Gania melihat seseorang yang sedang memarkirkan motor diparkiran sekolah.

  Matanya menyipit melihat orang itu. Sepertinya ia kenal dengan pemilik motor itu.

"Keenan?" Gumamnya pelan.

"Kenapa, Ga?"

  Gania terkejut dan menoleh kearah Tyas.

"Coba lo lihat," ucap Gania menunjuk kearah parkiran. "Itu Keenan kan?" Tanyanya.

  Tyas ikut menyipitkan matanya dan menatap seseorang yang ditunjuk oleh sahabatnya itu dengan lekat.

BE MINE (N E W V E R S I O N) [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang